Jangan ketawa ya... Dulu saya takut hantu (EH! KAMU! IYA KAMU! SIAPA SURUH KETAWA???). Sekarang? saya pemberani,kok! (Tapi teteub amit-amit, jangan sampai saya melihat penampakan-penampakan yang aneh-aneh, males.*ketok-ketok meja*)
Ini semua berawal dari kecil, saya diajak nonton sebuah film yang dibintangi oleh Suzanna. Bagi gadis cilik seperti saya (di masa itu tentunya), menonton film yang mempertunjukkan seorang perempuan berambut panjang, berbaju daster putih dengan noda darah dengan lubang di punggung dan selalu asyik membunuhi pria-pria yang memperkosanya adalah mengerikan!
Sejak saat itu, menghadapi malam hari adalah siksaan batin yang sungguh berat. Bayangkan, saya selalu tidur tepat di tengah ranjang dan tidak bergerak sama sekali, takut jika posisi terlalu ke pinggir, ada tangan dari kolong yang mencolek. Bahkan pernah, saking takutnya ke kamar mandi, saya memilih untuk menahan pipis semalam suntuk. Soalnya saya sering membayangkan tahu-tahu ada mahluk seram yang muncul dari lubang jamban.
Gara-gara lelah tersiksa seperti itu, saya mencari cara agar para hantu dkk tidak berani mengganggu . Sebuah ide cemerlang (bagi anak usia tujuh tahun) datang, saya harus membawa alkitab dan salib pada saat tidur, terinspirasi dari film horor tentang drakula yang saya tonton.
Eh, ngomong-ngomong, konyol juga ya, katanya takut, tapi kok hobby nonton film horor; dulu saya tidak pernah melewatkan serial Friday the 13th bahkan saya juga senang menonton Freddy Krueger dalam Nightmare on Elm Street. Geblek.
Sampai mana tadi?
Oh ya, salib dan alkitab penangkal hantu.
Setiap malam, sebelum tidur, saya selalu ribut dan sibuk mencari dua benda tersebut. Awalnya ayah saya heran; "anak gua kecil-kecil religius gini, apa gedenya jadi missionaris ya?" mungkin itu yang ada dalam benak beliau. Tapi setelah tahu alasan sibuknya saya, beliau hanya mentertawakan.
"Itu cuma buku dan itu cuma kayu." itu katanya. Berkali-kali ia menekankan, bahwa salib dan alkitab hanyalah benda biasa.
Saya protes, karena berdasarkan film horror yang saya tonton, alkitab dan salib selalu berhasil membuat roh-roh jahat terbakar, meleleh atau minimal kabur. Ayah bilang, semua film horror ogeb*, dan ia memberi pengertian bahwa satu-satunya yang bisa mematahkan kekuatan roh jahat adalah iman (bukan Amin atau Budi apalagi Bryan.. nah ini kok jadi plesetan garing** ya? ketularan nih.:P) pada Tuhan , cuma Dia-lah Yang Maha Kuasa yang bisa menangkal segala kekuatan jahat dan bla-bla-bla gitu-gitu deh.
Pokoknya dengan bahasa yang sangat sederhana, beliau meyakinkan saya untuk tidak takut lagi, karena katanya saya anak Tuhan dan benda-benda itu nggak punya kekuatan super apa pun. Lucu, kata-kata sederhana itu berhasil membuat saya tidak takut lagi. Malam-malam berikutnya, saya bisa cuek tidur sendiri dan ke kamar mandi sendiri.
Setelah agak dewasa, sekitar SMP, saya pernah dimarahi seorang teman gara-gara tanpa sengaja menjatuhkan Al Quran ke lantai. Ia bilang, itu adalah kitab yang sangat suci dan saya telah berdosa karena menjatuhkannya ke lantai semen kelas yang berdebu. Panik dong, saya.
Lalu, si teman tersebut memusuhi saya, karena saya telah berdosa. Bahkan ia membalikkan, jika alkitab yang jatuh atau diinjak-injak, saya pasti akan merasa terhina.
Saya kembali mengadu pada ayah, dan dengan santai ia bilang
"Nggak kok, kamu nggak berdosa, itu kan cuma buku..."
Saya protes dan berkata,"Tapi itu kan namanya kitab suci! Kitab yang suci"
"Yah, yang suci kan isinya, buat panutan hidup orang-orang beragama." jawab beliau. Lalu beliau mengingatkan peristiwa masa kecil di mana saya menjadikan salib dan alkitab sebagai penangkal setan. Beliau menegaskan bahwa justru mengkultuskan benda tertentu seolah-olah benda tersebut adalah suci itu lah yang dosa, karena sama saja dengan menjadikan benda tersebut sebagai jimat, atau tuhan-pelindung-lain, gitu-gitu deh...
Karena sudah agak besar dan memiliki nalar yang cukup, saya bisa mencerna apa yang dimaksud oleh Ayah saya. Yang jelas, apa yang dikatakan ayah, membuat banyak pandangan saya tentang benda-benda tersebut berubah. Saya sama sekali tidak terlalu berhati-hati memperlakukan benda-benda religius yang saya miliki, itu cuma simbol, cuma kemasan, cuma benda-benda yang kebetulan memiliki nilai-nilai yang berkaitan dengan religi tertentu, yang penting isinya, yang penting hakekatnya.
Saya yang tadinya takut-takut memperlakukan alkitab, jadi selalu membawa stabilo yang siap digunakan untuk menandai bagian-bagian tertentu yang dianggap penting.
...
Baru-baru ini, seorang teman berkata bahwa ia senang dengan bentuk kalung salib (sebagai catatan ia Muslim), maka saya membelikannya seuntai kalung perak berbandul salib. Tahu apa yang terjadi? Seluruh keluarganya marah dan menganggap ia murtad (huee???). Di kesempatan lain, seseorang pernah berkata "ih..kok loe pake gituan sih?" ketika tiba-tiba saya datang dengan menggunakan kerudung.
Saya jadi geli sendiri, ternyata haree genee masih ada juga ya yang salah kaprah mengartikan simbol-simbol agama. Saya rada nggak ngerti, benda-benda tersebut kan jelas-jelas buatan manusia, kalau memang ada nilai-nilai tertentu, itu juga ditambahkan oleh manusia - jadi kenapa juga harus mengkultuskan dan menjadikannya sebagai jimat atau malah sekalian mengharamkannya?
* ogeb = bego
** garing = jayus.
Foto ilustrasi dari : gettyimages
UPDATE 18/08/06 jam 20.24 WIB :
1. Kinarya bisa didapatkan di tempat baru. Lihat sini.
2. Eh, project ini masih berlangsung lhooo... jadi, kirimkan segera lipogram anda *ini kekeuh lipogram*
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar