Subject: 2 minggu erosi batin.
From: saya@sepatumerah.net
Date: Sat, Nov 12, 2005 01.00 pm
To: gorgeous_dada@rosada.com
Priority: High
Dear om Dada,
Hai oom, apa kabar? Gimana juga kabar anak istri dan bawahan-bawahan? Semoga baik-baik aja.
Ohya, sebelumnya saya mau mengucapkan, Selamat Idul Fitri 1426 H, mohon maaf lahir batin. Iya, saya tahu, terlambat satu minggu lebih, tapi saya pikir buat keluarga oom dan bawahan-bawahan, Lebaran itu berlangsung selama sebulan kan? Jadi, gak telat-telat amat juga.hehehe.
Anyway, kabar saya jauh lebih baik dibandingkan dua minggu terakhir. Duh, lega rasanya, 2 minggu yang kayak neraka itu berakhir. 1 minggu jelang dan 1 minggu setelah lebaran yang bener-bener membuat saya (dan teman-teman lain, mungkin) menderita erosi batin.
Gimana nggak? Selama 2 minggu, saya serasa menjadi orang asing di rumah sendiri.Sejauh mata memandang, sebagian besar yang tertangkap mata hanya mobil berplat B (sedikit plat Z, sedikit plat F, sedikit plat B dua digit dari Sumatera, sana-sini ada AB, AD, H, N, L dan sisanya maaf, saya sudah terlalu kesal, jadi malas memperhatikan.) dan sejauh kaki melangkah, bukan logat Sunda yang saya dengar atau wajah-wajah warga priangan yang terlihat.
Duh.
Bukannya saya dan teman-teman nggak suka kedatangan tamu, kita udah nyaris terbiasa kok dengan kedatangan tamu setiap weekend. Tapi jujur, buat saya 2 minggu kemarin keterlaluan sekali. Macet dan semrawutnya ngeselin minta ampun.
Iya,iya, saya tahu, Om udah mutusin untuk ngejadiin Bandung sebagai kota wisata belanja. Jadi kedatangan para tamu dari luar kota untuk belanja justru bagus.(Katanya untuk pemasukan daerah ya Oom? Katanya untuk kemajuan kota Bandung juga ya Oom? Okay, walaupun nggak berasa di mana kemajuannya, tapi nggak apa-apa, terserah oom, gimana baiknya aja, saya sebagai rakyat yang nggak gitu ngerti soal kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan pemerintah, nurut aja deh.)
Tapi, kan seharusnya, untuk segala macam kebijakan dan keputusan, mikirin kenyamanan warga setempat, ya nggak sih?
Saya masih nggak ngerti, kenapa sih seluruh FO dan Trade Center dan semua pusat perbelanjaan itu nggak dilokalisasi aja? Bangun di suatu area yang luar biasa luas dan plek, semua yang mau belanja, diarahkan ke sana aja. Kayak pusat jeans Cihampelas atau, pusat sepatu Cibaduyut, jadi kalaupun macet, ya macetnya sekitar pusat wisata belanja itu aja.
Jangan kayak sekarang, semua tempat belanja berserakan di seluruh penjuru Bandung (dan lucunya, menjelang lebaran, natal dan tahun baru, tiba-tiba semakin banyak tempat belanja baru buka! Ha!) end upnya, seluruh Bandung macet.
Hm, udah terlanjut semrawut ya oom? Nggak bisa dirubah lagi ya?
Aha, gimana kalau di daerah luar Bandung sana, katakanlah sekitar Padalarang, dibangun sebuah tempat parkir yang luasnya setengah mampus, biar orang-orang luar kota bisa parkir di situ (tolong tambahkan larangan : Kendaraan berplat selain D yang arahnya dari luar kota, dilarang masuk kota Bandung), lalu sediakanlah bis-bis Bandung city tour sebesar bis DAMRI yang suka mangkal di depan UNPAD Dipati Ukur (jangan lupa tambahin AC, ya. Kasian nanti make up mereka luntur atau kostum belanja mereka basah karena keringetan)
Kalo kayak gitu kan semua pihak sepertinya dapat ‘enak’. Para orang-orang dari luar kota bisa memenuhi nafsu blanja-blanji sampai orgasm dan warga Bandung gak perlu merasa tidak nyaman karena tiba-tiba jumlah kendaraan di jalan raya meningkat.
Gimana om? Setuju dong. :)
Oh ya satu lagi. Tolong dong, di antara peraturan-peraturan daerah yang katanya mulai disosialisasikan tahun depan, itu lho, yang ada aturan dilarang merokok di sembarang tempat, dilarang buang sampah dan dilarang-dilarang lainnya, tambahin juga : Dilarang belagu, dilarang sombong, tapi ini dikhususkan untuk orang luar kota. Soalnya, dari banyak tamu yang datang kemarin, saya sering banget nemuin orang-orang luar kota yang amit-amit belagunya : bossy, serasa dia doang yang punya duit, dan memandang bahwa warga itu orang desa yang nggak penting (dan MEREKALAH yang penting - warga harus menganggap mereka penting. Penting nggak sih?)
Masa sih bertamu ngebentak-bentak tuan rumah di jalan raya yang macet? (padahal ya memang udah macet, mau bentak-bentak, brantem dan nglakson sampai tolol juga nggak ngaruh,kan?), belum cukup nyebelin, mereka juga suka sekali membuat huru-hara dengan pameran keterampilan menyetirnya yang ajaib.
Masa sih bertamu ngeberantakin rumah tuan rumah, dengan excuse "ah, para pegawai kan udah dibayar untuk ngebersih-bersihin dan ngelayanin kita, biar mereka ada kerjaan, nggak makan gaji buta."
Intinya sih, Masa bertamu, tapi sikapnya ngeselin?
Yah gitu aja, sih cerita 2 minggu neraka kemarin.
Please, oom.. pertimbangkan ini. Walaupun mungkin saya tidak akan menjadi warga Bandung selamanya, tapi kasian oom, sama orang-orang yang memutuskan untuk menetap di kota ini sampai akhir hayat.:P
Anyway, udah ah.... saya mau menikmati weekend di jalanan, semoga nggak macet lagi. Thanks ya om, salam buat anak istri dan bawahan-bawahan.
Hugs and kisses,
Saya.
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar