0
komentar
Saya ceroboh dan kurang teliti dalam banyak hal. Sering menghilangkan benda-benda, sering lupa, sering salah masuk kelas, sering kehilangan kartu parkir, sering ini, sering itu.Tapi yang mudah dilihat sih, ya dari tulisan saya. Kalau kalian membacanya, dijamin kalian akan sering menemukan banyak kesalahan-kesalahan ketik, mulai dari kurang huruf, terbalik, kelebihan huruf sampai salah pemilihan kata.
Sialnya, saya punya seorang teman yang senang sekali bermain polisi salah ketik, ada kesalahan tulis sedikit saja, langsung berkoar-koar ribut. (Mungkin ini karena dia sudah terbiasa menjadi editor, ya? Jadi berbuat kesalahan ketik di hadapannya, sama saja seperti membangunkan
Tidak jarang gara-gara ini suka timbul huru-hara kurang penting di antara saya dan dia.
"Plis deh, Mr.Typofreak, terus aja koreksi..." omel saya, memulai perkara.
"Lho, sebagai penulis, lo harus teliti dong.."
"Siapa yang penulis? Gue bukan penulis."
"Iya, bukan, tapi writer wannabe."
"Tul.."
"Nah, apalagi itu, sebagai writer wannabe lo harus belajar untuk teliti.."
"Grmbl.."
Jujur, saya sering merasa terganggu kalau teman saya sudah mulai ribut-ribut dengan hiperbolanya soal salah ketik ini. Duuuh, kesannya saya bodoh sekali deh, memangnya nggak bisa apa, ngomong biasa-biasa aja? Sebal!
Pokoknya setiap dia mulai mengkoreksi, sifat defensif saya pasti muncul ; entah itu diwujudkan dalam bentuk omelan, pelototan, atau beralasan 'biarpun salah-salah ketik, tapi pesannya tetap nyampe kan?' (tapiiii.. setelah dia berlalu, diam-diam saya koreksi juga tulisan saya. Jadi kalau anda membaca blog saya dan tidak menemukan kesalahan ketik, itu artinya saya sudah melewati proses dicela oleh Tuan polisi salah ketik itu... hihihi)
Oh iya, sepulang dari kantor beberapa hari yang lalu, jalan raya macet. Tapi kali ini saya berusaha untuk tidak mengomel, melainkan menikmati pemandangan dan sekeliling. Ada mobil, ada motor, ada mbak-mbak menor, ada mas-mas dekil, ada... ada.. uh, daun muda lutu, ada.... whoa! ternyata kesalahan ketik dan ejaan itu banyak sekali! Ada di mana-mana, mulai dari spanduk, pertokoan, angkot dan lain-lain.
Beberapa kali saya bilang dalam hati "aduuh, please dehh..."
Tapi... tiba-tiba saya ingat teman saya si macan editor itu.
Ups ups ups.
Serta merta saya berhenti mencela. Ugh! Jangan sampai! Jangan sampai! Saya.... nggak boleh menjadi seperti dia. :D
(tapi tetep dong, dipost di blog.Hehe)