Tadi siang, saat menunggu Bunda L, rekan sejawat yang sedang mengajar, saya sempat berjalan-jalan sejenak keluar gedung kantor. Maksudnya mencari cemilan di sebuah toko mungil di gang sisi kantor.
Ada beberapa anak kecil, berusia sekitar 5 sampai 6 tahun sedang sibuk bermain ketika saya hendak memasuki toko tersebut. Salah seorang dari mereka, perempuan dengan rambut yang seolah dicetak oleh baskom saat potong rambut, menyanyikan sebuah lagu dengan syair yang membuat saya menghentikan langkah.
Garuda Pancasila, akulah si Kumu-Kumu
Patriot proklamasi, sedia berkorban untukmu.
Pancasila Dasar Negara
Rakyat adil makmur sentosa
Riba-riba sagu.
Ayo maju maju, ayo maju maju, ayo maju maju.
Saya benar-benar geli mendengarnya. Bukan, bukan karena ia menyanyikan syair yang salah, justru itu mengingatkan bahwa saya waktu kecil, pernah menyanyikan syair lagu Garuda Pancasila tepat seperti itu.
(Jangan salah kan saya, tapi salahkan koor yang menyanyikan lagu tersebut setiap warta berita jam 8 di TVRI usai. Saya mendengarnya si kumu kumu, bukan aku lah pendukungmu, saya juga mendengarnya Riba-riba sagu, bukan pribadi bangsaku.Tetangga sebelah kanan dan sebelah kiri yang sebaya saya juga mendengarnya seperti itu. Berarti artikulasi para anggota koor tersebut yang nggak jelas.)
Oh ya, ngomong-ngomong soal lagu Garuda Pancasila, bukan hanya sekali dua kali saja saya menyanyikan lagi tersebut waktu kecil. Tapi setiap hari, ya itu, sehabis warta berita jam 8 TVRI. Kata ibu saya, itu adalah salah satu lagu yang secara religius saya nyanyikan setelah soundtrack Voltus V (Voltus lima sahabat kita semua..., ingat? ) atau soundtrack sanggar cerita (S'lamat Berjumpa dengan sanggar cerita, dalam kisah lagu dan cerita la la la... ingat?)
Tapi yang jelas, waktu itu saya sama sekali tidak mengerti makna syairnya.(Ya iyalah, patriot proklamasi dan rakyat adil makmur sentosa itu apa sih artinya bagi anak kecil?). Ini hanya karena saya terbiasa mendengarnya, sampai hafal.
Kalau sekarang, sih mungkin anak-anak kecil tidak sampai 'terdoktrin' oleh lagu Garuda Pancasila atau Voltus V atau Sanggar Cerita, karena stasiun televisi sudah banyak dan memutarkan bermacam-macam lagu. Kosa syair lagu anak-anak jaman sekarang mungkin jauh lebih variatif, kali ya?
Contoh, waktu lagu Lady Marmalade sedang sering-seringnya diputar di stasiun radio, beberapa murid cilik saya, berusia sekitar 8 sampai 9 tahun dengan lantang dan gaya lucu khas kanak-kanaknya menyanyikan lirik lagu tersebut. Mereka sangat fasih pada bagian Voulez vous coucher avec moi ce soir. Geli sekaligus miris. Saya saja, yang notabene sudah dewasa, harus berpikir seribu kali sebelum berani berkata demikian.. kecuali untuk *cough cough cough* orang-orang *cough* tertentu *cough* (Alah!).
Saya pernah tanya, mereka tahu atau tidak apa yang mereka nyanyikan, dan jawaban polos mereka "nggak tuh, Bu guru...".
Lalu, beberapa waktu yang lalu saya melihat Tina Toon menyanyikan lagu Cucakrawa lengkap dengan paduan goyang patah-patah dan ngebornya. (Ini membuat saya dan temen yang kebetulan melihat bersama-sama bilang "YA AMPUUUUN! Ni anak salah didik!")
Dan lucunya, sekarang ini saya malah semakin jarang mendengarkan anak-anak menyanyikan lagu kanak-kanak. Mereka lebih tahu lagu 'So What Gitu Loh'-nya Saykoji yang sering terdengar di televisi swasta seiring dengan diputarnya sitkom ala Friends, dibandingkan lagu anak-anak seperti.... uhm, let's say....
hmmm...
let's say.....
ugh! Kok saya jadi blank ya?
Lagu anak-anak yang populer sekarang apa sih?
Tunggu.. tunggu! Apa memang karena lagu anak-anak itu nggak ada ya?
Ya wajar aja kalau gitu... ya nggak sih?
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar