"Jadi kamu tuh enak banget yah?" begitu kata teman saya suatu hari, setelah basa-basi "apa kabar?" dan "kamu kerja di mana sekarang?" dalam suatu pertemuan tidak sengaja saat mengantri di kasir sebuah supermarket .
Saya yang mendengarkan cuma bisa terheran-heran karena tidak mengerti apa enaknya menjadi si saya seperti sekarang ini. teman saya hanya tersenyum. Setelah urusan bayar membayarnya usai ia pamit, meninggalkan sebentuk pertanyaan yang kemudian berkerak selama beberapa hari dalam benak : apa enaknya sih menjadi saya?
...
Beberapa hari kemudian, dalam suatu perkunjungan nenangga ke ruangan seorang teman gara-gara kebosanan karena koneksi internet yang putus (hihi..), saya sempat berkata pada si pemilik ruangan, betapa indahnya kehidupan di luar sana, mulai dari indahnya kehidupan sahabat saya yang bekerja di NGO dan selalu traveling,indahnya kehidupan sahabat lain saya yang dapat beasiswa bersekolah di luar negeri,indahnya kehidupan orang yang bisa hidup dari menulis saja, indahnya kehidupan teman kantor saya yang resign dan mendapat kerja di NAD.(hi there! AYo kerja, jangan baca blog aja!).
Dalam waktu lima menit, saya terdiam, mulai mencari-cari kelebih-indahan hidup menjadi orang lain. Teman saya ini hanya memperhatikan saya, sampai akhirnya saya tertawa sendiri dan berkata "Ups, kumat lagi deh sindrom rumput tetangga lebih hijau.Tapi manusiawi,kan? Manusia emang nggak pernah puas."
"Tapi ya..." tiba-tiba teman saya berkata.
"Ya?"
"lucunya, dibandingkan rumput tetangga, saya selalu merasa rumput halaman saya lebih hijau."
"Eh? Kok bisa?"
"Soalnya saya sudah menghitung apa yang saya dapat, dan membandingkannya dengan orang lain. Ternyata apa yang saya punya jauh lebih hijau kok. Mungkin kamu juga begitu.Coba deh pikirkan."
"Hmmm.... Masa sih?" saya berusaha keras untuk memikirkan apa yang sudah saya raih selama ini. Di saat semua rekan masih sibuk memikirkan cari beasiswa untuk melanjutkan sekolah, saya sudah lulus sekolah dengan gemilang (maksudnya bukan lulus dengan predikat cum laude, tapi "AKhirnya berhasil lulus juga, mengalahkan rasa bosan" hehehe). Di saat orang lain panik mencari pekerjaan, saya selalu sudah punya pekerjaan dengan mantap. Di saat semua orang harus menggunakan gajinya untuk keperluan melanjutkan hidup, belanja bulanan, bayar telepon, membiayai adik, saya - si parasit lajang ini, menggunakannya HANYA untuk keperluan pribadi. Di saat semua orang bermasalah dengan lingkungan kerja, saya mendapat lingkungan kerja satu department yang rock 'n roll dan tidak depresif (my boss is the coolest, biker and a tattoo artist,bo! hehe keren gak?).Di saat ada orang bermasalah dengan keluarga, saya selalu merasa keluarga adalah rumah, sahabat dan segalanya. Di saat ada dua orang rekan kuliah dulu yang tadinya bersahabat baik memutuskan untuk tidak mengobrol selama dua tahun karena perselisihan akibat rebutan cewek (aih, musim yaks? *no offense, but please deh,udah jelang 30 kok masih norak* :P), saya mempunyai, walaupun tidak banyak, sahabat-sahabat yang sangat supportive dan tidak pernah backstabbing. Di saat....
"Gimana? Lebih hijau kan rumput kamu?" tanya teman saya ini memotong lamunan.
"Hehehe.. dipikir-pikir sih iya.." saya menyeringai, tambah malu.
"Betul kan?"
"Gila juga ya, untuk melihat hijaunya rumput kita, pasti butuh perhitungan-perhitungan khusus, atau setidaknya waktu lebih dari lima menit untuk berpikir. Tapi untuk menilai rumput orang lain, hanya butuh melihat selintas, kurang dari dua detik."
"MEmang.. hehehe..." dia tertawa,"Tapi kalau sudah melihat betapa lebih hijaunya rumput kita, yang harus dilakukan selanjutnya adalah bersyukur akan apa yang kita punya,"
"Hehehe, iya kali ya, saya harus belajar bersyukur." saya tertawa.
...
Well, mungkin iya, saya harus belajar bersyukur, walaupun susah, tapi harus dimulai,kan?
okay... 1.. 2.. 3
pejamkan mata...
bersyukur...
..
...
....
.....
Uh, gagal...
diulang!
1..2.. 3
pejamkan mata..
bersyukurlah akan apa yang saya miliki.
..
...
....
.....
......
Hmm.. kenapa ya saya masih melihat hijaunya kehidupan sahabat saya yang bekerja di NGO dan selalu traveling, betapa hijaunya kehidupan sahabat lain saya yang dapat beasiswa bersekolah di luar negeri,betapa hijaunya kehidupan orang yang bisa hidup dari menulis saja dan betapa hijaunya kehidupan teman kantor saya yang resign dan mendapat kerja di NAD.(hi there! AYo kerja, jangan baca blog aja!)
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar