13
komentar
"Anak-anak, sebutkan kelebihan bangsa Indonesia.."
"Keramahannya...!"
"Salah..."
"Kekayaan budayanya..."
"Salah..."
"Jadi apa dong,Bu?"
"...kelebihan orang dungu..."
---
...dengan membasmi mereka,
setidaknya berkuranglah satu kategori dungu
di Indonesia
"Somebody doesn't know how to flush!" kata laki-laki Kaukasia itu begitu keluar dari toilet umum di salah satu jogging track di Bandung. Saya sudah bersama-sama dengannya selama sekitar seminggu dan ini adalah omelannya yang ke sejuta kali (okay, sejuta terlalu hiperbola, hanya 967.233 kali, kok :P) tentang semua fasilitas umum yang diperlakukan semena-mena. Seharusnya repetisi omelan membuat saya terganggu, tapi kali ini tidak - bahkan di dalam hati saya sangat setuju dan menambahkan 'Memang Indonesia itu kelebihan orang dungu dengan berbagai kategori, salah satunya ya ini, tidak memperlakukan fasilitas umum dengan baik.'
Kira-kira tiga hari sebelumnya, saya sempat berjalan kaki bersama dia menyusuri sebuah jalan dan beberapa kali menemukan box telepon umum. Iseng, saya cek apakah masih bekerja atau tidak. Dari sepuluh box telepon umum, 6 rusak, dua kehilangan handset dan 2 yang lain.... tidak ada telepon di dalam box.Lalu rambu lalu lintas yang bercoret moret 'Asep loves Titi'. Lalu keran air di toilet salah satu mall yang tidak ditutup lagi oleh pengguna. Lalu headset di salah satu warnet yang hancur terpisah-pisah (bo! makenya gimana ya? heran gue). Lalu... uhmm... haruskah saya sebut satu persatu?
Hhhh... parah.
Padahal kan, benda-benda itu sangat berguna bagi orang banyak?
Kemarin, di tengah acara sekolah liburan anak-anak, saya sempat mengobrol dengan teman yang lain, ia bekerja di salah satu production house di Jakarta. Si teman ini mengeluhkan hal yang sama, tapi lebih berkaitan dengan barang inventaris kantornya.
Menurut dia, ada beberapa alat mahal yang seharusnya diperlakukan dengan baik, ini malah mendapat perlakuan yang seenaknya. Saya jadi tergerak untuk juga bercerita yang sama, tentang PC-PC di salah satu kantor tempat saya pernah berja dulu, para staff kerap berkeluh kesah mengenai PC yang sering crash, atau lamban, atau suka tiba-tiba mati sendiri, bahkan sampai mengatakan "bagaimana kita bisa bekerja dengan baik, kalau fasilitas tidak mendukung?" - saat itu saya ingin berkata "Tapi pernah nggak kalian sadar bahwa fasilitas jadi tidak mendukung karena perlakuan kalian sendiri?", karena saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana mereka dengan seenaknya mendownload file sampah sampai hitungan MegaByte, bagaimana mereka mematikan PC tanpa shut down, bagaimana mereka.. arrghh....
Saya cukup kesal, karena salah satu PC yang jadi korban adalah PC saya dan sumpah, saya sampai bisa makan siang lengkap dulu sewaktu menunggu PC tersebut membuka satu program.
"Dasar dungu..." kami sepakat, lalu berkesimpulan, bahwa orang-orang seperti ini masuk dalam kategori si dungu ber-sense of belonging rendah. Karena tidak merasakan harus mengeluarkan uang untuk mendapatkannya, maka mereka bisa seenaknya seperti itu, tanpa sadar, bahwa akibatnya akan mereka rasakan sendiri, kelancaran aktivitas akan terhambat gara-gara itu.
Bisa saja kan, karena tidak diflush, maka toilet jebol atau menjadi sumber penyakit? Atau rambu lalu lintas yang dicoret-coret bisa menimbulkan kecelakaan? Atau ada orang yang mati kena serangan jantung karena terlambat mendapat pertolongan gara-gara telepon umum yang semua rusak? - tapi yang jelas terasa sih, PC yang tidak bekerja sebagaimana mestinya yang menghancurkan seluruh ritme kerja.
Saya jadi berpikir, enaknya orang-orang dungu seperti itu harus diapakan ya? Yang baru terpikir sekarang sih, ada dua : diberi pelatihan atau dibasmi. Sayangnya, untuk memberi pelatihan tampaknya sulit dan mahal, karena sense of belonging yang rendah itu sudah mendarah daging serta mau memberi pelatihan pada berapa orang, coba?
Solusi yang tepat, ya dibasmi. Yup.. d i b a s m i. Seperti tikus-tikus sawah, seperti nyamuk-nyamuk penyebab malaria dan deman berdarah.
Dengan membasmi mereka, setidaknya berkuranglah satu kategori dungu di Indonesia, selain: dungu kategori asal njeplak hanya demi mempertahankan eksistensi diri, dungu yang senang mendeklarasikan diri menganut isme tertentu, dungu yang susah mengerti padahal sudah dijelaskan setengah mampus (tapi tetap sok tau), dungu yang menganggap berhubungan dengan pesohor adalah hal yang patut dibanggakan, dungu yang suka pamer kekayaan, dungu yang.... ah, sejuta kategori dungu yang lain lah,pokoknya!
Dengan musnahnya kategori/spesies dungu bersense of belonging rendah, mungkin kehidupan menjadi lebih menyenangkan.:P
Kira-kira tiga hari sebelumnya, saya sempat berjalan kaki bersama dia menyusuri sebuah jalan dan beberapa kali menemukan box telepon umum. Iseng, saya cek apakah masih bekerja atau tidak. Dari sepuluh box telepon umum, 6 rusak, dua kehilangan handset dan 2 yang lain.... tidak ada telepon di dalam box.Lalu rambu lalu lintas yang bercoret moret 'Asep loves Titi'. Lalu keran air di toilet salah satu mall yang tidak ditutup lagi oleh pengguna. Lalu headset di salah satu warnet yang hancur terpisah-pisah (bo! makenya gimana ya? heran gue). Lalu... uhmm... haruskah saya sebut satu persatu?
Hhhh... parah.
Padahal kan, benda-benda itu sangat berguna bagi orang banyak?
Kemarin, di tengah acara sekolah liburan anak-anak, saya sempat mengobrol dengan teman yang lain, ia bekerja di salah satu production house di Jakarta. Si teman ini mengeluhkan hal yang sama, tapi lebih berkaitan dengan barang inventaris kantornya.
Menurut dia, ada beberapa alat mahal yang seharusnya diperlakukan dengan baik, ini malah mendapat perlakuan yang seenaknya. Saya jadi tergerak untuk juga bercerita yang sama, tentang PC-PC di salah satu kantor tempat saya pernah berja dulu, para staff kerap berkeluh kesah mengenai PC yang sering crash, atau lamban, atau suka tiba-tiba mati sendiri, bahkan sampai mengatakan "bagaimana kita bisa bekerja dengan baik, kalau fasilitas tidak mendukung?" - saat itu saya ingin berkata "Tapi pernah nggak kalian sadar bahwa fasilitas jadi tidak mendukung karena perlakuan kalian sendiri?", karena saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana mereka dengan seenaknya mendownload file sampah sampai hitungan MegaByte, bagaimana mereka mematikan PC tanpa shut down, bagaimana mereka.. arrghh....
Saya cukup kesal, karena salah satu PC yang jadi korban adalah PC saya dan sumpah, saya sampai bisa makan siang lengkap dulu sewaktu menunggu PC tersebut membuka satu program.
"Dasar dungu..." kami sepakat, lalu berkesimpulan, bahwa orang-orang seperti ini masuk dalam kategori si dungu ber-sense of belonging rendah. Karena tidak merasakan harus mengeluarkan uang untuk mendapatkannya, maka mereka bisa seenaknya seperti itu, tanpa sadar, bahwa akibatnya akan mereka rasakan sendiri, kelancaran aktivitas akan terhambat gara-gara itu.
Bisa saja kan, karena tidak diflush, maka toilet jebol atau menjadi sumber penyakit? Atau rambu lalu lintas yang dicoret-coret bisa menimbulkan kecelakaan? Atau ada orang yang mati kena serangan jantung karena terlambat mendapat pertolongan gara-gara telepon umum yang semua rusak? - tapi yang jelas terasa sih, PC yang tidak bekerja sebagaimana mestinya yang menghancurkan seluruh ritme kerja.
Saya jadi berpikir, enaknya orang-orang dungu seperti itu harus diapakan ya? Yang baru terpikir sekarang sih, ada dua : diberi pelatihan atau dibasmi. Sayangnya, untuk memberi pelatihan tampaknya sulit dan mahal, karena sense of belonging yang rendah itu sudah mendarah daging serta mau memberi pelatihan pada berapa orang, coba?
Solusi yang tepat, ya dibasmi. Yup.. d i b a s m i. Seperti tikus-tikus sawah, seperti nyamuk-nyamuk penyebab malaria dan deman berdarah.
Dengan membasmi mereka, setidaknya berkuranglah satu kategori dungu di Indonesia, selain: dungu kategori asal njeplak hanya demi mempertahankan eksistensi diri, dungu yang senang mendeklarasikan diri menganut isme tertentu, dungu yang susah mengerti padahal sudah dijelaskan setengah mampus (tapi tetap sok tau), dungu yang menganggap berhubungan dengan pesohor adalah hal yang patut dibanggakan, dungu yang suka pamer kekayaan, dungu yang.... ah, sejuta kategori dungu yang lain lah,pokoknya!
Dengan musnahnya kategori/spesies dungu bersense of belonging rendah, mungkin kehidupan menjadi lebih menyenangkan.:P