Saya, Mas Yan dan Mas Sonny berdesak-desakan berada di dalam ruangan 100 x 75 cm, yang disusun dari meja-meja kelas membentuk sebuah panggung boneka. Dari depan, mungkin panggung itu terlihat menawan, ditutupi tirai dengan warna terang serta kertas-kertas krep yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai taman. Tapi jangan ditanya pemandangan di dalamnya, bekas permen karet, sarang laba-laba dan debu menumpuk.
"Ya adik-adik, sekarang Mbak Nina ditemani oleh 3 orang kawan. Rexy si singa, Bunny si kelinci dan Kwek si bebek." suara teman saya yang lain terdengar. Ia bernasib jauh lebih beruntung, menjadi MC yang bisa tampil cantik di panggung.
Saya mengangkat tangan kanan saya yang dibungkus oleh sosok Rexy singa berwajah ramah, melampaui batas teratas tepi meja, sehingga boneka tersebut menyembul dari balik tirai penutup. Saya menggoyangkan tangan saya, untuk memberi kesan seolah boneka singa itu hidup.
"Selamat Pag..."
*Ehm..Cut! Ralat. Ulang! belum cukup serak untuk menjadi suara singa.*
"Ehm..ehm..Sellamat Paggi, adik-adik.. RRexxy di ssini, mmau nemmenin kallian di ullang tahhun kellas Balitta.Aummm..." saya berkata dengan nada yang dalam dan berat sambil sesekali memperdengarkan suara geraman. Terdengar bodoh, memang, tenggorokan saya sampai terasa gatal.
"Eh, kamu mau ke mana?" tiba-tiba, Kak Nina (Iya, teman saya yang menjadi MC itu) berkata dengan nada panik.
"Mau lihat orangnya di belakang." cetus suara kanak-kanak itu. Dari suaranya saya sudah tahu bahwa itu adalah Chris, bocah berusia 4 tahun yang gendut dan bandel.
"Di belakang nggak ada orang Chris.." saya membayangkan Kak Nina sedang menahan Chris agar tidak berlari ke belakang panggung.
"Nggak mungkin, pasti ada..." Chris ngeyel.
"Nggak ada, sekarang kak Nina sama Rexy, Bunny dan Kwek mau cerita. Chris duduk ya?" pinta kak Nina dengan suara lembut.
Kak Nina memang pintar membujuk, tampaknya Chris sudah kembali duduk. Selanjutnya, Kak Nina meminta anak-anak menyanyi 'Kambing embek-embek' (judulnya aneh ya? haha, emang!), mereka bernyanyi dengan suara sumbang khas anak-anak, tapi suara merdu Kak Nina mendominasi.
"Chriiiiiiiiiiiiiiiis..." tiba-tiba Kak Nina menjerit dan lagu pun terpotong. Dalam waktu yang sama, tirai tersibak. Saya, Mas Sonny dan Mas Yan hanya bisa bengong tanpa sempat 'menyelamatkan diri'.
"Tuhh,kan bener ada orangnya. Nggak mungkin boneka bisa ngomong dan gerak sendiri." Ia tersenyum bangga akan penemuannya. Tinggal saya, Mas Sonny dan Mas Yan berebutan untuk menurunkan tirai.
...
"Lho, Mbak.. aku kan sudah kelas empat." seru Chris pada saya siang tadi.
"Ah masa? Boong kali.." saya berseru keheranan.
"Ih bener. Masa harus nunjukin rapot?"
Duuh...Rasanya baru kemarin Chris membuka kedok panggung boneka. Rasanya baru kemarin saya suka menjawil pipi chubbynya (yang dibalas dengan cubitan di lengan saya). Rasanya baru kemarin ia senang melakukan sejuta perbuatan-perbuatan yang sering membuat iritasi otak. Rasanya benar-benar baru kemarin. Tapi itu 6 tahun yang lalu.
Saya amati bocah itu. Ia sudah menjelma menjadi anak gendut yang tingginya sebahu saya, walaupun masih jahil, tapi terlihat lebih tenang. Oh,ya.. dan dia sudah malu ketika saya menjawil pipi chubbynya.
Rasanya benar-benar seperti baru kemarin.
Time really flies, eh? Kita menua tanpa sadar. Ck ck ck...
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
8
komentar