Jalanan lengang, maklum sudah malam, saya baru saja pulang dari rumah seorang teman untuk suatu acara. Di sebuah perempatan jalan, lampu merah menyala. Hanya ada mobil saya dan sebuah motor yang berhenti di sebelah kanan. Saya sempat memperhatikan pengendaranya, seorang laki-laki muda, mungkin awal dua puluhan, tapi hanya sekejap karena setelah itu pikiran saya kembali melayang pada liburan yang tertunda gara-gara suatu hal (sial!)
Lampu hijau.
Saya melajukan mobil saya. Tanpa disangka-sangka, motor yang tadinya ada di sebelah kanan, memotong jalan untuk membelok ke kiri. Saya tidak terlalu fokus pada jalan, refleks saya juga tidak secepat biasanya, maka.....
BRAKKKK!
Ups. Saya menabraknya. Jantung ini berhenti berdetak selama sepersekian detik, lengan saya mendingin dan berkeringat. Kaget. Sumpah, kaget setengah mampus. Setelah kesadaran pulih kembali, segera saya tepikan mobil, menelepon seorang teman agar ia datang, baru turun menghampiri korban.
Laki-laki itu terjungkir, beberapa bagian motornya rusak dan tangannya baret-baret bahkan berdarah.
YA ampuuuuun.... masalah deh.
kenapa ya,
ada orang yang suka coba-coba mencari
keuntungan pribadi di tengah musibah?
"Nggak apa-apa? Liat keadaan saya! Kamu mata kemana?" saya dibentak sebegitu rupa dan semakin panik ketika tiba-tiba ia mengerang-erang.
"Hmm, saya antar ke Rumah sakit ya pak?" saya menawarkan, sambil berusaha menolongnya. Tapi tangan saya ditepiskan dengan kasar.
"Nggak usah!!!! Saya buru-buru.... saya minta KTP kamu aja..."
"Lho, buat apa?"
"SUpaya besok saya bisa ke dokter sendiri, dan nanti kalau ada biaya-biaya rontgen, CTscan dan obat-obatan saya bisa menghubungi kamu."
"Neng, ati-ati.." si pemilik warung berbisik.
"Kenapa nggak sekarang, pak? Bukannya lebih cepat diperiksa lebih baik? Supaya bisa ditangani secara intensif?" tanya saya, tidak panik lagi, tapi mulai bisa berpikir lebih tenang dan jernih.
"Nggak bisa sekarang, aduhhh...." dia mulai lagi mengerang-erang dan saya hanya bisa berdiam diri, mati gaya. Selama beberapa menit ia demikian sampai saya yakin bahwa lukanya benar-benar parah, saya jadi takut.
"Ke rumah sakit aja sekarang ya pak?"
"Nggak.... atau begini saja, saya tahu biaya periksa, rontgent dan CTscan, masalahnya kita bereskan di sini aja.."
"Kok?"
"Mau masalahnya beres, atau di bawa ke Polisi?" dia mulai mengintimidasi.
Ini semakin nggak bener. Untung teman saya sudah datang, korban yang tadinya bersikap ngeselin mungkin ciut melihat teman saya yang bertampang seperti bandit (hi, Ben! hihihih).
Saya ceritakan kejadiannya secara detil ditambah oleh cerita beberapa saksi mata.
"Ya salah anda, Mas.... Mau belok kiri kok ngambil posisi di kanan, sudah gitu motong pula.." teman saya mengomel,"Ayo ke rumah sakit sekarang!" lanjutnya.
Teman saya ini berhasil memaksanya untuk ke rumah sakit terdekat, setelah menitipkan motor pada pemilik warung. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, korban mengerang-erang. membuat saya semakin panik.
----
Ternyata, setelah diperiksa secara intensif, dokter berkata bahwa korban baik-baik saja, lukanya sudah dibersihkan dan diobati.
Pfiuh, lega.
Saya pikir masalah saya beres, setelah membayar seluruh biaya perawatan dan saya berencana akan menawarkan mengantar korban dan membayar kerusakan motor, tapi di luar rumah sakit, terjadi lagi masalah. Korban mengaku bahwa ia tidak yakin akan diagnosa dokter dan ingin meminta second opinion ke dokter lain, bahkan pada akhirnya dia akan ke lab untuk check-up dalam, atau mencoba pengobatan alternatif dan menuntut saya untuk menanggung keseluruhan biaya.
"Jangan macam-macam ya, Mas.. Jangan mencoba cari-cari keuntungan dari kecelakaan ini" ancam teman saya. Saya sudah malas berurusan dengan korban, jadi diam saja agak menjauh. Mereka sempat beradu argumentasi.
Entah bagaimana, pada akhirnya masalah beres setelah saya setuju membayarkan sejumlah uang untuk biaya perbaikan motor. (mungkin ini karena teman saya kelakuan dan tampangnya seperti bandit, jadi korban ngeri)
Ia pergi juga, setelah mengomel-omel sambil mengancam-ancam saya dengan kata-kata yang tidak enak didengar. Saya (lagi-lagi) hanya diam saja, tidak mau memperkeruh suasana.
Sambil melihatnya menjauh, saya jadi berpikir, kenapa ya, ada orang yang suka coba-coba mencari keuntungan pribadi di tengah musibah? Sama kasusnya seperti cerita-cerita teman saya yang bekerja menangani masalah pemulihan pasca bencana di beberapa tempat, banyak sekali orang-orang yang memanfaatkan bantuan untuk kepentingan diri sendiri.
Apakah ini karena tuntutan kehidupan 'hari gini'? ("Haree genee nggak punya duit?", "Haree genee nggak memanfaatkan kesempatan?", "Haree genee ....")
"Lain kali ati-ati... dan kalo mo nabrak milih-milih kek, jangan yang drama queen, kayak dia." teman saya membuyarkan lamunan. Saya menoleh, dia nyengir jahil.
"Iya, maab, Thanks dan sorry udah ngerepotin."
"No probs. Sana pulang... aku iringin deh sampe rumah..."
there, ibunya ima.. cityscannya udah direvisi jadi CTscan... mwahahahah.. jadi gak perlu citibank lagi....