Kemarin saya terlibat pembicaraan yang cukup panas dengan seorang teman, cewek, gara-gara kami berdua melihat potongan acara yang menunjukkan sebuah kelompok yang kontra pada keterlibatan Artika Sari Dewi dalam ajang Miss Universe 2005. Pada acara tersebut ditunjukkan pula sang Miss Indonesia yang sedang berlenggang gemulai di atas stage mengenakan swimsuit.
“Dih, gitu aja ribut.” Begitu komentar saya, singkat tapi mampu membuat teman saya mendelik.
“Ya nggak bisa gitu dong, pakaian seksi yang dipakai Artika itu nggak sesuai banget dengan budaya timur,”
“Beuuuh? Konsep budaya timur yang mana? Etnosentris lo!”
“Ha?” ia menganga heran.
“Ngeliat budaya dari sudut pandang sendiri alias cupet. Jangan main generalisasi kayak gitu dong.Lah itu Papua? Lo kata nggak seksi apa? Masih mending swimsuit-nya Artika lagi, daripada baju beberapa suku di Papua, super minim dan toket kemana-mana.” Jawab saya asal. Dan si teman ini semakin mendelik.
“Beda lahhh."
“Why? Sama-sama menampakkan aurat kok, sebenernya yang dimasalahin apa sih? Pakaiannya kan?”
“..iya, minim dan seksi.”
“Nah, kalau orang Papua? Minim dan seksi juga kan?”
“Minim iya, seksi enggak..”
“Artika?”
“Minim dan seksi.”
“Karena?”
“Pokoknya beda lahh, orang Papua kayak gitu karena primitif.”
“Ha! Jahat loe sama orang Papua. Lagian primitif tuh apa, sih?”
Dia terdiam.Saya terdiam, sejenak, mengganti channel TV, maksudnya untuk menghindari huru-hara. Tapi dasar gatal…
“Agama loe ya?” tanya saya tiba-tiba.
“Iya..." ia menjawab tegas.
“Hmm. di agama gue juga gak boleh tuh, pake baju menampakkan anggota tubuh.”
“...”
“Tapi gue biasa aja, ngeliat swimsuit-nya Artika. Kenapa? Karena bagi gue itu nggak ada hubungannya sama agama. Come on, Cuma entertainment doang kok..”
“Tapi kan, ini sama aja eksploitasi tubuh wanita untuk keperluan bisnis? Masa’ loe, sebagai wanita nggak kesinggung sih?”
“Lahh, dese mau kok dieksploitasi untuk keperluan bisnis, lah loe siapa? Gue siapa? Nyokapnya? Bukan kan?”
“Kurang feminis loe..”
“what is feminism anyway?”
“..” dia terdiam.
“Tau nggak masalah dari ini semua apa?”
“Apa?”
“Membuat nilai kolektif..”
“Ha?” ia melongo bodoh.
“Buat gue, agama atau kepercayaan itu sifatnya pribadi – Cuma hubungan loe ke Tuhan doang, jadi apapun perintah yang ada dalam agama, ya loe lakuin, demi hubungan pribadi loe dengan Tuhan.”
“..” wajah teman saya semakin melongo bodoh.
“Nah yang jadi masalah di sini adalah, agama itu dibuat jadi kelompok atau komunitas, udah gitu kelompok atau komunitas tersebut tabrak lari, memaksakan nilai-nilainya untuk dipercaya sama orang lain untuk semua bidang… makanya ribut.”
“..”
“Lagian buat gue agak mengherankan aja, buat swimsuit protes, tapi buat kata-kata enggak.”
“Maksudnya?”
“Liat dong.. protes-protes kelompok itu kasar banget, liat deh spanduk yang bertuliskan Yayasan Perek Indonesia, duuuuh… ampuuun.”
“...”
“padahal Cuma masalah make swimsuit doang, secara badannya dese bagus, kalo gue misalnya yang jadi miss universe dan pake swimsuit, nah itu masalah – secara perut gue berlemak. Kalo gitu baru boleh deh gue diprotes, dengan spanduk bertuliskan Yayasan Perutgelambir Indonesia.” saya terkekeh.
“...” teman saya tetap diam. Tapi dari raut mukanya ia terlihat sangat sebal.
“Eh tapi, kalo ngeliat swimsuit yang dipake Artika, bagian perut ketutup tuh, jadi mungkin aja pake korset.. kalo gitu taun depan gue ikutan Miss Universe ah.. pake swimsuit doang mah lewat.”
“...”Teman saya tidak berkata-kata tapi melengos, semakin jengkel.
“Eh, tapi umur masalah nggak ya? Secara gue udah deket-deket seperempat abad plus lima tahun gitu loh…”
“...” wajah teman saya semakin berkerut.
“Lagian, lo harusnya salut sama Artika, dia bukan punya 3B doang, tapi 4B, Beauty, Brain, Behaviour dan Braveness, dia berani ngambil resiko diributin kayak gini dengan ikut Miss Universe.”
“Cuih..”
“eh… tapi yah, gimana kalau ternyata itu konspirasi?”
“Maksudnya?”
“Ternyata forum itu memang nge-backing Artika. Dengan huru hara seperti ini kan Artika dapat ketenaran dengan cepet, seperti Inul dulu.”
“Ya nggak mungkin lah.” Ia menyahut marah.
Teman saya langsung mengganti topik pembicaraan. Saya pikir sekarang ia sebal setengah mampus pada saya.
But who cares?
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar