0
komentar
...Orangtua mana sih
yang rela ngelepasin anaknya
pergi-pergian sama seorang cowok
yang keliatannya mengurus diri aja gak bisa?...
Malam minggu. Suasana foodcourt di plaza yang terletak di jalan Pasirkaliki ini SANGAT ramai. Bukan tempat yang tepat untuk menagih kemenangan atas taruhan makan malam pada seorang teman, tapi apa daya, dia ingin mencoba bergaya menggunakan gadget di zona Wi-Fi-nya. Orang-orang lalu lalang, berdua-dua dengan kekasih, atau bertiga-tiga, atau berempat-empat, bahkan berbanyak-banyak dengan sahabat.
Dia sedang menghabiskan porsi mie hotplatenya, saya sedang bergaya sebagai 'girl with (a friend's) gadget'. hihihi..
"Eh iya, gimana ketemu calon mertua, minggu lalu?" tanya saya sambil membuka account blogger, memasukkan ID dan ********** sebagai password.
"Gatot. Gagal total." ia menyeka mulutnya.
"Loh, kenapa?" saya bertanya tanpa melihatnya, mengarahkan kursor pada salah satu dari (sekian banyak) blog yang saya miliki : sepatumerah. Klik.
"Yah, mereka pas baru dikenalin sama Dewi sih ramah-ramah aja, welcome banget, tapi gak diijinin jalan, tadinya kan mau nonton. Trus malemnya , dia dipanggil masuk dan kebetulan gue mau ke WC, gak sengaja denger percakapan antara dia sama nyokapnya"
"ngomong apa?"
"Mmm... keknya.. kurang lebih, bokap nyokapnya gak suka ma gue..."
"Heeeee?"
Saya mendongak, memandangnya. He's cute, bahkan konon kabarnya, waktu SMU dia pernah menjadi salah satu ; kalau boleh mengambil istilahnya Icha Rahmanti sih : To-die-for-hunk. Semua perempuan akan jatuh cinta padanya.. sayang dia terlalu muda dan saya bukan paedophilia. (hihihi..).
"Kan loe ganteng,bow. Masa sih nyokapnya gak jatuh cinta juga ma loe?" goda saya.
"Gigi loe. Itu buktinya? " ia membalas.
"Bentar..bentar..." saya menggeser laptop, untuk memperhatikan dirinya lagi dengan lebih seksama. Rambut kriting agak gondrong berantakan,bulu-bulu halus bermunculan di sekitar mulutnya, muka berminyak, mengenakan t-shirt hitam tidak hitam karena belel dengan bagian leher yang mulur dan agak sobek, bertuliskan.. hmmm... (maaf, tulisannya tidak terbaca, cat sablon GLnya sudah mengelupas) lalu ada beberapa bagian tshirt yang bolong-bolong terkena bara rokok, celana cargo yang sobek kecil di bagian lutut dan sandal jepit hitam yang solnya sudah tipis. Dekil pol, padahal setahu saya, sewaktu SMU dia termasuk anak yang rapi, mungkin kerasnya dunia kuliah dan kerja yang membentuknya menjadi demikian.
"Kenapa?"
"Jangan bilang lo kayak gini pas ketemu orang tuanya Dewi..."
"Gue kayak gini pas ketemu orang tuanya Dewi." ia membeo.
"Yah, pantes lah, goblok..."
"Lah? Kenapa?"
"Orangtua mana sih yang rela ngelepasin anaknya pergi-pergian sama seorang cowok yang keliatannya mengurus diri aja gak bisa? Gue, kalo punya anak perempuan, nggak bakal juga kali ngijinin anak gue keluar dengan cowok yang kayak loe" seru saya. Sekarang saya sudah berhenti bergaya sebagai 'girl with (a friend's) gadget', lalu mulai menyuapkan porsi makan malam gratis saya.
"Duhh, loe tuh basi juga deh!"
"Lah?"
"Kan dulu loe pernah bilang, penampilan gak penting,lah, don't judge a book by its cover,lah..." ia terlihat gusar.
"hmm, yah nggak sesembarangan gitu lah, coy. Apalagi kalo kasusnya khusus kayak ketemu calon mertua, atau wawancara pekerjaan, atau ketemu klien, atau apa lah.... First impression penting - misalnya loe, pas wawancara kerjaan, pake baju asal-asalan kek gini, orang yang bakal ngehire loe pasti mikir, dih ni orang, gimana mo mikirin dan ngurusin pekerjaan yang bakal dikasih, ngurusin diri sendiri aja gak bisa DAN mikirin apa yang orang pikir sama dirinya sendiri aja nggak..."
"Tapi kan... yang penting 'ini' dan 'ini', ya nggak sih?" tanyanya sambil menunjuk kepala dan dadanya : otak dan hati.
"Gimana orang mau kenal 'ini' dan 'ini' loe, kalo untuk deket-deket sama loe aja males.." seru saya tajam.
"Tapi kan..."
"eh bentar... loe udah jadian blom sih?"
"Blom..."
"lagian bego, jadian belum, hubungan belum jelas udah mau diajak ketemuan.."
"Yaaa kan itikad baik.."
"trus, udah pernah ketemu sama bonyok-nya Dewi sebelumnya?"tanya saya.
"Blom..."
"Nah itu lagi, mana ada orang tua ngijinin anaknya pergi sama orang asing yang modelnya kayak bandit seperti loe..."
"Tapi kan..."
"Trus, skarang gimana?"
"backstreet.."
"Hari gini?"
"Alaaa, kayak elo nggak aja..."
"Itu kan dulu..."
"Ya sama aja.."
"Brisik!" potong saya, sambil memasukkan suapan terakhir ke dalam perut. Hap! Nyam..nyam..nyam.. apapun ternyata rasanya enak,ya, kalau gratis.
"Ah loe juga ke kantor kemarin pake baju asal gitu..." celanya.
"Lagi libur bow."saya membela diri, "lagian asalnya gue juga GAK mungkin pake baju nggak layak pakai dan juga gak layak disumbangkan kayak loe.." saya menarik kembalui laptop, mengarahkan kursor pada tanda 'create a new post', lalu mulai mengetikkan 'jangan dekil!' pada field title.
"Eh tapi bokap nyokap loe gak masalah klo gue berdekil-dekil gini ke rumah..." serunya.
"SIapa bilang?"
"He?"
"Sering diomongin kok loe sama nyokap gue.."
"Serius? Diomongin apa?"
"Duhh, mama gatel deh pengen nyuciin bajunya si temenmu itu.."
"Serius?"
"Ssshh.. jangan brisik, gue lagi nulis..." seru saya sambil terus mengetik.
woohoo...
thanks to this site untuk pullquote di kanan atas itu.... entri saya kali ini terlihat seperti majalah-majalah ibu kota :P. Udah ah, saya mau pulang, Have a nice weekend everyone...:)