Setelah 6 bulan bertahan dalam kesal dan gondok tanpa digicam dan membiarkan moment-harus-diabadikan lewat percuma di depan saya, akhirnya saya menyerah juga. Dua hari yang lalu saya membeli sebuah digicam. Ini, pilihan saya.
Duh, senangnya - saya kembali bisa bersnapshot ria lagi. Feels like orgasm ;-). Menguap sudah kekesalan saya atas rusaknya digicam lama dan harga sparepart yang uanyiiiing-mahal-banget.
"Lah, kok nggak beli sekalian keluaran yang terbaru? Atau yang 5 MP atau 7.2 MP?" tanya seorang teman ketika saya memamerkan kamera baru saya.
"Lah? Kalo buat snapshot doang bukannya ini cukup? Malah kalau di toko masih ada yang 3.2 MP saya beli yang itu deh.." jawab saya. Ia mencibir.
"Beuh, kalau saya jadi kamu, saya bakal ambil yang ditawarin sama temen kamu itu..."
"Kenapa?"
"Keren gila! Gaya pula!" jawabnya.
Saat itu saya baru tahu kalau fungsi lain kamera selain untuk memotret adalah : fungsi gaya.
----
Penting ya menjadi gaya? . Itu yang terlintas dalam pikiran saya. Lalu, tiba-tiba saya teringat banyak hal : seorang teman yang pengangguran sejati membeli PDA padahal setahu saya dia tidak membutuhkan asisten (baik digital maupun manual) untuk membantunya melewati hari-hari jobless tak bergunanya; dia bilang "pakai PDA gaya, tauuu.."
Teman yang lain rela untuk merayu orang tuanya untuk membeli produk Mango setidaknya 2 potong seminggu, dan dia bilang "Mango itu gaya, tauuu..."
Lalu ada berapa banyak majalah yang menggunakan kata 'gaya' sebagai tagline ? Hitung. Dan semuanya menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan gaya ; gaya pacaran (yang up to date) , gaya berpakaian (yang up to date), gaya bergaul (yang up to date), gaya berbahasa(yang up to date).
Lalu lagi, ada resepsi pernikahan salah seorang teman keluarga, besar-besaran yang menghabiskan dana 1 M dan mengundang lebih dari 1000 orang; saya mendengar si tante, ibu pengantin perempuan berkata; "Kan hari bahagia anak. Lagipula masa sih pernikahan nggak besar-besaran? Malu dong sama kolega suami." - secara tidak langsung dia menyatakan "kalau nggak pesta besar-besaran nggak gaya."
Mau dilanjutkan? Minum kopi di Starbucks itu bukan semata karena haus atau butuh asupan kafein - tokh ada kan warung kopi, atau bisa dong menyeduh kopi sendiri di rumah? Makan di MCDonald itu bukan karena lapar kan masih banyak warung timbel, warung tegal dan warung-warung lainnya? Semua karena gaya.
Semua menunjukkan bahwa gaya itu oksigen.
Saat itu saya merasa benci dengan kata gaya. Makan tuh gaya!
---
"Masyarakat kita sekarang itu masyarakat pesolek dan senang tampil, lagi - semua harus terlihat, makanya sekarang gaya itu penting; seperti oksigen. Terjadi pergeseran nilai-nilai alat pakai dan aktivitas manusia, sekarang bukan fungsi yang dipentingkan, tapi ya, gaya itu; yang terlihat itu. "Begitu celetuk teman saya baru lulus dan thesisnya berhubungan dengan lifestyle, di sebuah kedai juice, sore tadi. Lalu ia mengutip beberapa teori David Chaney yang diingatnya (padahal membahas teori-teori ilmiah bukanlah hal yang tepat untuk menghabiskan sore santai). Saya hanya mencoba memaklumi : biasa, deh, euphoria setelah sidang thesis.:P
"Gaya lo..." cela saya.
"Bukan.. bukan itu... ini kenyataan. Fungsi utama digeser, semuanya sudah murni jadi pertukaran tanda-tanda yang terlihat. Tanda status sosial, tanda status pendidikan, tanda ini, tanda itu -banyak banget."
"Gaya lo..." cela saya lagi.
"tapi..."
"Sutralah.... yang jelas saya enggak tuh..." jawab saya.
"Bohong. Kenapa kamu ganti ponsel tahun lalu?" Ia mengangkat ponsel saya.
Saya teringat akan ponsel lama saya yang ringtone-nya belum polyphonic, LCDnya belum berwarna dan casingnya yang harus diselotip.
"Yah, kamu tahu kan ponsel lama saya?" saya bertanya kembali.
"Masih berfungsi?"
"Masih."
"Kenapa ganti?"
"Hmmmm...."
"Kurang gaya,ya?"
"Hehehe..."
"See? Terus kenapa kamu tindik hidung?"
"Suka aja..."
"Biar gaya?"
"Hehehe.."
"Terus kenapa pengen tattoo?"
"Iya deh iya.. soalnya gaya!!!!!"
Saat itu saya baru ngeh, tanpa sadar saya juga termasuk menjadi bagian masyarakat pesolek, nggak bisa dihindari.
Duh, jadi ternyata saya juga makan-gaya, dong? Hmm.. tapi nggak parah kok, tokh saya nggak gila merek atau gila gaya hidup tertentu,kan? *pembenaran pembenaran*
---
Anyway... lepas dari soal gaya, akhirnya saya bisa mengambil snapshot lagi. Nggak akan ada moment-moment yang lewat percuma; gundukan sampah yang mulai bermunculan lagi, flyover yang hampir jadi, mimik aneh mahasiswa, konser, atau mungkin personal kissing scenes? ;-). Oh ya, mungkin (kalau tidak malas), blog saya yang ini saya buka lagi.
Horeeee! Hidup kamera baru!
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar