Gedung kantor saya berlantai 5 sedangkan ruangan saya dan kelas-kelas ada di lantai 3. Setiap hari minimal 3 - 4 kali saya naik turun tangga. Soalnya absen finger-print di lantai satu dan setiap pergantian mata kuliah saya harus mengabsen, lalu absen mahasiswa juga harus di ambil di administrasi masih lantai 1. Kadang-kadang Big Boss memanggil untuk mengerjakan pekerjaan, yang gitu-deh, ruangan beliau? Masih di lantai 1. Ohya, lupa.. cafetaria di lantai 4, kalau saya haus atau lapar tinggal naik satu lantai lagi.
Memangnya nggak ada lift?
Ada dong, kamu pikir kantor saya apaan, nggak punya lift.:P
Tapi saya tidak suka menggunakan lift. Terlalu ramai, sedangkan saya adalah orang yang memiliki radius personal space cukup luas, jadi ketika ada orang asing yang terlalu dekat dengan saya, maka saya langsung merasa tidak nyaman dan jangan heran; … kesal. Iya! Kesal.
Jadi mana mungkin saya bisa nyaman berada dalam lift berkapasitas 10 orang - dengan ukuran 2 x 2 meter, yang mengharuskan saya untuk berdekatan dengan orang setidaknya dalam jarak kurang dari setengah meter?
Mending naik tangga kemana-mana deh. Lagipula Cuma 3 lantai. (Kalau 25 lantai lebih, beda kasus.), hitung-hitung olah raga.
Terkadang saya mencela orang-orang yang gemar menggunakan lift dengan "Lo punya kaki cuma buat hiasan badan doang, pake dong! Dari rumah naik kendaraan, di kantor naik turun lift. Pemalas. Mentang-mentang udah ada fasilitas yang mempermudah."
Anyway, kemarin lift kantor saya jatuh. Dari lantai 4 menuju ke basement 2. Mengerikan. Ada 14 mahasiswa di dalamnya (iya, 14.. dasar goblok, jelas-jelas kapasitas cuma 10 orang) - yah tidak ada korban sih, tapi saya melihat wajah-wajah shock para mahasiswa yang berhasil dikeluarkan dengan selamat melalu langit-langit lift.
Pfuh, untung saya pengguna tangga yang setia.
.....
Di rumah, saya jadi berpikir - banyak sekali. Betapa seringnya saya jengkel ketika mobil saya masuk bengkel dan menganggap ketiadaan mobil itu adalah penghambat, padahal kalau saya lagi di luar kota, saya tidak berkeberatan naik kendaraan umum kemana-mana, bahkan kalau pun tidak ada kendaraan bermotor, naik sepeda atau jalan kaki juga tidak masalah.
Betapa seringnya saya mengomel ketika kalkulator tiba-tiba lenyap (dan kamu tahu, saya sering sekali menghilangkan benda-benda), padahal saya harus merekap nilai UTS mahasiswa. Padahal lagi skala hitungan hanya sampai 100. Dan lagi-lagi padahal , dulu kalau menghitung, saya selalu menggunakan cara manual.
Apalagi, ya? Oh betapa saya selalu menghujat komputer lama saya yang ajaib, suka tiba-tiba mati sendiri - padahal saya sedang ingin menulis. Padahal (aduh, kalau ikut kuis komunikata, saya sudah didiskualifikasi karena mengulang-ulang kata padahal..uhm, nevermind... sampai di mana tadi?) waktu kuliah dulu saya punya agenda busuk plus spidol snowman yang selalu saya bawa kemana-mana, sehingga sewaktu-waktu saya ingin menulis, atau menggambar, bisa saya pergunakan. Sekarang? Saya menulis tangan pun serasa kaku dan mengklaim bahwa tanpa komputer saya tidak bisa berkarya (tsah!)
Lalu, gawatnya.... saya tidak ingat nomor ponsel saya sendiri! Semua saya save dalam address book ponsel, padahal dulu saya bisa mengingat lebih dari 20 nomor telepon dan 20 nomor pager.
Duh, gila ya? betapa seringnya saya menjadi pemalas dan tergantung pada alat- alat yang memudahkan kehidupan. Lalu apa yang terjadi kalau tiba-tiba fasilitas-fasilitas itu nggak ada? Kita jadi 'lumpuh' (lumpuh di sini bisa diganti dengan 'malas' - karena batasnya tipis.)
Padahal kan, benda-benda itu, biar kelihatannya sangat canggih, tapi bisa saja kan suatu waktu 'misleuk' alias ngaco. Lihat saja kotak ajaib bernama lift di kantor saya; bukan sulap bukan sihir, ia bisa menaikkan dan menurunkan orang-orang ke lantai yang mereka mau. Tapi tetap saja, kalau memang harus 'rusak' ya rusak.
Saya jadi ingat salah satu serial komik Arad dan Maya yang pernah saya baca di masa kecil, kalau tidak salah judulnya adalah Arad dan Maya di Planet Pelangi (tolong koreksi, kalau saya salah menyebutkan judul.). Di planet tersebut, penduduknya semua menggunakan alat untuk melakukan aktivitasnya. Mereka menjadi cacat.
Aduh, saya nggak mau tergantung dengan alat apa pun. Apalagi kalau karena ketiadaan alat tersebut bisa membuat saya merasa tidak berdaya. Semoga bisa.
By the way... Sekarang tangga di kantor saya jadi laku - semua orang beramai-ramai naik tangga. Entah karena lift masih rusak, atau semua takut kecelakaan? Entah ya. Tapi sebal - jalan saya naik tangga terhalang gituuuuu. X-(
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
1 komentar