Somewhere out there beneath the pale moonlight
Someone's thinking of me and loving me tonight
Somewhere out there someone's saying a prayer
That we'll find one another in that big somewhere out there
Pernahkan kamu menyanyikan lagu ini, di ceruk jendela kamarmu sambil memandang keluar kaca, dan memikirkan, sedang apa prince charming-mu di ‘somewhere-out there’?
Aku pernah. Dan sekarang aku malu.
Bayangkan, aku pernah percaya bahwa seorang manusia dilahirkan selalu berpasang-pasangan. Aku percaya bahwa suatu hari nanti kami akan saling menemukan – ketika saat itu tiba, kami akan merasa yakin satu sama lain, sehingga pada akhirnya kami menikah dan berkembang biak.
Tsk..tsk..tsk… mungkin ini adalah akibat dari terlalu banyak menonton film animasi Disney’s lama, yang selalu ditutup dengan frasa : ..and they live happily ever after… Cuih!
Tapi semakin aku dewasa, semakin aku tidak percaya hal-hal seperti itu.
Aku sinis? Ah enggak!
Hanya menjadi lebih pintar.
Yang pertama adalah kenyataan bahwa jumlah perempuan produktif jauh lebih banyak dari jumlah laki-laki produktif. Kalau sudah begitu, mau berpasang-pasangan darimana, coba?
(Eh..eh, mungkin ini ya, yang membuat para pria-pria merasionalisasikan, eh merasionalkan, hmm, ah repot, pakai diksi ini saja : membenarkan! Ya membenarkan tindakan poligami, karena kasihan dengan perempuan-perempuan yang tidak kebagian pasangan!)
Kalau sekarang aku lebih percaya dengan : P-R-O-S-E-S. Aku tidak perlu dengan sabarnya duduk diceruk jendela sambil bernyanyi-nyanyi membayangkan prince charmingku. Aku juga tidak perlu bertanya-tanya : ini prince charmingku bukan,ya? Setiap aku bertemu dengan lawan jenis. Atau ketika aku melihat plat mobil yang memiliki huruf akhir inisial orang yang kita sukai aku tidak perlu berkata : “Aha! Pertanda!”
Ketika aku dekat dengan seseorang, maka aku akan berusaha mengenal orang tersebut sebaik mungkin : Itu proses. Ketika aku menemukan hal menyebalkan pada orang itu dan aku bisa kompromi : Itu proses. Ketika aku menemukan kesamaan minat : Itu proses. Ketika aku menemukan kesamaan visi dan misi dalam hidup : Itu proses. Ketika aku tiba-tiba merasa sayang luar biasa dengan orang tersebut : Itu proses.
Bahkan saat orang lain bilang : bukan jodoh, ketika mereka dan pasangan tidak bisa kompromi lagi, tidak menemukan kesamaan, sudah tidak cinta atau apapun yang harus diakhiri dengan perpisahan, aku tetap menyebutnya : Itu proses! Lalu ketika pada akhirnya mantan pasanganku bersama perempuan lain yang, yah segitu-doang, aku tidak akan buru-buru menghibur diriku dengan menyebut : dia bukan jodohku, mungkin perempuan itu, walaupun biasa banget, adalah jodohnya – aku tetap menyebutnya: itu proses (proses untuk mengetahui bahwa ternyata selera mantan kita segitu doang, getohhh! Haha!)
Itu sebabnya, ketika aku memutuskan untuk bersama seseorang (jadian, gitu ganti!), aku tidak mau berkata : “gue udah capek pacaran main-main, gue mau serius, bukan waktunya nyari pacar, ini waktunya nyari suami.”, karena semua tergantung proses, kalau memang prosesnya membawa kita berjalan bersama, kenapa tidak? Tapi tidak masalah juga kalau prosesnya malah membuat kita berpisah.
Aku tidak percaya jodoh, prince charming, soulmate atau apapun yang sifatnya membuatku pasif, hanya menunggu. Aku percaya proses.
Ngomong-ngomong aku suka dengan kalimat yang pernah kubaca di suatu buku yang begini bunyinya: forget prince charming, Cinderella has already got him!
Ada yang ingat tidak, buku apa itu?
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
11
komentar