"Sometime I wonder, how much I’m needed. Well, kalo gue di obral ada yang mau nggak ya?".Begitu bunyi pesan dari teman saya di bulletin board situs-nggak-penting tapi saya (dan sejuta umat di seluruh dunia) ikut menjadi anggotanya. Hal pertama yang terlintas dalam benak saya adalah : “kasian amat sih!” lalu saya teringat akan sepatu yang pernah saya beli pada end-year sale tahun lalu.
Sebenarnya ketika saya melihat sepatu itu di etalase sebuah toko sepatu saya hanya tertarik, tapi tidak berniat membelinya. Hh! kalau saja karton kuning bertuliskan end year sale 50 - 70% itu tidak ada, tentu saya tidak akan masuk ke sana! Siapa sih yang tidak tergoda untuk masuk dan melihat-lihat (mungkin anda tidak tergoda, tapi yang jelas saya pasti tergoda!).
sepatu itu tanpa hak, berwarna merah, bermodel mary jane, (setelah melihat harganya ternyata sepatu itu sale 50%),serasa ada yang berteriak dari dalam otak saya
Arrgh! Sepatu itu gue-banget modelnya! Harus punya, it’s a pair of to-die-for shoes!
Saya mengepasnya. Cocok. Tanpa pikir panjang, saya langsung mengeluarkan sejumlah uang, untuk membelinya. Hmmm… awalnya saya bangga : Saya hebat, bisa membeli sepatu bagus, bermerk terkenal, diskon 50% pula, hemat setengahnya! Tapi ketika saya keluar dari toko saya mulai menyesal, Damn! Saya kan masih punya kurang lebih lima puluh pasang sepatu di lemari sepatu? Dan tambah menyesal lagi, ketika sampai rumah, ternyata saya sudah memiliki sepatu yang modelnya hampir mirip dengan si to-die-for shoes! Sial! Akhirnya sepatu itu saya simpan di dalam kotaknya, saya beri kapur barus, dan saya keluarkan dua minggu sekali untuk dijemur.
Hhhh, ternyata saya hanya tergiur oleh diskon 50%nya, bukan karena saya benar-benar menginginkan sepatu itu. Sepatu itu jarang sekali saya pakai…
eh tunggu! Sepatu itu kemana ya sekarang?
Lain halnya ketika sebulan lalu, saya membutuhkan sebuah jacket,saya khusus berkeliling pertokoan untuk mencari jacket, dan di sebuah toko, pandangan saya terpaku pada jaket corduroy coklat yang modelnya luar biasa keren, pas badan, menyerupai jas. Saya langsung jatuh cinta , saya ambil dan saya kenakan..
Huhuhu, jatuhnya di badan keren banget.
Saya tidak membelinya takut menyesal . Dengan berat hati saya gantung kembali dan meninggalkan toko. Tapi mungkin itulah yang disebut cinta pada pandangan pertama, karena setelah pertemuan saya dengan jaket keren corduroy itu, saya tidak bisa berhenti memikirkannya, siang malam! Seminggu yang lalu, saya kembali ke toko yang sama, dan saya lihat jaket itu tinggal satu lagi, ukurannya L, kancingnya lepas, tapi masih belum diskon. Melihat itu, rasanya seperti ada yang lepas dari rongga dada saya…
Is that my heart?
Saya putuskan untuk membelinya, kalau kebesaran, tentu saja bisa saya bawa ke tukang jahit langganan, kancing lepas? Bisa saya jahit kembali kancing yang baru…. Saya benar-benar menginginkan jas itu!!!
Hhh… kalau ingin mengetahui sejauh mana orang-orang menginginkan saya, saya tidak akan pernah diskon, se’rusak’ apapun saya! Karena saya percaya ada orang-orang yang tetap menginginkan saya, as bad as I want that brown corduroy jacket!
Setidaknya, keluarga dan sahabat-sahabat saya lah…
Anyway, tentang pesan di bulletin board, akhirnya saya balas secara pribadi:
Tergantung tiga hal, sih Ko! (Oops, i mention his name!)
1. diskon min 50%
2. gak cacat
3. tahan lama
4. modelnya gak cepet basi
kalo semua iya, gue ambil deh satu!
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
1 komentar