Bell sekolah berbunyi dengan nyaring, mata-mata bosan serta merta bersinar kembali, semangat untuk pulang yang membuatnya demikian. Seorang perempuan dewasa (yang entah siapa yang menyuruh-dipanggil ibu guru) terpaksa menghentikan ocehan tidak pentingnya, karena suaranya telah tenggelam dalam riuhnya suara keresik kertas, suara berbisik-bisik, suara retsleting ransel dibuka dan ditutup serta dentuman laci meja. Lagipula jika ia terus berbicara, apakah dia tahan melihat tatapan gusar murid-muridnya?
"ya, sekian dulu pelajaran hari ini. Jangan lupa kerjakan PR." Ia mengalah, "kamu, tinggal sebentar." Ia melanjutkan sambil menunjukku. Aku? Hah! Sial!
Apa boleh buat, aku tinggal di dalam kelas, sementara anak-anak lain berebut, berlari bertemperasan keluar kelas. Kuhampiri mejanya, duh aku salah apa? Yang bisa kulakukan hanyalah menunggu perempuan itu selesai mengerjakan pekerjaannya (yah, tahu kan, pekerjaan guru? Lihat saja sinetron, setiap tokoh guru pasti diperlihatkan sedang menulis-nulisi setumpuk kertas!)
"Nah." Ia mendongak, aku mengamatinya. Tulang pipinya tinggi, mukanya berbentuk persegi , rambutnya pendek, tidak berkacamata. Dia tersenyum, sambil mengeluarkan setumpuk kertas. Kertas gambarku!
"Lihat" lanjutnya. Dia mengangkat kertas bergambar bunga sangat besar, dengan kelopak bertotol-totol hijau merah. Ya, kenapa dengan gambar itu?
"Ini bunga apa?" tanyanya.
"Bunga dari luar angkasa.." sahutku. Aku teringat cerita arad dan maya dalam puteri planet mars yang baru saja kubaca. Memang tidak ada bunga dalam cerita itu, tapi jika ada serangga sebesar manusia, tentu bentuk bunganya akan seperti itu.
"kenapa tidak menggambar bunga yang ada di bumi?" tanyanya lagi. Bunga apa? Mawar, melati semuanya indah? Ahh bosan! Aku hanya diam.
"Misalnya bunga mawar dan melati, warnanya merah dan putih, tidak ada totol-totol seperti ini, kan indah?" tanyanya. Aku lagi-lagi hanya diam.
"Lalu ini.." dia mengambil sebuah kertas lagi, gambar pemandangan, dengan matahari berwarna biru, "kenapa matahari berwarna biru? Seharusnya kan kuning, lihat gambar teman-teman yang lain, mataharinya kuning!" dia melanjutkan sambil mengambil kertas milik teman-temanku. Ya, lalu? Itu kan teman-temanku, bukan aku.
Melihat aku hanya diam saja, ibu guru menghela nafas.
"ya sudah, lain kali kamu gambar seperti teman-temanmu saja, kamu kan bulan depan mewakili sekolah kita lomba melukis, jangan melukis yang aneh-aneh, nanti tidak menang!"katanya. Aku hanya diam, berbalik lalu melangkah keluar kelas.
Halaman sekolah telah sepi, bahkan penjual makanan pun tidak ada lagi, tinggal seorang penjual gulali berwarna merah, itupun sudah mematikan kompornya dan bersiap-siap untuk pulang, atau pindah ke sekolah lain yang masuk siang.
Hhh.. sebenarnya aku ingin bilang pada ibu guru, bahwa pemandangan yang aku buat adalah pemandangan malam hari. Kan kalau malam matahari warnanya biru? Tapi sepertinya percuma, karena minggu lalu, aku mengatakan bahwa perempuan berbaju kembang-kembang yang sedang mengatur lalu lintas itu adalah polwan yang sedang ulang tahun dalam gambarku, bu guru hanya tersenyum sambil menggeleng prihatin.
Duh, orang dewasa memang aneh! Dan kadang-kadang goblok, memaksa anak-anak untuk menyetujui apa yang dianggapnya benar!
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar