Kemarin aku sudah membuang nyaris setengah hari dalam hidupku bersama seorang sahabat, melakukan ritual: mengobrol sedikitnya 4 jam di sebuah coffee shop, dia menghabiskan bercangkir-cangkir cappuccino, dan aku menghabiskan bergelas-gelas lemon tea (kopi adalah minuman yang tidak aku sukai!), mencoba berbagai macam cemilan, dan bercerita tentang.. hmm, tau dong, obrolan-cewek-banget.
Lalu ritual kami lanjutkan ke toko kaset, dia membeli beberapa album new release, aku? Aku adalah pembajak sejati, dia membeli, aku memilih dan merekam.
Aku sempat memaksanya membelok ke sebuah toko sepatu, untuk menemaniku membeli sepasang sepatu pumps, hitam, tanpa hak, yang kuincar sejak sebulan yang lalu. Membayangkan akan dipakai bersama baju seperti apa sepatu itu; rok hitam dan stocking hitam pekat, dan kemeja pas badan, membuatku bergairah. Aku akan mencapai orgasm jika berhasil mendapatkannya! (And, yeah baby! I got it, sekarang sepatu itu sudah membungkus manis kakiku yang berstocking hitam pekat! Mmmhh..)
Tempat persinggahan terakhir kami kemarin adalah pasar buku. Biasanya rute perburuan kami adalah kios novel, kios komik, kios dongeng anak, kios buku-buku hardcover art, design and craft bekas, diakhiri di kios majalah dan tabloid di depan pasar, tapi kali ini, rute kami berbeda, aku membelok ke kanan menuju kios komik, dia ke kiri.
Huh? Disana kan hanya ada kios penjual buku-buku begituan* bekas? Mau apa dia disana? Hmmm.
Tapi ya sudahlah, kami berpisah, menempuh rute yang berbeda. Aku menelusuri deretan komik lalu deretan buku anak. Hmm, temanku mana ya? Aku mendongak. Oh! Dia masih di kios buku- buku begituan bekas. Nyari buku apa sih?
Aku memutuskan untuk menunggu temanku sambil berjongkok didepan kios buku hardcover luar bekas dan membuka-buka buku motif India, buku-buku merajut, dan buku-buku crocheting. Tak berapa lama bahuku ditepuk. Temanku, menyeringai sambil memamerkan buku yang ditemukannya. Yah, buku begituan.
"Tumben.."
"yah, lagi pengen aja, baca buku seperti ini, nambah pengetahuan.." katanya.
"oh... gitu yah, gue punya tuh buku-buku begituan." aku bangkit dari jongkokku. Duh, aku kesemutan.
"kok punya?" dia terheran-heran.
"Punya,lah.. buku wajib kuliah, kalo mau ke rumah deh, pinjem aja.." Pikiranku melayang pada rak buku di rumahku : Umberto Eco, Jean Baudrillard, Roland Barthes, Louis Althusser, Dick Hebdige, dan seterusnya dan seterusnya. Blah, buku-buku begituan hanya ku buka enam bulan sekali, diakhir semester, menjelang ujian dan sewaktu mengerjakan tugas.
Satu kios lagi sebelum kami pulang, kios novel! Aku mau membeli satu buah chicklit; Wanderlust, yang katanya ringan. Dan perburuan buku kami pun selesai.
Kami berdua berjalan keluar pasar, seperti biasa aku mampir ke kios majalah dan tabloid, tertarik membeli satu buah tabloid bercover bintang Akademi Fantasi Indosiar. Tiba-tiba, aku teringat akan sesuatu...
"Eh, Nyet.. lo lagi pdkt sama cowok yang suka buku-buku begituan ya?" Aku menebak. Dia hanya tersipu malu.
Tuh kan?!, Dari dulu, memang begitulah caranya mempesona teman-teman kencannya; dengan (sok) memiliki kesamaan minat. Dia pernah menjadi penggila otomotif, dan mempelajari karakteristik mobil-mobil baru, menjadi penggemar sepak bola, menjadi pengamat politik, menjadi penggemar film-film indie, menjadi penyuka musik new age, menjadi pengunjung tetap pameran seni (dan bertingkah bak kurator), sekarang dia menjadi penggemar buku-buku begituan.
Nanti dia jadi apa lagi ya? Oh, well..
*buku-buku non fiksi, non komik, non majalah dan tabloid, non-menghibur, yang meskipun kurang dimengerti oleh yang membaca tapi masih baik untuk disebutkan (nama pengarangnya) pada kencan pertama untuk memberi impresi cerdas. :-P
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar