Bisa tebak tidak, aku akan panik jika orang yang sedang menjadi pacarku mulai berkata apa? Iya, iya, iya aku tahu kalian akan menjawab,"maukah kamu menikahi aku?", iya, sih.. itu memang kalimat utama yang membuatku panik, tapi bukan itu yang kumaksud sekarang, yah ini bisa disebut sebagai kata-kata kedua yang membuatku panik deh! Coba, ayo, bisa tebak tidak?
(iya, yang disana.. coba agak keras sedikit! Wah salah! Coba yang itu, iya, kamu yang ganteng dan pinter itu, hmmm.. masih salah! Kalau kamu? iya kamu yang pakai anting! Iya Kamu Hun, kamu! Nggak usah ngeliat-liat kebelakang! Apa jawabannya? Ah, Iya betul! Kok kamu tahu? Uh, iya, aku kan pernah bilang sama kamu! Curang!)
"ke rumah yuk! Bokap nyokap mau kenal kamu!" nah, kalau orang yang sedang menjadi pacarku mulai berkata seperti itu, jantung, otakku, nafaskuku akan berhenti sekitar satu menit! Bukannya apa-apa, tapi kupikir, aku mempunyai bakat untuk membuat semua orang tua (yang bukan orang tuaku) tidak begitu suka padaku! Lagipula, buat apa coba?
(iya, iya, wajar, orang tua ingin kenal dengan orang yang sedang dekat dengan anaknya, tapi kan, kalau belum serius bagaimana? Aku tidak akan pernah membawa seorangpun kerumah, sampai aku benar-benar yakin aku akan menikahi orang itu!)
Sebisa mungkin aku akan menolak, menggunakan alasan sakit perut, tidak enak badan, ada acara keluarga, latihan paduan suara (ha!) dan sejuta macam lainnya. Biasanya sih aku lolos. Tapi pernah aku terjebak, waktu itu undangan datang dari orangtua orang-yang-sedang-menjadi pacarku sendiri. Ugh! Kalau sudah begitu, tidak bisa tidak kan? Aku menyetujuinya, tapi akan merasa jengkel, panik, sebel tidak karuan selama berhari-hari sebelum masa pencobaan tiba. Panik menyusun skenario, panik membuat rencana A dan rencana B.
(Apa? Tampil menjadi diri sendiri? Iya, itu juga aku berusaha tampil menjadi diri sendiri, diri sendiri yang kubatasi, tentunya! Sudah kubilang, aku punya keterampilan khusus untuk membuat semua orang tua tidak suka padaku!)
Ketika aku benar-benar berhadapan dengan orang tua-orang yang sedang menjadi pacarku, aku akan berkata ,"Selamat malam, oom, tante.." tepat seperti skenario yang sudah kuatur sebelumnya. Kalau mereka hanya menjawab, "Selamat malam." Dengan dinginnya, maka aku akan terdiam, membeku, "aduh, harus ngomong apa lagi ya?" dalam hati aku akan bertanya-tanya dengan panik. Kalau mereka terus tidak bersuara, maka aku mulai merasakan kiamat sudah dekat.
Nah, kalau orang tua orang-yang sedang menjadi pacarku ramah, memang lebih enak, bisa mengobrol bla-bla-bla, bli-bli-bli, yadda-yadda-yadda, walaupun hanya basa-basi plus senyum wajib sampai pegal, tapi tidak apa-apa lah, dibandingkan diperhatikan dari atas sampai kebawah dengan tatapan dingin dan tanpa suara! Tapi tetap saja, aku akan merasa lega luar biasa, jika malam itu berakhir.
Makanya aku tidak bisa mengerti teman-temanku yang memiliki jadwal rutin berjalan-jalan dengan orang tua orang-yang-sedang-menjadi pacar mereka, atau memanggil orang tua pacar dengan sebutan mama-papa. Aduh! Kok bisa ya?
Hmmpf.. memang membuat orang tua orang yang sedang menjadi pacar kita jatuh cinta pada kita, tidak semudah membuat anak-anak laki-laki mereka jatuh cinta,ya?
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar