Iya, saya sudah tahu bahwa hanya membeli sebungkus pembalut pada malam minggu di supermarket yang ada di pusat keramaian adalah sebuah tindakan tolol!
Tolol banget, malah! Pasti akan terlalu ramai orang di sana. Keluarga-keluarga kecil nan bahagia yang sedang berbelanja bulanan. Pria-pria yang sedang membelikan coklat toblerone buat kekasih mereka. Remaja-remaja yang membeli cemilan dan minuman ringan untuk menemani mereka menonton di bioskop yang ada satu lantai di atas supermarket ini. Semua orang di kota ini seolah tumpah ruah disini. Dan antrian di kasir? Tentunya panjang luar biasa!
Apa? Kamu tanya saya, sedang apa sekarang berada dalam antrian super panjang di kasir sebuah supermarket yang ada di pusat keramaian ini sambil membawa sebungkus pembalut? Ya beli pembalut, tolol! masa' berenang?
(eh, tapi ngomong-ngomong kenapa sih namanya pembalut? kan benda itu tidak membalut apa-apa?)
Oh lalu kamu mau menyebut saya super tolol, karena melakukan hal yang tolol? Terserah! saya cuma mau kamu tahu, kalau saya 'dapet' tiba-tiba, dan saya tidak punya persediaan pembalut satupun dalam ransel.
Ya ampun, ya jelas lah, saya beli di supermarket ini, karena ini adalah supermarket yang terdekat, masa saya harus beli di..hmm, Padalarang?
Kamu tuh banyak nanya sekali ya? Kalau saya harus cari supermarket atau warung, atau toserba lain, ya keburu tembus, tolol! Sssst! Diem ah! Bawel banget sih! saya mau mengantri di kasir nih!
Pfuuuhh...Antrian di kasir sangat panjang, mungkin sekitar dua puluh orang! Sebenarnya saya malas bergabung di dalam antrian. Tapi mau gimana lagi? Masa sih, saya harus keluar tanpa membayar? Ya ditangkap satpam dong! Yang bisa dilakukan hanya bersabar, lagian orang sabar di sayang Tuhan! Ya nggak Han? (Han maksudnya Tuhan!)
Duh, kok rasanya banjir ya? Tembus nggak nih? Berkali-kali, dengan gerakan perlahan, dan tidak mencolok, saya mengecek bagian belakang jeans. Sejauh ini aman-aman saja. Tapi saya masih cemas, kalau tembus kan memalukan.
Antrian semakin maju, saya terpaksa menyibukkan diri supaya tidak terlalu bosan, apa saya menguping pembicaraan cinta sepasang remaja di depan?
(Mas.. mas, kayaknya mas udah empat kali deh, ngomong I love you, ntar cepet bosen,loh trus putus..!)
Atau mendengar rengekan anak kecil di belakang yang minta dibelikan mainan?
(Dik, bisa diem nggak? Ntar tante culik trus diawetin jadi gantungan kunci mau?)
Tiba-tiba, ada yang mendorong saya, seorang perempuan memaksa masuk dalam barisan, tepat di depan saya.
"HEI!" saya langsung berteriak, "ngantri, Non!".
"saya Cuma beli ini kok mbak.." katanya sambil menunjukkan dua buah minuman ringan kaleng.
"saya juga Cuma beli ini.." tidak mau kalah,saya acungkan bungkus pembalut yang dari tadi ada ditangan.
"saya buru-buru mbak, " dia bersikukuh.
"saya juga buru-buru, kalo nggak saya tembus.."
"Tapi.." Dia masih mau melanjutkan, saya melotot.
(Mbak, jangan bikin saya marah, tau nggak, saya kalau marah makan orang,lho!)
Mungkin karena dilihatnya saya tidak mau mengalah, ia keluar dari antrian, menjauh, berjinjit sambil memanjangkan lehernya, mengamati orang-orang yang mengantri. Dengan gerakan cepat, ia berjalan, ke arah seorang bapak, yang berada empat baris di depan.
"pak, boleh saya duluan? Maaf ya.. saya buru-buru.." terdengar suara nona tadi bermanis-manis.
(Arrgh! Semoga bapak itu tidak mengizinkannya, kalau ia mengizinkan nona-malas-mengantri itu duluan, saya akan membentur-benturkan kepala saya ke lantai)
"boleh, saya tidak keberatan.." saya mendenger bapak itu menjawab, sopan "tapi selain minta izin pada saya, anda juga harus minta izin pada semua orang dibelakang saya sampai orang terakhir dalam antrian!." Lanjutnya.
Ha! Saya terperangah. Nona tadi hanya tersipu-sipu, dan dengan malu ia berjalan menunduk lalu... mengantri dari belakang!
Ha, Sukur! Ngantri aja susah!
(sebenernya, kalo kata ganti orang pertama enakan aku, saya atau gue,sih?)
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar