Waktu kecil aku suka sekali menulis surat untuk sahabat-sahabat penaku, ada Kyoko Kanda dari Jepang, ada Monia Traini dari Italia, ada Daniel Kleinfeldt dari Amerika Serikat, ada Siti Nurdina dari Malaysia
Aku ingat Kyoko karena dia pernah mengirimiku komik Jepang (yang kubalas dengan komik Mahabrata karya Jan Mintaraga), aku ingat Monia karena dia pernah mengirimiku gantungan kunci (yang kubalas dengan mengiriminya selendang ulos Danau Toba), aku ingat Daniel karena dia pernah mengirimiku boneka anjing dan tshirt (yang kubalas dengan mengiriminya t shirt bertuliskan Samosir), aku ingat Siti karena dia pernah mengirimiku kartu pos (yang kubalas dengan mengiriminya kartu pos bergambarkan Parapat).
Bundaku sering kesal jika aku lebih memilih untuk tidak makan siang, daripada tidak mengirim surat-surat untuk mereka. Tampaknya ia bosan selalu direpoti dengan keluhanku sakit perut karena lapar, tapi lucunya, dia tidak pernah melarangku untuk bersurat-suratan, malah dia (walaupun sambil sebal) yang rajin mengantarku ke kantor pos, tentunya sambil mengomel
"baru kemaren ke kantor pos, sekarang ke kantor pos lagi, kamu nginep aja sekalian
dikantor pos!"
Entah sejak kapan aku berhenti menulis surat dan berhenti ke kantor pos. Mungkin sejak aku mengenal internet dan teknologi e mail?
Yang jelas sudah dua bulan ini aku kangen untuk menulis surat lagi, buatku tidak ada yang bisa menandingi ke'hangat'an membaca tulisan tangan seseorang, walaupun teknologi e mail lebih instant, tapi membaca barisan tulisan dengan font arial 12 points dalam e mail, tidak pernah membuatku merasa hangat dan akrab.
Maka kuambil selembar kertas HVS, Hmmm..Aku mau menulis surat buat ****, pacarku, ah! Mungkin dia akan mentertawakanku, tapi aku tidak perduli.
Dear ****,
Eh, tau nggak hun, ini surat gue yang ke lima lho..., mudah-mudahan yang ini kekirim deh, soalnya empat yang lain nggak tau nyelip kemana..
Ohya, Ini adalah surat ke limaku untuknya. Empat surat yang lain? Hilang, mungkin! Padahal aku sudah menulisinya sampai selesai, melipatnya dengan rapi dan memasukannya dalam amplop dan menulis alamat rumahnya besar-besar di bagian depan amplop. Tapi aku selalu lupa pergi ke kantor pos.
.... iya, tadi tuh gue dapet panggilan wawancara kerja di majalah ****** ****, deket rumah loh, kantornya. Gue sampe heran. Eh, kamu udah sembuh belum sih flunya? Sekarang gantian dong, gue yang flu. Oh iya... tadi, kan....
Dan aku menulis banyak sekali cerita dalam surat itu, cerita tentang penghuni kolam ikan dibelakang rumah yang bertambah tiga ekor, cerita tentang aku yang tersandung meja, cerita tentang aku baru saja menyelesaikan sebuah tulisan perjalanan, cerita tentang chemistry antar individu, cerita tentang bagaimana aku menyukai bab ketika Hibickina dan temannya tidur di bawah langit dan memandangi kunang-kunang dalam off the map, mencela desain undangan pernikahan yang ia buat untuk saudaranya karena buatku undangan itu tampak seperti menu restoran ayam Suharti, cerita tentang kegagalanku memotong rambut di salon ternama berinisial J.o.h.n.n.y A.n.d.r.e.a.n, cerita tentang adobe after effect yang baru saja aku install di komputerku.. cerita macam-macam. Tampaknya aku memang kangen untuk menulis surat.
Ups, tiba-tiba ponselku berbunyi, kulihat nama penelepon di layarnya : Cinta-home. Hmm, dia! Orang yang sedang kutulisi surat. Segera kuangkat teleponku.
"Hei Hun.." katanya, di seberang sana.
"Hei" jawabku.
"Lagi ngapain?"
"Nulis surat.."
"Surat?"
"Iya.. buat kamu.. eh tau nggak, Hun, tadi gue wawancara kerja di majalah ******* ****, trus .."
Dan tanpa kusadari aku telah bercerita , cerita tentang penghuni kolam ikan dibelakang rumah yang bertambah tiga ekor, cerita tentang aku yang tersandung meja, cerita tentang aku baru saja menyelesaikan sebuah tulisan perjalanan, cerita tentang chemistry antar individu, cerita tentang bagaimana aku menyukai bab ketika Hibickina dan temannya tidur di bawah langit dan memandangi kunang-kunang dalam off the map, mencela desain undangan pernikahan yang ia buat karena buatku undangan itu tampak seperti lembaran menu ayam Suharti, cerita tentang kegagalanku memotong rambut di salon ternama berinisial J-o.h.n.n.y A.n.d.r.e.a.n, cerita tentang adobe after effect yang baru saja aku install di komputerku.. cerita macam-macam.
"Trus, Hun, suratnya dikirim kapan?" tanyanya.
"Hmmm, kayaknya enggak jadi dikirim deh, udah basi."
"Kenapa?"
"Abis semua yang disurat udah gue ceritain barusan!"
hmm, kayaknya teknologi komunikasi bener-bener ngebunuh cara berkomunikasi oldies deh.. hihihi..
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar