Ini dia kisah anak manusia
Ayah dan ibu sibuk semua
Cari harta siang dan malam
Anak dimanja dengan uang
Hingga terlupakan kasih sayang
Si anak jadi timbul kecewa
Dicarinya cara tuk bahagia
Dalam kehidupan yang hampa
Selalu berfoya-foya
Tiada hari tanpa hura-hura
Reff:
Dalam hura-hura
Hatinya duka
Yang didambakannya
Kasih orang tua
Tapi kini apa yang terjadi
Semakin hari semakin jadi
Gaya hidup metropolitan
Yang penuh dengan kepalsuan
Tiada hari tanpa hura-hura
[Hura-hura, Chrisye]
Kalau disimak, situasi keluarga yang diceritakan Chrisye dalam lagu di atas itu tampak seperti nggak asing lagi ya? Tentang kekacauan hidup seorang anak yang ayah-ibunya sibuk. Cerita seperti ini sering diangkat sebagai salah satu tema film remaja dari dulu, bahkan sampai sekarang.
Biasanya sih, kalau dijadikan tema fiksi, si anak, kalau laki-laki digambarkan senang mabuk-mabukan, atau menggunakan narkoba, sekolah nggak bener, suka brantem, yang perempuan merokok, melakukan hubungan seksual pra pernikahan atau berhubungan dengan om-om [dengan alasan menggantikan kasih sayang ayah yang hilang]. Kesibukan orang tua mereka kemudian dijadikan sebagai pihak yang paling bersalah.
Klasik banget! Bahkan kalau boleh dibilang : klise.:)
Masyarakat seolah digiring untuk menyetujui opini bahwa kalau anak 'rusak', yang salah tentunya orang tua.
Di sebuah milis yang pernah saya ikuti, sempat terbahas fenomena ini dengan contoh kasus remaja putra yang meninggal karena overdosis serta remaja putri yang hamil yang memang nyata. Semua ramai-ramai memojokkan orang tua remaja-remaja tersebut...okay, maaf ralat... yang benar bukan orang tua, tapi hanya ibu.
Iya, pada akhirnya yang ditempatkan sebagai terdakwa paling berdosa dalam kasus-kasus tersebut hanyalah ibu.
Ini sangat tegas tersurat pada salah satu kalimat dalam kumpulan email yang ada : 'coba kalau ibu-ibu itu nggak sok-sok latah emansipasi, kerja di luar rumah sampe lupa kodratnya sebagai ibu,mungkin anak-anaknya nggak akan begitu.'
[Padahal setahu saya, hari gini, belum tentu satu pendapatan dari ayah saja cukup, jadi jika ibu bekerja, mungkin bukan karena mau sok-sok-an beremansipasi sampai lupa kodrat, tapi wajib, supaya dapur rumah tangga terus ngebul.]
Mungkin saja fenomena klasik tersebut memang ada, entah ya. Tapi yang saya lihat sehari-hari justru tidak demikian; bahkan cenderung kebalikannya. Mereka yang memutuskan untuk hidup secara tidak bertanggung jawab, datang dari keluarga baik-baik-padat-aman-merayap; bapak bekerja kantoran - ibu berperan penuh waktu di rumah.
Sedangkan mereka yang baik-baik-saja-nggak-nyeleneh-dan-keluar-dari-nilai-norma-masyarakat, malah datang dari latar belakang keluarga yang tidak aman-padat-merayap.:P
Saya sering merasa kasihan ketika orangtua mereka yang tidak bertanggung jawab pada hidupnya diberi label 'orangtua nggak becus didik anak' setiap anak yang bersangkutan mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan sebagai risiko dari pilihan sendiri.Pun jika ternyata tidak ditemukan 'ada yang salah' dengan orang tua, tetap saja dicari-cari, agar hipotesa berdasarkan cerita klasik ala liriknya Chrisye tidak berakhir anti thesis.
......
Konsep diri adalah cara pandang kita tentang siapa kita sebenarnya, yang hanya bisa kita peroleh dari informasi [dan perlakuan] yang diberikan oleh orang lain kepada kita. Kita nggak akan tahu bahwa kita berasal dari etnis mana, berjenis kelamin apa, beragama apa dengan sendirinya. Lebih jauh lagi, kita juga nggak akan tahu nilai, norma, hukum, tabu, tradisi serta semua yang berkaitan dengan boleh-tidak boleh, ilok - ora ilok, jahat-baik, berbahaya-tidak berbahaya dan seterusnya tanpa ada yang memberi tahu pada kita.
Pada akhirnya informasi-informasi tersebut membentuk kita dengan pola pikir dan pilihan-pilihan hidup yang sekarang.
Memang betul adanya, bahwa pembentukan konsep diri manusia terjadi akibat komunikasi sosial manusia terhadap lingkungan terdekatnya; apa lagi kalau bukan orangtua dan keluarga.
Mungkin itu sebabnya, jika seorang anak bersikap nyeleneh yang sering disalahkan adalah orangtua [dan keluarga] terlebih dahulu, sebagai pihak terdekat dan dianggap bertanggung jawab untuk membentuk konsep diri sang anak.
Kemudian orang tua yang 'sibuk' dianggap telah melalaikan perannya membentuk konsep diri anak.
Tapi ada yang terlupa; seorang anak juga punya lingkungan-lingkungan sendiri [kecuali jika ada orangtua yang cukup gila untuk mengisolasi anaknya]. Dari lingkungan-lingkungan tersebut ia mendapatkan banyak informasi baru, untuk disaring, dipilih, dan diproses sendiri. Ini nggak boleh dilupakan, seorang anak juga manusia, bukan robot yang bisa diprogram dan dikendalikan. Anak-anak juga punya kehendak bebas.
Siapa tahu, ternyata nilai-nilai dan semua yang ditanamkan oleh keluarga, tidak sesuai dengan mereka. Siapa tahu [lagi], setelah memproses informasi tersebut, sang anak jadi punya keputusan sendiri mengenai konsep diri mereka.
[dan siapa bilang, jika ada anak-anak yang terlihat sempurna berdasarkan kacamata nilai masyarakat pasaran, mereka baik-baik saja? Siapa tahu mereka ternyata berkonsep diri palsu, demi menyenangkan lingkungan terdekat, padahal ada gejolak menolak gila-gilaan dalam diri mereka. Nah lo.]
Yah gitu deh, jika seorang anak nyeleneh, bukan berarti orangtua yang nggak becus mendidik. Tapi memang anak itu sendiri saja yang memilih demikian, sebagai akibat informasi-informasi yang didapat ternyata lebih sesuai dengan mereka.
Akhirnya, saya punya kalimat untuk meng-anti-thesiskan lirik lagu 'Hura-hura'-nya Chrisye :Kalau emang anak ingin hidup nggak bener, ya emang karena dia sendiri yang ingin begitu. Mau bapak-ibu sibuk atau enggak, nggak ngaruh.
Kasihan kan para orangtua, kalau terus menerus disalahkan? Gila apa, sudah susah-susah mbikin [eh bikin anak mah nggak susah ya?:D], merawat, membesarkan, eh masih harus ketimpa tudingan 'ga becus' pula!
Apa lagi kalau sampai menyalahkan Ibu... secara dia sudah susah-susah membawa kita selama 9 bulan kemana-mana dan bersakit-sakit melahirkan, tapi masih dicap 'ibu gak bener'.
.Geblek.
Ditambah tanggal 20 Desember 2006
Jarang-jarang saya mau menampilkan visual saya dan partner di blog, paling banter cuma tangan doang. Yah walaupun ini cuma vektor, tapi teteub ada tampilan visual.
Lama-lama foto nih. Hehe.
Anyway, selamat ulang tahun ke 31, Partner!
Eh, nggak boleh nyebut angka ya?
I *adadehh* you!
*dum di dum*