"Semua kitab suci itu isinya kontekstual dan mengandung banyak simbol. Semua harus dikaji sangat hati-hati, pertama, harus dilihat konteks keseluruhannya yang menyebabkan munculnya ayat/perintah tersebut. Kedua – permasalahan simbol/perlambang yang ada di dalamnya yang tentunya nggak bisa dimaknai secara harafiah. Ketiga, masalah tafsir bahasa, bahwa tidak ada bahasa yang dengan sempurna mampu mendefinisikan kalimat bahasa lain – paling hanya bisa sampai tahap ‘kurang lebih demikian artinya’ “
Itu adalah salah satu kalimat puanjang yang pernah disampaikan seorang teolog pada sebuah sesi bible study yang pernah saya ikuti dulu. Saya pikir itu masuk akal, karena yang namanya kitab suci, bukanlah produk literasi budaya pop belaka yang terkadang tidak perlu berpikir dalam mencernanya.
Gara-gara kalimat itu pula, saya ‘menjauhi’ penggunaan ayat-ayat kitab suci untuk setiap hal yang saya lakukan, karena saya sadar sesadar-sadarnya bahwa pengetahuan saya untuk menembus simbol-simbol yang ada di dalamnya sangat minim.
Bahkan saya juga akan memilih diam jika dalam kesempatan kekeuh-kekeuhan (baca : adu argumentasi dan diskusi), partner berdiskusi saya mulai mengutip banyak atau sebagian dari isi kitab suci. Asli takut salah,bo…
Yah seperti kejadian beberapa waktu yang lalu, saat saya dan seorang teman membahas sesuatu. Teman saya mengeluarkan opininya dengan mengutip sebagian dari isi alkitab dan bahkan mempergunakan nama Tuhan.
Menurut saya, opininya tersebut agak menyudutkan pihak tertentu. Tapi seperti biasa, karena menggunakan isi kitab suci dan menyebut nama Tuhan – saya cuma bisa berkata “Oh, gitu…”
Tapi, entah kenapa, jadi kepikiran terus. Masa sih, isi alkitab bersikap nggak adil atau menyudutkan atau merugikan pihak tertentu?
Maafkan saya, mungkin ini saya saja yang sering berpikiran negatif, tapi yang kemudian terlintas adalah “Jangan-jangan teman saya salah tafsir simbol atau mengutip tanpa melihat konteks?” atau “Jangan-jangan teman saya hanya mengambil sebagian tanpa melihat konteks untuk menjustifikasi opini/tindakan subjektifnya?”
Kalau begitu, bahaya sekali nggak sih?
Penggunaan kitab suci dan Tuhan kemudian akan menjadi pembenaran akan berbagai tindakan manusia. Dan bukannya tidak mungkin, ada orang-orang tertentu yang hanya mengutip sebagian isi kitab suci yang paling 'sesuai', lalu melakukan sesuatu yang merugikan orang lain?
Kemudian pertanggungjawaban yang paling ‘aman’ adalah kalimat yang diawali oleh kata-kata : ‘menurut firman Tuhan atau menurut kitab suci…”
....
Kebetulan di sore hari tadi, saat memindah-mindahkan channel, saya terpaku pada sebuah tayangan Ramadhan di Metro TV yang kemudian saya tonton sampai habis. Tayangan ini membahas mengenai citra Islam yang buruk di mata dunia – yang dianggap sebagai biang kerok dari semua bentuk terorisme. Seorang Kyai yang menjadi narasumber kemudian mengeluarkan sebuah kalimat untuk menjelaskan keadaan ini.
“Itu terjadi karena sekarang banyak orang yang begitu semangat dan fanatiknya mencintai agamanya, lalu bulat-bulat menelan ‘perintah agama’ tanpa dilandasi oleh pengetahuan yang memadai, bahkan tanpa mengenal Tuhan secara sesungguhnya.”
Saya langsung mengamininya bulat-bulat.
Ya itu, segala masalah yang ada dalam kehidupan beragama (atau antar agama), sepertinya timbul dari orang-orang yang tidak benar-benar memiliki pengetahuan yang cukup dalam agamanya.
....
Oh ya, beberapa waktu yang lalu, seorang kawan sempat meninggalkan jejak komentar pada salah satu entri di blog ini dengan menggunakan nama Tuhan. Jujur saja, saya merasa ada yang aneh dengan isi komentarnya. Lalu iseng, saya kirimkan pesan pendek untuk mempertanyakan perkara sah atau tidaknya kutip-mengutip sebagian isi kitab suci dan menggunakan nama Tuhan.
Tapi saya kecewa, karena ini tanggapan yang saya dapat : menurutnya saya alergi dengan segala sesuatu yang berbau religi, bahkan lebih jauh lagi, dalam pesan pendeknya yang kesekian ia menuliskan“elu pasti mau nyela gue 'sok agamais lo!', ya kan?”. :)
Hm, ada yang salah , nih...
Mungkin saya saja ya, yang kurang bijaksana dalam menyampaikan pesan, tapi kalau boleh saya membela diri, saya sama sekali tidak pernah bermaksud mencela atau menunjukkan sikap alergi. Tapi ya itu, sekali lagi buat saya, penggunaan ayat kitab suci dan nama Tuhan yang sembarangan (apalagi jika digunakan sebagai pembenaran dari tindakan yang berawal dari keegoisan pribadi) -- justru malah akan menimbulkan huru-hara. :)
Selamat Akhir Pekan. Sepertinya saya sudah mulai nggak waras, malam minggu bukannya bersenang-senang malah membahas dan merumitkan permasalahan beginian. :D
Update 9 Oktober 2006 , jam 15.44
- Yep, nggak ada hubungannya dengan entry, tapi ini ada hubungannya dengan Kinarya. Kalau mau ngedapetin produk-produk Kinarya dengan desain yang baru, selain dari tempat-tempat yang sudah disebutkan bisa juga didapatkan di Butik Style*licious. Untuk alamat dan detil bisa dilihat di sini :)
- Iya deh, menyiklitnya saya update, ini ceritanya :D