Ke mana anda datang jika ingin mengganti model rambut atau sekedar merapikannya? Ke salon? Ke barber shop? Ke tukang potong ala DPR(Di bawah Pohon Rindang) ?
Kalau membicarakan masalah potong memotong rambut, saya dan beberapa teman perempuan ternyata memiliki persamaan, yaitu fanatik hanya pada seorang tukang potong rambut. Fanatisme ini tidak muncul begitu saja, tapi melalui proses pencarian yang lama, diawali dengan keberhasilan sang tukang potong rambut menghasilkan potongan yang luar biasa (bagi kita), pada akhirnya kita dapat memutuskan (s)he's the one dan tetap setia padanya. Tau nggak sih, ada seorang teman saya yang akhirnya pindah salon, karena tukang potong idolanya resign dan melamar ke salon lain.
Saya sendiri, punya satu tukang potong rambut favorit, Mbak Wiwi namanya. Kalau dihitung-hitung ini sudah tahun ke sepuluh saya setia padanya, saking setianya saya sampai rela nggak potong rambut selama 3 bulan gara-gara harus tinggal di luar kota. Mbak Wiwi ini keren, kalau saya bosan dengan potongan rambut, saya bisa bilang "Pengen ganti model, tapi terserah Mbak deh mau digimanainnya..", lalu saya duduk manis sambil membaca katalog dan majalah yang tersedia.
Nah minggu lalu, ketika rambut ini menggondrong nanggung dan terlihat ngeselin, saya putuskan untuk datang pada Mbak Wiwi. Seperti biasa, saya hanya perlu bilang "Pendekin aja,lah sekalian, biar nggak bolak-balik..." - seperti biasa juga, saya langsung membaca sambil membiarkan Mbak Wiwi beraksi dengan peralatan potong-memotong rambutnya.
Semua berjalan dengan aman tenteram sampai...
"WAH! Mbak tuh unyeng-unyengnya dua ya?" celetuk Mbak Wiwi tiba-tiba.
Saya mendongak lalu bengong -- dan sejurus kemudian tertawa geli sambil berkata, "Lah Mbak? Perasaan udah sepuluh tahun nanganin rambut saya, kok nyadarnya baru sekarang?"
....
Nggak, saya sekarang bukan mau ngomongin unyeng-unyeng saya yang ada dua; karena sebenarnya ini menyebalkan - soalnya kalau diingat-ingat lagi, si unyeng-unyeng keparat ini-lah yang membuat saya jadi bulan-bulanan di sekolah saya di kampung dulu. (Saya dipanggil dengan si botak tengah, karena unyeng-unyeng dua ini terlihat begitu mencoloknya pada rambut saya yang tipis dan kemerahan gara-gara sering main di bawah matahari. Oh ya, untuk Ferry Syafrizal, oknum pelopor celaan : salam penuh dengan cinta deh. Rese lu! :D)
Yang sekarang mau saya bicarakan adalah.... kenapa Mbak Wiwi baru sadar minggu lalu, setelah sepuluh tahun memotong rambut saya?
Apa ini terjadi karena ia sudah menangani ratusan kepala sepanjang karirnya di dunia perpotongan rambut? Semua yang ia lakukan kemudian menjadi sekedar rutinitas belaka - hal-hal kecil, seperti unyeng-unyeng klien pun terlewat.
Tiba-tiba saya jadi berpikir, betapa mengerikannya ketika kita - dalam bekerja - sudah masuk ke dalam fase rutin, seolah hanya badan yang bergerak, tanpa otak.
Saya dan beberapa teman pernah mengalaminya sat baru lulus, di mana fresh-graduate tidak begitu memikirkan apakah job description dari pekerjaan yang dipilihnya memungkinkan ia untuk berkembang atau tidak; yang penting dapat kerja di perusahaan terkenal. Yang penting bisa bilang "Wah, saya kerja di perusahan XYZ,dong" pada pertemuan keluarga.
Okay, pekerjaannya sih dapet.
Perusahaannya juga lumayan terkenal
....tapi kerjaannya gitu-gitu aja.
Hiiy, males.
Pada saat mengalaminya saya ketakutan setengah mampus, setiap terkena sindrom mbak-wiwi-ga-nemu-unyeng-unyeng maka saya akan mencetak ulang surat pengunduran diri persediaan.
Bagi saya, ketika suatu pekerjaan menjadi rutin belaka, maka saya harus segera resign sebelum menjadi stuck, secepat mungkin berpindah ke tempat lain, tidak masalah jika berbeda bidang, karena itu akan membuat saya terus menerus belajar.
(Dan saya masih mengagumi teman-teman dari kantor yang saya tinggalkan dulu, karena mereka bertahan.. sampai sekarang)
....
Sekali lagi, entri ini bukan tentang unyeng-unyeng, tapi tentang saya, yang hari ini tepat 2 tahun telah bekerja di tempat yang sama.Ini adalah sebuah prestasi, setelah sebelumnya berloncatan dari satu tempat ke tempat yang lain seperti kutu -- dengan alasan bosan dengan rutinitas.
Dan sampai sejauh ini, di tempat ini, saya memang tidak belum terkena sindrom mbak-wiwi-ga-nemu-unyeng-unyeng. Di sini, pekerjaan saya tidak pernah rutin, selalu ada hal baru yang membuat saya tertakjub-takjub, selain itu, lingkungannya pun menyenangkan.
Kalau boleh jujur, ini adalah salah satu dari dua pekerjaan yang paling cocok bagi saya.
Tapi saya tidak akan pernah lupa, bahwa saya masih memiliki satu lagi pekerjaan impian. :) (Ada yang proteees!:D )
Selamat dua tahun buat saya -- yang mungkin suatu saat akan kembali seperti kutu, meloncat, mengejar pekerjaan impian, sebelum semuanya menjadi tidak mungkin karena satu dan lain hal.
Eh, balik lagi ke soal rambut, ni rambut saya jadi aneh deh, biasanya kalau dipotong pendek nggak berdiri-berdiri; lah sekarang kok berdiri dan bandel gitu ya? Di kasih wax nggak mempan.
Kudu diapain ya? Ada ide?
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar