"Kamu pernah berdoa nggak sih?" seorang teman, tiba-tiba bertanya. Entah apa maksudnya, hanya iseng, atau menguji kadar keimanan saya? (ha!)
"Maksudnya?" saya kembali bertanya, sambil menghentikan seluruh kegiatan saya yang tidak penting.
"Ya berdoa aja...."
"Ngobrol dengan Tuhan, maksud lo?"
"Iya...."
"Sering.... gue kadang-kadang kalo lagi nyetir dan macet suka tiba-tiba ngomong 'please deh, Han*... kok macet gini sih?'. Yang kayak gitu-gitu lah..."
"Bukan, berdoa dengan cara khusus, gitu."
"Cara khusus, posisi khusus, waktu khusus? Ritual gitu? Nggak pernah, gue selalu merasa bodoh, kalo berdoa dengan cara gitu."
"Kok bodoh?"
"Mmm, ya iya lah, kalo gue pake cara khusus, bersila atau berlutut, menghadap tembok lalu mulai berdoa, gue ngerasa sedang ngobrol sama tembok, kalo menghadap lemari, gue ngerasa sedang ngobrol sama lemari, menghadap meja rias, kayak sedang ngobrol sama meja rias, menghadap..."
"Cukup..."
Dan mungkin teman saya menganggap saya atheis, atau tidak beragama, atau perempuan terkutuk, atau apapun lah.
Tapi bagaimana lagi, buat saya segala ritual berdoa itu benar-benar mampu membuat saya tertekan, dan pada akhirnya, hakekat dari berdoa itu sendiri benar-benar hilang dari benak, karena saya sibuk berpikir "Ini gue ngapain sih ngadep tembok dan berlutut segala macem...."
Ada beberapa orang, termasuk teman saya yang ini, yang menganggap bahwa ada aturan-aturan tertentu untuk berdoa, harus hormat, harus takut dan harus tunduk.
Oh owkay. Itu nggak berlaku buat saya - sama sekali. Kenapa? Karena buat saya, perlakuan demikian dimiliki oleh orang-orang beragama purba dan memiliki tuhan-tuhan purba. Di mana Tuhan adalah sosok yang fascinatum, alias mempesona, tapi sekaligus juga tremendum, menakutkan. Bahkan untuk suku-suku di Flores, Tuhan adalah sosok yang disebut namanya pun tidak boleh, harus mempergunakan ritual kheuseus.
Bisa nggak sih Tuhan tidak perlu ditakuti?
Bisa nggak sih Tuhan itu jadi sosok yang bersahabat?
Saya nggak mau memperlakukan Tuhan jadi sama dengan sosok Kepala Sekolah saya sewaktu jaman SMU, saya benar-benar jiper setiap dipanggil ke kantornya, ruangan kecil keparat itu. Pertemuan dengan kepala sekolah selalu penuh dengan basa-basi serta keinginan untuk buru-buru selesai yang begitu menggebu (Apalagi jika saya punya 'dosa', membolos pelajaran komputer yang membosankan.:D)
Atau seperti ,mostly atasan-atasan di kantor-kantor anda ; ngomong harus hati-hati, behave, sedikit basa-basi, atau jika boss gila pujian dan sanjungan, maka jadilah seseorang yang senang menjilat pantatnya.MALES BOW!
Dan kesamaan keduanya adalah; mereka tidak mudah ditemui, harus ada waktu-waktu khusus. Mereka akan menyempatkan diri untuk bertemu, terutama jika anda memiliki masalah (maksudnya : membawa masalah buat perusahaan); kapan coba anda bisa bertemu untuk sekedar iseng mengobrolkan hal-hal tidak penting dan tidak ada kaitannya dengan beliau-beliau?
Saya ingin memperlakukan Tuhan, seperti memperlakukan kadep saya kini, saat-saat tertentu ia bisa menjadi sahabat konyol saya (dan seluruh bawahannya), bahkan kadang-kadang, kalau iseng dia sering berteriak "OKKEW!" dan akan saya balas dengan "APEW BAPEW?". Saya dan teman-teman saya juga sering mengobrolkan hal-hal tidak serius seperti perbedaan KRIMINAL dan KRIMINIL. (Mau tahu bedanya?... kriminal tersangkut paut dengan perbuatan jahat yang besar, sedangkan kriminil, yang kecil)
Tapi di sisi lain, saya sangat respek,segan dan merasa kecil di hadapannya; bayangkan saya pernah mati kata, ketika tiba-tiba ia masuk saat saya sedang mengajar, atau saya selalu mendengarkannya jika ia mulai berbicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan akademis dan/atau spriritual. Dan itu terjadi di setiap waktu, ia tidak pernah membutuhkan waktu khusus untuk ditemui. (kecuali jika ia sedang sibuk dengan permotorannya,ya?)
Saya ingin memperlakukan Tuhan demikian, bisa bercanda, bisa serius, bisa diajak ngobrol kapan pun. Tanpa aturan, tanpa ritual.
Saya bisa seenaknya bilang "Yah, Tuhan... kok ujan sih, padahal kan pengen hunting?", "Aduh Tuhan, kemarin saya sempet melakukan emotional abuse, awalnya cuma iseng, tapi nggak nyangka ternyata ngaruh banget buat dia. Maab yah?" (hi there, kleine meisje :D Sorry yaks, from the deepest part of my heart.)
Mungkin ada yang tidak setuju dengan pemikiran saya, tapi saya tidak perduli....
Eh iya, ngomong-ngomong, besok long weekend,nih. Bandung pasti jadi nerakajahanam, gara-gara orang-orang luar kota terdekat pada ke sini, hmmm... gimana kalau saya minta Tuhan untuk melakukan sesuatu?
Bentar yah... log-in dulu di Y!M.
okke77: Han, Han, besok long weekend, nih.... pasti macet deh Bandung, please do something, bikin tol Cipularang ambrol lagi, misalnya...
Tuhan : Hush! Ya nggak bisa gitu dong.... lagian emang udah resiko, siapa suruh PEMDA memanggil dan mengundang stakeholder untuk ramai-ramai melacurkan Bandung?
okke77: Iya sih.. hhhmmm, atau bikin mobil orang luar kota mogok massal, gimana?
Tuhan : Ya nggak bisa lah...
okke77: Gimana dong, Han jadinya, biar nggak bete karena macet?
Tuhan: Hmm, gimana kalau kamu ke Jakarta aja, mumpung orang Jakarta ke Bandung,tuh...
okke77: Aha, Idenya keren!Saya ke Jakarta ajalah....
okke77:Makasih,ya... Tuhan emang keren..
Tuhan : Ya iyalah, Aku kan Tuhan..."
HAVE A VERY NICE LONG WEEKEND,EVERYONE.
*Han = kependekan dari panggilan Tuhan, seperti panggilan 'La', pada orang yang bernama Ella, atau 'Ta', untuk orang yang dipanggil.... 'Cinta'.(hi there,Ta, Miss you already. *halah*) :D
Project ini masih berlangsung di sini
Terima kasih buat yang sudah mengirimkan sepatu-sepatunya untuk saya muat di sini, ceritanya lucu-lucu, saya sampai ketawa-ketawa sendiri kayak orang gila pas ngebaca.
Saya masih menunggu cerita sepatu yang lainnya ya? :D