0
komentar
Saya sering sekali mempertanyakan dari mana asal nama-nama benda. Kenapa benda yang memiliki jok, upholstery dan bisa diduduki disebut kursi (atau sofa), bukan telur dadar? Kenapa benda berupa perhiasan yang melilit leher disebut kalung (bukan trenggiling) ? Lalu kenapa orang yang pekerjaannya membuat ilustrasi disebut ilustrator, bukan jempol kaki? Lalu, kalau orang yang bekerja membuat ilustrasi disebut ilustrator, kenapa orang yang bergerak dan ahli di bidang kalkulus tidak disebut kalkulator? Lalu kalau kata-kata berakhiran '-or' dipergunakan untuk menunjukkan orang yang melakukan sesuatu (koruptor = pelaku korupsi, provokator = orang yang melakukan provokasi), jadi motor dan kotor itu orang yang melakukan apa?kalau kalian bertanya kemana energi saya habis, sekarang kalian tahu kan? Ya ke situ... memikirkan hal-hal yang nggak penting.
Dan ih, sadar nggak sih, bahwa nama-nama benda itu aneh? Coba deh kalian ulang-ulang dengan bersuara keras kata Sepatu. ("Sepatu,sepatu.sepatu") atau Sendok ("Sendok, sendok, sendok"), aneh kan?
Ya,ya.ya saya sudah tahu, bahwa nama-nama itu muncul karena manusia butuh mengidentifikasi benda-benda di sekitarnya. Nama adalah simbol verbal yang mewakili benda-benda tersebut. Saya tidak bisa membayangkan jika simbol-simbol verbal dalam bentuk nama ditiadakan, pasti dibutuhkan usaha ekstra untuk mendeskripsikan segala bentuk benda.
"Kamu naik apa ke sini?"
"Naik itu lho, benda beroda dan bermesin"
"Rodanya dua?"
"Nggak empat.."
"Disupirin?"
"Iya..."
"ada alat penghitung harga nggak? di samping supir..."
"Nggak ada.."
"Naiknya rame-rame?"
"Iya"
"Berapa orang?"
"12 dibelakang, 2 di depan, disamping supir, tapi kadang-kadang dibelakang lebih dari 12, soalnya suka satu dua orang yang duduk di kursi seleb tepat di belakang supir yang sedang bekerja.."
Duh, padahal, yang dimaksud adalah angkot, tapi menjelaskannya 30 menit sendiri *plus tekanan batin, kalau lawan bicara ternyata bolot*
Cuma yang membuat saya sering terkagum-kagum adalah, kok bisa semua orang setuju bahwa benda yang memiliki jok, upholstery dan bisa diduduki disebut kursi (atau sofa) ? Lalu kenapa orang-orang setuju bahwa alat untuk mengambil gambar disebut kamera? Duh, ada sebuah konvensi pemakaian simbol verbal yang luar biasa di sini... saya jadi berpikir, siapa sih yang pertama kali memberikan simbol-simbol verbal tersebut pada benda-benda hingga, sampai sekarang, simbol-simbol verbal yang digunakan secara meluas di Indonesia.
Pasti mereka adalah orang-orang yang keyreeen dan heybaat.. :D
Ngomong-ngomong soal konvensi pemberian simbol verbal bagi benda-benda - saya sempat menyimpulkan bahwa konvensi penamaan dodol itu harus diikuti dengan bahan pembuatnya. Contoh, dodol sirsak - adalah dodol yang berbahan sirsak. Dodol nanas - pasti dodol yang berbahan nanas. Eh kecuali dodol garut ya, karena dodol garut itu tidak mungkin dodol yang berbahan garut. Saya berpikir hanya dodol garutlah satu-satunya yang nyeleneh dari konvensi pemberian nama dodol.
Tapi saya salah; beberapa waktu yang lalu, dalam perjalanan menuju ke Jakarta, di sebuah pemberhentian di tengah Cipularang yang gersang, saya melihat sebuah spanduk bertuliskan 'DODOL BEDEBAH'. Nah lo.... Tapi sayang saya terlalu terburu-buru untuk mendekat dan bertanya-tanya; yang ada, saya hanya bisa mengeluarkan ponsel dan memotret spanduk tersebut.
Sekarang saya jadi ragu; apa DODOL BEDEBAH ini adalah dodol nyeleneh kedua setelah dodol garut (yang tidak menuruti konvensi memberi nama dodol - harus diikuti dengan bahan pembuatnya, ingat?) . Atau ternyata justru dodol ini mengikuti konvensi , iya, siapa tahu dodol ini berbahankan para bangsat-bangsat bedebah di luaran sana.
(Again, kalau kalian bertanya, kemana energi saya terbuang selama ini, ya ke sini - ke hal-hal yang tidak penting semacam ini.hihihi)