Menghabiskan jumat siang jelang sore dengan mengobrol panjang lebar, di sebuah kedai kopi a la Belanda bersama ABG rock 'n roll ini adalah salah satu pelarian menyenangkan yang bisa saya dapatkan di hari non-weekend. She’s fun to be with. Somehow, dia yang 10 tahun lebih muda mengingatkan pada masa-masa ketika saya masih ranum dan siap dipetik :D Tapi yang lebih terasa lagi, dia membuat saya merasa sangat tua saat itu. Sial!
Eh iya, ngomong-ngomong soal umur dan penuaan, baru saja saya membrowsing profile seorang teman, di Friendster dan tertawa-tawa ketika melihat isi kolom yang ia tulis
About me : Aging?
Tapi cengiran lebar ini segera terhapus ketika mengingat usia saya yang lebih tua setahun darinya. Berarti saya aging juga. Menua. Menguzur. Duh, nggak mau jadi tuaaa!
Saya jadi tergoda untuk mengganti isi kolom about me di profile friendster saya menjadi : aging and denying.
hmm.. bentar.
edit profile.
Ketik : aging and denying.
save.
Selesai!
Sampai mana tadi? Oh ya.. aging.
Sebenarnya, sejak ulang tahun ke-15 (iyaa, tambah 10, udah deh, nggak usah protes) Oktober 3 tahun yang lalu, saya sudah mulai merasa tidak nyaman. Sebentar lagi kepala 3. Aduh, tuanya!
Bukan, bukan tidak nyaman karena biasanya penuaan itu identik stamina menurun, gelambir dan kerut merut bermunculan di tempat yang tidak seharusnya. Kekhawatiran saya sama sekali tidak berhubungan dengan permasalahan fisik.
Yang membuat saya merasa tidak nyaman dengan umur, lebih kepada pencapaian dalam hidup.
"Saya udah ngapain aja sih selama ini?"
Pertanyaan ini jadi sering muncul di benak. Rasanya nggak banyak pencapaian yang sudah saya lakukan, baik untuk diri sendiri, untuk orang terdekat (keluarga dan teman-teman) serta orang-orang lain.
Tapi terpikir lagi, bagaimana mungkin ada pencapaian, jika saya sama sekali tidak pernah memiliki target hidup karena sejak dahulu saya sangat mendewakan 'Gimana ntar!'.
Hidup saya benar-benar tanpa rencana, kalau saya seperti ini; bukan karena saya mau begini – tapi waktu dan kehidupan yang membentuknya (walaupun jujur, saya sangat bersyukur karena ternyata waktu dan kehidupan membawa ke sini, di sini dan seperti ini)
Hanya dua kali saya berencana. Satu, ingin masuk jurusan desain (tercapai), yang ke dua, gara-gara sebuah perjalanan yang membuka mata hati, saya dan 2 teman ingin hidup seperti Mother Theresa versi non-selibat (iya lah, we can’t live without men! Hihi) – untuk yang terakhir, sepertinya sama sekali tidak ada celah untuk mencapainya. But I keep trying.
Sisanya?
Ya biarkan mengalir.
Ke mana?
Entah...
Meninggalnya seorang teman kemarin semakin membangunkan saya dari tidur yang sangat panjang. Kepergiannya benar-benar memaksa saya untuk berpikir, berefleksi, tentang banyak hal yang berhubungan dengan kehidupan.
Bagaimana jika saya menua atau bahkan sama sekali tidak sempat menua– lalu mati, tapi dalam keadaan belum menjadi apa-apa dan masih tidak tahu mau apa dalam kehidupan ini?
Mungkin ini memang sudah waktunya untuk berhenti pasrah dan membiarkan waktu dan kehidupan yang membentuk saya.
Mungkin memang sudah waktunya saya berhenti sibuk berlari-lari menghindar jika ternyata waktu dan kehidupan menyeret saya masuk ke dalam sesuatu yang lebih rumit.
Mungkin sudah waktunya memiliki rencana hidup jangka panjang, berpikir jauh ke depan, membuat target yang melibatkan diri saya sendiri, orang terdekat dan orang lain.
Mungkin sudah waktunya untuk serius dalam segala hal.
Kalaupun nanti saya mati tanpa sempat meraih target, setidaknya saya mati ketika dalam proses pencapaian. Itu lebih baik dari pada menua dan mati tanpa tahu mau apa dalam hidup ini - Yah, istilahnya, aging and die with style, lah! ;-)
Ngomong-ngomong soal aging with style.. Lihat, Muti, sahabat saya ini sedang aging with blue style.Hihi.
PS:
Mut, lo tetep temen gue kan, walaupun foto ini gue taro di sini? Lo nggak marah kan? Nggak musuhin gue kan? Please..please.. please :D Ihihihi...
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar