0
komentar
Dear kamu,
Maaf e-mail ini saya masukkan ke dalam blog saya, karena tepat beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah iklan sekolahan yang membuat saya teringat pembicaraan kita, setahun yang lalu. Tanpa bermaksud menghakimi bahwa sekolah yang diiklankan itu adalah sekolah nggak jelas nasional, tapi saya ketawa banget begitu melihat list keunggulannya yang hampir tepat seperti yang kamu tulis di email. Kamu yakin, bukan cenayang? :-)
Have a nice day.
PS: E-mail ini bener-bener email ter-jedang tahun lalu yang pernah saya terima, jadi masih saya simpen.
regards,
saya yang juga tidak bangga pada gelar.
PART I
KONVERSASI AWAL 2004
"Duh, ngapain ya saya ribet-ribet sekolah lagi?"
"Ngapain coba?"
"Mmm.. tau nih, saya emang orang gila - tadinya sih pengen nambah pinter, tapi ternyata sekolah lagi itu benar-benar menghisap keceriaan masa muda."
"Hehehe, depresi thesis ya neng?"
"Yoi."
"Pfiuh, untung saya udah lewat."
"Iya, betapa beruntungnya kamu, udah lewat... hiks.."
"ya udah, jalanin aja.."
"Tapi buat apaaaa?"
"Hmm, kalo udah lulus kan, tu gelar bisa kamu pake di kartu nama .."
"Iya ya...Atau kartu nama bergelarnya bikin sekarang aja? ...biar kalo udah lulus, tinggal dibagi-bagiin. huahahha.."
"Kamu shallow banget."
"Kan saya blajar shallow dari kamu."
"Sial.."
"Eh, kamu suka naro-naro gelar gitu gak sih?"
"Saya pribadi gak pernah, malas. Nggak bangga pula. Tapi orang-orang di kantor yang suka naro gelar saya."
"Kenapa malas?"
"Gue gak puas sama sekolah, plus gue gak makan dari gelar.."
"Tapi kan gelar penting."
"Iya gitu?"
"Iya, buat urusan pekerjaan, untuk kenaikan jabatan misalnya, atau standar gaji, Masa gak brasa sih?"
"Kalau di pekerjaan, lumayan berasa sih. Tapi dalam kehidupan pribadi sih nggak."
"Tuh kan, at least penting diurusan pekerjaan..."
"Kata kamu sendiri gelar penting ya?"
"Iya..."
"Buat?"
"Ditaro di kartu nama ...Huahahaha..."
"Kayaknya pernah dibahas deh, barusan,Miss Shallow "
"Shallow itu merek sandal jepit kan?"
"DUH, SRIMULAT!"
PART II
E-MAIL TENTANG MAKAN GELAR
To : okke77@yahoo.com
Subject : Re: Makan Gelar.
From : **********@hotmail.com
Date : Tue, 3 August 2004 16.15 PM
Dear kamu yang baru lulus,
Saya ketawa banget waktu baca e-mail kamu yang bilang 'kok saya gak ngerasa apa-apa ya setelah lulus? Rasanya biasa juga tuh, dengan keberadaan gelar di belakang nama saya..."
Gimana? jadi bikin kartu nama dengan tambahan gelar di belakang nama kamu?
hahaha...
pasti nggak.
See?
Saya sudah bilang, gelar itu nggak segitu pentingnya,kok. Nggak ngaruh banyak buat kehidupan pribadi kita, kecuali kalau emang kamu terikat dalam sebuah institusi/organisasi/perusahaan yang mementingkan itu - tapi kamu, juga saya (yang akhirnya) nggak. We're just a full time part timer and freelancer... Hidup pelacur project! haha..
Orang-orang aja yang menganggap gelar itu penting.
Eh iya, jadi inget, dua tahun yang lalu, saat saya melacurkan diri akibat butuh uang cepat untuk tambahan membeli lensa; saya setuju mengerjakan desain undangan pernikahan seseorang - dan diwanti-wanti oleh orangtua mereka "Ingat ya, Mas, jangan lupa tulis gelarnya, yang laki SH, yang perempuan S.Pd, inget S besar, titik, P besar lalu disambung dengan d kecil..." (duh!). ini membuat saya bertanya-tanya, ini kan urusan pernikahan yang sama sekali nggak ada hubungannya dengan kepentingan pekerjaan atau akademis, ngapain juga gelar-menggelar itu disertakan?
Katanya sih, bisa meng-upgrade nilai seseorang di mata masyarakat, blah - mengutip kata-kata kamu : "makan tuh gelar!"
Nggak heran, kalau banyak orang yang mencari jalan instan untuk meraih sepotong gelar, demi menaikkan nilai diri. Dan nggak heran lagi, kalau banyak orang-orang berotak dagang yang kemudian memanfaatkan fenomena pengen-meraih-gelar-secara-gampang ini; membuka sekolah jarak jauh,lah (mungkin dibuat 'jarak jauh' supaya nggak ketahuan, sekolah itu ada atau fiktif belaka.), atau membuka sekolah yang menjanjikan tanpa skripsi, absensi bebas, biaya murah dalam waktu 3 tahun, bisa meraih sebuah gelar akademis.
Saya sempat tergeli-geli ketika membaca di koran, bahwa ada seorang petinggi persatuan artis sinetron indonesia yang terpaksa menyerahkan kembali gelarnya, karena ketahuan bahwa institusi yang menganugerahkan gelar tersebut tidak ada.
Kalau sudah begini, jelas-jelas SAMA SEKALI TIDAK ADA korelasi antara gelar yang dimiliki oleh seseorang dengan kualitas individunya. Malah yang pernah saya alami, belum tentu orang bergelar itu berkualitas baik. Kualitas di sini, tidak selalu berkaitan dengan kepintaran, keluasan pengetahuan, ketajaman melihat keadaan, pola pikir serta kemampuan analisa tinggi yang dimiliki, tapi juga termasuk moral dan etika.
Bahkan jujur, seringkali saya temukan orang-orang tidak bergelar, kualitasnya jauh lebih baik dari orang bergelar - pengalaman dan perjalanan hidup yang sangat kayalah yang telah menempa mereka demikian (salut buat semua life traveller).
Sekarang kamu sama herannnya kan seperti saya, kenapa orang-orang segitu bangganya terhadap gelar? (Dan semakin membingungkannya mendengar ada orang yang bangga terhadap gelar yang dikeluarkan oleh sekolah fiktif, atau sekolah nggak jelas nasional, kok bisa? Udah pada gila kali ya?)
Padahal setelah 'bergelar' kan rasanya biasa aja, tokh? Malah, buat saya pribadi, cenderung menjadi beban - karena orang-orang bergelar biasanya dipandang lebih dan itu membuat mereka (seharusnya) lebih bertanggung jawab, pada kehidupan pribadi dan pada kehidupannya sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan orang banyak. Ya kan?
Oh ya, Sekarang kamu merasakan juga, ketidak puasan dan kekecewaan yang saya alami pada masa menuntut ilmu kemarin?Semua kegilaan yang ada di otak, yang kita pikir bisa diwujudkan selama sekolah, ternyata nggak bisa, karena kita terkungkung oleh orang-orang akademis yang kolot dan cari aman. Mau ngotot, keburu gila dan duit ngucur melulu - pada akhirnya kita menyerah, cari aman juga dan harus berkata "bodo,ah.. yang penting lulus..". Kita kejebak dan terbawa dalam sistem pendidikan Indonesia yang somehow, result oriented, bukan process oriented. (Nah, di sini, saya mulai ngerasa nggak ada bedanya dengan pemilik gelar sekolah nggak jelas nasional atau sekolah fiktif, wong belum maksimal kok, usaha saya.)
Anyway, Selamat atas kelulusan kamu, walaupun saya rasa ini juga sudah nggak penting lagi buat kamu, selamat hidup dalam kekecewaan - Welcome to the club. Kita masih punya PR: berguru lagi pada para suhu : perjalanan kehidupan dan semua life traveller :-) TSAH!
PS: Sekolah lagi yuk, nyusul saya? Percayalah, kamu nggak akan kecewa di sini, saya lagi senang-senangnya sekolah - karena saya bisa melakukan apa yang saya mau. Saya percaya, kamu yang sudah mengharamkan diri untuk sekolah lagi, pasti juga senang.
regards,
saya, yang masih belum bangga pada gelar
...