"Married sih udah siap, cuma punya anak belum. Malah kita udah sempet sepakat : Jangan ada (dulu) anak manusia diantara saya dan (calon) suami. Lebih baik punya anak anjing aja dulu, karena anak anjing yang lucu-lucu itu nggak pernah membuat pusing tujuh keliling. Kalo anak manusia kan suka ngelawan. Belum lagi resiko dicerca sebagai orangtua yang nggak becus didik anak, jika suatu saat, anak remaja putri saya hamil - atau anak remaja putra saya menghamili orang... atau.. mereka mencoba drugs ...atau.... mereka berbuat kriminal. Saya belum siap pusing."
Secuplik kalimat ini keluar dari mulut seorang sahabat saat ia membesuk saya, ketika saya tanyakan mengenai rencana pernikahannya.
Saya berpikir, sahabat saya ini terlalu ekstrim, tapi saya tidak berkomentar apa-apa.
...
"Ismi, itu matanya kenapa?"
"Dikasih balsem sama Mami. Kalau nggak balsem ya cabe."
"Itu kepalanya kenapa?"
"Dipukul sama Mami pakai kayu."
Saya hanya bisa menganga mendengar pengakuan Ismi Soraya - seorang bocah berusia 10 tahun yang mengalami penyiksaan oleh orang tua asuhnya, di sebuah stasiun TV. Merinding rasanya melihat keadaan fisikn Ismi : gurat-gurat luka di kulit yang seharusnya mulus itu, rompal-nya gigi-gigi susu yang bukan karena terlalu banyak mengkonsumsi gula-gula, pitak di kepalanya.... itu, sungguh mengerikan.
Satu hal yang tercetus dalam hati saya : "Kok tega?"
"Ismi itu anak yang nakal luar biasa, dibilangin sekali dua nggak mempan, jadi ibu hilang sabar.."
Begitu alasan ibu yang seharusnya menjadi pelindung Ismi yang yatim piatu.
"Bayangkan, pernah suatu kali dia masukkan lap kotor ke dalam air rebusan untuk minum di dapur."
Lanjut suami sang ibu.
(Hm, mungkin saja kenakalan Ismi sebagai bentuk protes dan amarah atas perlakuan yang diterimanya. Ya nggak sih?)
Tiba-tiba, perkataan sahabat saya menjadi sangat masuk akal . Memiliki anak (kata para ibu yang saya tanya) memang sebuah kegiatan seumur hidup yang kompleks: menyenangkan, membanggakan, melelahkan, mengesalkan, kadang menyakitkan hati. Dibutuhkan kesiapan mental, spiritual dan finansial PLUS sejuta kesabaran untuk itu.
Jika belum siap untuk 'ketitipan tanggung jawab' memelihara anak, ya jangan.
... karena setiap anak, di manapun ia berada, mempunyai hak untuk hidup, belajar dan bermain dalam lingkungan yang damai dan penuh kasih sayang. Mereka pun punya hak untuk merasa aman dan nyaman.
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar