"So what am I to you, girl?"
"Errr.. a friend?"
"A friend? Lebih spesifik dong."
"Maksud?"
"Apakah gue teman lo?"
"Nope, you're just a friend."
"Segitu doang?"
"Ya nggak segitu doang.... lo tuh temen. Spesial."
"temen lo?"
"Lo tuh temen, dan gw gak brani bilang lo itu temen gue."
"Lo aneh... Aneh banget."
"Apanya yang aneh?"
"Ini udah sepuluh bulan, dan lo selalu gak pernah mau mengakui apapun sebagai milik lo... susah banget sih ngomong "yes, you're my friend."
"Karena sejak 10 bulan yang lalu, gue udah berhenti menggunakan kata my."
"Why?"
"Aduoh! Kayaknya udah sejuta kali deh gue bilang alasannya..."
"Belum sampe sejuta.."
"Okay, sembilan ratus ribu tujuh puluh tiga kali."
"hhh.."
"masa sih, gue mesti ngulang lagi? masa sih mesti gue bilang lagi, bahwa gue udah berhenti mengklaim kepemilikan terhadap apapun sejak sepuluh bulan yang lalu?"
"Kenapa?"
"Arrrghhh! Orang ga penting iniiii! Nanya lagi! KARENA... denger ya baik-baik... gue gak bakal ngulang-ngulang lagi. KARENA, semua hal di dunia ini nggak punya pemilik."
"Weird."
"Who? me? Emang!"
"Come on, tell me that I'm your friend..."
"Nggak."
"Kenapa?"
"Arrggghhhhhhh... karena gue gak mau memiliki siapa-siapa termasuk elo."
"Kenapa?"
"KARENAAAA... yang namanya kepemilikan itu mengandung hal-hal berbahaya, seperti keterikatan dan ketergantungan."
"So?"
"Bahaya aja... ntar saat objek yang gue miliki itu harus hilang, gue bakal ngerasa sangat kehilangan."
"Hmmm.. it's about that, right?"
"That? that what?"
"That that."
"Ga jelas."
"Lo trauma kehilangan?"
"Nggak. Gue terlalu kuat untuk trauma."
"Denial."
"Nggak, gue terlalu kuat buat denial.."
"Bohong."
"Nggak, gue terlalu kuat untuk bohong.. Lahh?"
"It hurt you THAT bad ya?"
"What?"
"It."
"It what?"
"COme on, gue tau lo ngerti yang gue maksud apa.... i tell you what.."
"What?"
"What what?"
"What are you going to tell me lahh..."
"Hmm... "
"Ya?"
"Oh nungguin ya?"
"Srimulat!"
"Hehehe.. gini deh... kalo misalnya lo nggak memiliki sense of belonging terhadap sesuatu, gimana lo bisa menghargai sesuatu itu?"
"Hmm.. emang untuk menghargai itu harus punya rasa kepemilikan ya? Kayaknya enggak. Tuh, gue sama murid-murid gue, gue menghargai, bahkan mengasihi, tapi gue gak merasa memiliki..."
"Hmm, tapi gara-gara nggak punya sense of belonging, orang-orang tidak menghargai dan merusak segala fasilitas umum."
"Itu kan orang-orang yang nggak pinter. Kalo gue pinter.."
"hehe.. ngeyel."
"Bodo, ngeyel is my middle name."
"You are MY friend."
"Hm."
"Am I your friend?"
"You are a friend."
"Grmbl."
"Heheh, yes, you're a friend, temen baik, tapi lo bukan milik gue... karena.."
"Karena apa?"
"Eh emang gue ngomong 'karena' ya?"
"Iya..."
"Padahal maksudnya 'supaya' lho.."
"Okay, supaya apa?"
"Yah supaya kalo sewaktu-waktu lo harus pergi ninggalin gue, gue gak akan kenapa-kenapa, karena gue gak memiliki keterikatan sama lo."
"Hhhh.. lo trauma."
"Nggak."
"Hm, gimana sih rasanya ditinggal?"
"Kayak tai."
"Lo trauma."
"Nggak.. nggak! NGGAK!"
"Okay relax."
"...."
"tapi elo trauma kan?"
"Alah.. susah deh ngomong sama elo kek ngomong ama tembok..."
"hihihi..."
"Eh, tadi siang gue jalan sama temen gue ke Gede Bage, loh, nyari baju-baju bekas. Ternyata keren-keren..."
"Mmm, ada yang membelokkan topik neh..."
"Hihihi..
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
1 komentar