Jumat, 27 Mei 2005.
Selasar Sunaryo.
Preparation day.
Ponsel saya berdering dengan ringtone soundtrack Happy Tree Friends (yang kata orang-orang sih annoying) di saat saya sedang memperhatikan gladi kotor untuk acara keesokan harinya. Tertulis nama "Mima" di layar. Seorang sahabat. Segera saya tekan tombol dengan ikon gagang telepon berwarna hijau.
"Yup, kenapa neng?" tanya saya, sebelum sang penelepon sempat berkata apa-apa.
"Malem minggu kemana,Mbak? Jalan yuk, gue lagi marahan nih sama cowok gue..." suara di seberang sana berkata.
"Ga bisa, gue udah ada acara. Lo dateng aja... ada paparan musikal cozy street corner, di selasar sunaryo. Mulainya jam tujuh."
"Cozy Street Corner? Apaan tuh?" tanyanya.
Belum sempat saya menjawab, tiba-tiba seorang teman memanggil saya, untuk suatu urusan.
"Bagus deh pokoknya... dateng aja, bawa cowok loe, biar baikan..."
"Ga mau... gue pergi bareng Mbak aja ya?" penelepon mulai merajuk, dan teman yang memanggil sudah mendelik. Saya berada dalam posisi sangat nanggung.
"Lahhh? gue dari pagi kali udah di sini... eh lo dateng aja deh... serius, bagus..."jawab saya buru-buru.
"..."
"Eh gue kudu cabut nih neng, sampe ktemu besok yaks?"
- Klik.
Sambungan telepon saya putuskan, karena saya harus benar-benar pergi.
--------
28 Mei 2005, Selasar Sunaryo.
Beberapa saat menjelang acara.
Tangan saya penuh oleh barang bawaan, ya wardrobe, ya merchandise, ya doorprize yang mengundang (Paket The Body Shop, bow..). Yup, seperti yang tertulis di bagian occupation dalam profile friendster pribadi ; saya sedang menjadi part time superheroine.
Happy Tree Friends kembali berdering, plus vibrasi yang geli.
- Shit..shit.. monyet.
Tanpa sempat saya angkat, ponsel telah berhenti berdering; miss call.
- Ah sutralah. Kalo perlu pasti nelepon lagi.
Baru dua langkah, ponsel berbunyi lagi.
- Uanying. Geli.. Sial.
Segera saya taruh barang bawaan, dan merogoh kantung jaket untuk mengambil ponsel. Lagi-lagi Mima, saya mengangkatnya.
"Ya Neng?"
"Selasar Sunaryo di mana sih?"
"Masa nggak tau?"
"Nggak, kasih ancer-ancer dong Mbak."
"Lo sama siapa?" tanyaku.
"Sama Gun."
"Okay, bilang sama Gun, Selasa Sunaryo itu.. di... di.."
- Di mana ya? Blank. Shit.
Saya berusaha memetakan gedung ini dalam otak. Tak berhasil. Disorientasi.
"Woy, buruan." seorang teman memanggil. Saya makin tidak berkonsentrasi.
"Mbak?"
"Ngngngng.... alamatnya aja deh.Jln.Bukit Pakar Timur No. 100. Udah, gue dipanggil. Sampe ktemu ya neng..."
- Klik.
Saya menutup telepon. Baru terasa punggung dan pinggang saya sakit, akibat banyak berjongkok dan mengangkat sejak kemarin. Duh, padahal beban cuma segitu doang, saya pernah mengangkat yang lebih berat lagi... dulu, sewaktu muda ;-)
(Ternyata umur tidak bisa dipungkiri, berbanding terbalik dengan vitalitas. hehehe)
--------
Di tengah suara-suara briefing entah apa, cetusan panik karena kostum ada yang terlupa, manusia-manusia mondar-mandir, cek sana cek sini, angkat-angkat benda ini itu dan konfirmasi tralala trilili. Happy Tree Friends berbunyi lagi. Mima (LAGI!)
"Ya?" tanya saya setelah menekan tombol gagang telepon berwarna hijau.
"Mbak, kita kayaknya nyasar deh. Di mana sih tempatnya? kita udah mondar-mandir neh, dan ..." ia memelankan suaranya,"Gue udah mulai brantem lagi..."
Halah...
"Neng, lo liat banner acara nggak, dari situ nggak jauh lagi kok..." seru saya.
"Banner yang mana?"
"Ya banner acara ini lahh..."
"Oh iya, ada.. nah dari sini gimana?" tanyanya.
Seorang teman meminta kunci mobil saya, karena ada yang ketinggalan. Saya menyerahkan kunci mobil, dan kembali blank.
"Ya terus... sebelah kiri." sahut saya tanpa berusaha menyamakan persepsi. Selasar Sunaryo ada di sebelah kiri jika kita dari arah Dago. Nah, saya tidak berpikir kemungkinan ia mengambil arah yang berlawanan.
Lagi-lagi ada yang memanggil. Duuh. Tanpa sempat mengucapkan salam, saya matikan ponsel, dan membuatnya silent.
--------
"Lo nunjukin jalan nggak niat.." omel teman saya. AKhirnya dia sampai juga, wajahnya (dan juga sang pacar) tampak berlipat-lipat.
Wiiih, ada yang baru perang Vietnam neh..
"Sorry...Ya udah, sana cari tempat duduk." saya tersenyum sambil membimbingnya masuk ke dalam amphitheatre.
Mereka berdua duduk, dan saya bergabung bersama teman-teman.
--------
Sepanjang acara, tiga cowok yummy (haha!) Cozy Street Corner, yaitu : Christian Buana Takarbessy (Chris), Bobby Priambodo (Bobby) dan Petrus Briyanto Adhi (Adoy) membawakan tidak kurang dari 20 lagu dengan harmonisasi vokal serta iringan gitar.
Bagi para komunitas (begitu mereka menyebut para penggemar) lagu-lagu antara lain Delman, Rangkum Jemari, Punyaku Sendiri, Penuh dengan Cinta, Melata Hati, Me and Mr.Bumble Bee, Ulat Bulu, Hutan Hujan, We Nana Nayo, Dendang Bersahutan, serta Gayung Bersambut tidaklah asing, jadi nggak heran, untuk beberapa bagian mereka turut besenandung. Chris, Bobby dan Adoy juga membawakan 2 lagu yang bukan karya mereka : Bunda Piara serta Lean On Me dengan harmonisasi khas Cozy Street Corner.
Dalam Paparan Musikal ini juga tampil additional players, seperti Kurtukoji (male choir) - yang terlihat sangat santai mengiringi sambil sesekali bergoyang mengikuti irama, Strings (Dita si finalis Cantik Indonesia yang terlihat jauh lebih 'matang' dari usianya, Asti yang cantik da kalem banget, Bimo yang imut), Percussion (Barata, halah dua lagi lupa.. hihi), Bonita untuk lagu Gayung Bersambut serta Penuh dengan Cinta dan permainan harmonika Harry Pocang.
Karena ini adalah acara untuk program Heart Of Borneo-nya WWF, maka diselipkanlah seremonial serta pesan-pesan untuk menjaga alam, dan Cozy Street Corner pun menyerahkan lagu Hutan Hujan untuk WWF. Lalu ada pula sebuah kelompok bernama Rame-rame Bebenah Bandung, menyerahkan 10 bibit tanaman pada penonton, dengan harapan agar bibit-bibit tersebut ditanam, karena memang terus terang, Bandung sekarang sudah berbeda, daerah-daerah yang seharusnya menjadi daerah resapan air dan ditanami tumbuhan kini malah 'ditanami' oleh beton.
Cozy and Friendly, itu adalah satu hal yang selalu ada dalam setiap paparan Musikal Cozy Street Corner.
Tiga cowok yummy (haha lagi! They really steal my heart..) itu sangat mampu untuk membangun suasana demikian, antara lain dengan mengobrol dan memaparkan cerita di balik lagu-lagu yang mereka mainkan.Awalnya memang terasa 'dingin', suasana baru mulai mencair ketika Chris salah menyanyikan bait lagu Delman yang disambut dengan tawa penonton plus teman-temannya.
Well, overall, acara ini benar-benar top. Ketua panitia dan para seksi sibuk boleh bernafas lega, karena akhirnya semua penderitaan *wink wink* selama tiga minggu persiapan berbuah Paparan Musikal Detak Nadi Musik Bumi yang cukup sukses.
--------
"Mbak, Cozy Street Corner keren banget.." kata Mima sebelum dia pulang.
"Kan udah gue bilang... masih musuhan nggak?" goda saya sambil menatap pacarnya.
"Nggak dong.. udah damai"ia tersipu.
"Jiyeee.. suit swiw.. nggak jadi putus dong?"
"Sial..." dia mendelik,"Eh kasetnya bisa didapet di mana sih?"
"Tuh ada di stand di atas, kalo enggak yang di Bandung sih di Tobucil di Kyai Gde Utama 8 atau Potluck di Teuku Umar 9, Omuniuum jalan Sultan Agung 10, Port Nine di Buah Batu sama Wadezg di jalan Hasanudin 10..." Jawab saya,
"Ohh.. cari ah.."
"Balik loe?"
"Iya, mbak nggak balik?"
"Belum. Ntar." jawab saya sambil menahan tubuh agar tidak jatuh karena teman-teman yang lain mulai menarik saya turun ke panggung.
"Okay, sampe besok Mbak. Ntar kalo mreka ngadain paparan lagi bilang-bilang ya?"
"Sip."
Saya melambai sambil tersenyum pada mereka berdua yang berjalan keluar sambil bergandengan tangan.
Duh, leganya mereka baikan lagi. Tapi, siapa sih yang bisa tahan berlama-lama musuhan di tengah udara dingin Dago Pakar dengan lagu-lagu manis dari Cozy Street Corner? ;-)
PS :
Untuk Bapak Pakar Media yang pengen laporan acara ini, saya cuma bisa bilang satu kata : Keren! Sayang banget dikau terlalu jauh untuk datang, Pak!" (eh, itu mah 9 kata yaks?)