Sisa tiga ratus rupiah. Kumasukkan ketiga keping uang seratus rupiah tersebut dalam stoples kaca di atas meja belajar, tadi siang di sekolah aku makan dengan kenyang nasi ayam goreng tujuh ratus rupiah lengkap dengan lalaban, es jeruk tiga ratus rupiah, dan dua ratus rupiah untuk pulang pergi naik angkot; rumah ke sekolah dan sekolah ke rumah . Oh, ya uang jajanku sebesar seribu lima ratus rupiah per hari.
Dan dua minggu sekali aku pergi menonton di bioskop dari uang yang kutabung dalam stoples itu.
..
"Neng, parkirnya bayar sekarang." baru saja aku menjejakkan kaki di pelataran parkir kampusku, tiba-tiba tukang parkir menghampiri sambil mengulurkan karcis parkirnya . Segera kurogoh ransel hitamku mencari dompet.. Ooops.. kok? Kemana ya dompetku? Ku raba kantung celanaku. Lho? Kok tidak ada juga. Terburu-buru aku membuka lagi kunci mobilku, dan melongok ke semua kolong kursi, ke dalam laci dashboard, sama sekali tidak ada benda berbentuk dompet disana!
Tiba-tiba aku teringat, kemarin malam aku berencana untuk menukar tasku, tampaknya aku lupa memindahkan dompet ke tas yang kupakai hari ini. Sial!
Untung saja aku mempunyai kebiasaan mengumpulkan uang logam yang kusimpan di asbak mobilku, untuk pengamen. Segera kuambil sepuluh keping uang seratus perak, dan kuserahkan pada tukang parkir yang menungguiku dari tadi.
"wah neng, uangnya banyak.." celetuknya. Huh, masih untung cukup!
Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman, tak membawa uang, tidak membawa dompet yang terutama berisi ATM. Uh, gimana yah? untuk pulang lagi rasanya tidak mungkin. Tapi tanpa itu semua, apakah aku bisa bertahan hidup sampai sore?
Aku menghempaskan nafasku. Sekarang jam sembilan lewat lima puluh, masih ada sepuluh menit lagi sebelum aku harus bertemu dengan dosenku. Aku masuk kembali ke dalam mobil, dan mulai mencari harta karun di dalamnya. Kukumpulkan semua uang logam yang ada di dalam asbak. Ada dua ribu rupiah! Sepuluh keping uang seratus, dan dua keping uang lima ratus. Lumayan.
Hmmm.. apa lagi yah, yang bisa digali? Ohya, jaket! Kurogoh kantungnya, aku menemukan tujuh keping uang seratus rupiah. Kucari lagi ke seluruh sudut mobil, tidak ada. Kucari dalam tasku, tidak ada, dalam kantung celana, tidak ada. Ups., aku hanya memegang uang sebanyak dua ribu tujuh ratus?
lima menit lagi aku harus bertemu dengan dosenku. Kuhentikan pencarian harta karun dalam mobil, kukunci pintunya dan segera berlari menuju kantor dosenku. Selama berdiskusi dengan beliau, aku lupa kegugupanku tidak membawa dompet.
Jam dua belas tepat, aku keluar dari ruang dosen. Lapar. Haus, aku harus makan siang, nanti jam satu aku masih (wajib) bertemu dengan dosen yang lain. Tapi... Tiba-tiba aku teringat kembali, dua ribu tujuh ratus! aku harus menyesuaikan menu makanku dengan uang yang kupunya.
Bakso malang depan kampus! Itu cukup murah. Kupesan satu mangkuk, bukan campur komplit, hanya bakso dua butir, bakso urat satu, mie dan tahu.
"Berapa bang?" tanyaku.
"dua ribu,neng." jawab abang bakso. YES! Masih ada tujuh ratus rupiah lagi. Minumnya? Teh tawar saja, gratis
Sesudah makan, aku masuk kembali ke ruangan dosen yang lain, dan berdiskusi sampai jam tiga sore. Selama berdiskusi aku merasa lapar luar biasa, mie baso sebesar dua ribu tentunya tidak dapat mengenyangkan, kan? Laparku benar-benar membuyarkan konsentrasi. Dan betapa leganya aku ketika diskusi berakhir. Terburu-buru berlari menuju mobil. Pulang!
Aku menyetir serampangan, maklum, kelaparan.. malnutrisi pula! Pfuuuhh... tidak lagi-lagi aku lupa membawa dompet!
(hhh.... jauh banget ya bedanya harga uang dibawah lima ribu dulu dan sekarang!)
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar