Ada sebuah kantung flanel dalam mobil laki-laki itu yang sudah koyak-koyak, kurasa itu karena sang kantung sudah tidak mampu lagi menampung beban di dalamnya yang tidak pernah berkurang sedikitpun selama bertahun-tahun : uang-uang logam, lebih dari segenggam banyaknya. Jika dilihatnya sang kantung flanel tampak tidak menggembung, maka ia akan mengisinya kembali dengan uang logam-uang logam yang ditemukan di sekitar rumah, bahkan kadang kala si pemilik kantung flanel itu dengan sukarela, menukarkan uang dari dompetnya dengan uang-uang logam,
Kalau aku jelas tidak akan pernah mampu menghabiskan seperempat dari isi kantung flanel itu dalam sehari. Dia-si pemilik kantung? Jangan ditanya, mungkin dalam setengah hari isi kantung tersebut telah berkurang banyak. Tidak pernah sekalipun kulihat ia tampak berberat hati mengeluarkan isi kantungnya, dan memberikan pada orang-orang di lampu merah itu. Bukan satu kali setiap satu lampu merah, tapi beberapa kali, sebanyak jumlah tangan-tangan yang menengadah di jendela mobilnya. Aneh.
Kadang aku kesal. Dia sok sinterklas, pikirku. Aku pernah protes padanya, kukatakan : buat apa memberikan uang ke setiap tangan yang menengadah. Dijawabnya : ia akan terus memberi selama uang dikantung flanelnya belum habis. Aku berkata lagi : dia sok baik. Dijawabnya dengan kesal : dia memang baik,suka memberi. Dengan nada meninggi aku mencelanya : baik nggak jelas. Dia menjawab dengan sebal : ini baik dengan jelas, memberi pada orang yang membutuhkan. Lalu kukatakan lagi : siapa tau orang-orang itu tidak benar-benar membutuhkan, siapa tau mereka hanya memakainya untuk membeli hal-hal yang buruk. Dia menoleh heran sambil berkata bahwa aku tidak punya hak untuk berburuk sangka.
Tiada guna beradu argumentasi, dia memang keras kepala. Sekeras kepala diriku. Dia akan tetap melakukan apa yang senang ia lakukan, tepat seperti diriku. Jika aku terus menerus menentangnya maka semuanya akan berakhir pada pertengkaran. Sama seperti jika ia terus menerus menentangku.
Yang jelas, karena rasa ingin tahuku, aku mencoba mengikuti kebiasaan dirinya, tanpa kantung, dan uang logamku pun tidak sebanyak yang dia punya. Aku mencoba memberikan uang logam pada tangan-tangan yang menengadah di jendela mobilku seperti yang biasa dilakukannya. Yah, ketika mereka menerima uang logam-uang logamku lalu mengucapkan terima kasih dan berkata semoga selamat sampai ditujuan, aku merasa senang. Kini aku tidak pernah bisa menyalahkan pemilik kantung itu dengan kebiasaan anehnya....
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar
i know I always tend to do opposite things you want me to, eventough i already know that you're right. You know me well, right? I don't like to be told what to do. But it doesn't mean that hate you. In fact, I love you much more than you realize. and I'm so lucky to have you as my dad.