Sudah satu jam perempuan berusia 40 tahunan itu bersembunyi di antara tumpukan kain-kain sampel dalam gudang yang panas dan pengap. Ia malas mengerjakan apapun, termasuk tugas membuat sampel anyam tangan yang diminta oleh atasannya sejak minggu lalu. Ia tahu atasannya tidak akan mengamuk membabi buta seperti bos besar jika ia lalai. Gadis muda , yang lebih cocok untuk jadi keponakannya dibandingkan atasannya ini, sangat pengertian.
Atasannya memperlakukan dirinya dan teman-temannya dengan baik, tapi sikapnya yang senang membuat kesal bos besar, membuat semua orang menjulukinya dengan : si bandel.
Si bandel rajin membuat keributan, keributan terakhir terjadi seminggu yang lalu, si bandel beradu mulut dengan bos besar. Perempuan itu sempat mencuri dengar pembicaraan mereka, dan ia bingung, si bandel banyak menggunakan istilah menyimpang, tidak adil, melanggar, Undang-Undang Ketenagakerjaan, perubahan, UMR dan seterusnya, istilah yang sebenarnya sering ia dengar, tapi tidak benar-benar di pahaminya.
Perempuan itu menghela nafas, merasakan kebenciannya terhadap tempat ini, karena hari ini Sabtu, tapi ia tetap harus masuk kerja!! Lima belas tahun sudah ia menghabiskan hari-hari sabtunya seperti ini .
Ia membayangkan apa yang dikerjakan oleh si bandel saat ini. Berada di tengah keluarganya, mungkin? Atau berada di sebuah restoran, menikmati akhir minggu bersama kekasihnya. Sungguh tidak adil! Atasannya baru lulus kuliah, baru pertama kali kerja, dan dalam waktu lima bulan langsung mendapat kedudukan yang tinggi dengan mudahnya ! Sementara perempuan itu, setelah sekian lama bekerja, tetap tidak berubah, selalu jadi bawahan.
Tanpa terasa air matanya menetes. Ia bosan bekerja, tapi ia harus! Tiba-tiba ia rindu berada ditengah adik-adiknya yang telah menikah, dan bermain bersama seluruh keponakannya. Ia rindu pada mantan suaminya, yang kini telah hidup bahagia bersama istri barunya, yang selalu setia menunggu di rumah. Ia rindu pacar-pacarnya yang satu demi satu meninggalkan dia, karena ia tidak pernah punya waktu untuk mereka. Perempuan itu terlalu sibuk tenggelam dalam lamunannya, ia tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikannya dari tadi, si bandel.
“Bu Imas?"
“Eh, neng?kok disini? Kan sudah waktunya pulang?"Perempuan itu terkejut, ia segera menghapus air matanya dan mencoba tersenyum. Hanya si bandel saja yang memanggilnya dengan sebutan Ibu.
“Saya mau pamit…” si bandel duduk diatas tumpukan kain.
“pamit?"perempuan itu tidak mengerti.
“iya, hari ini hari terakhir saya …” ia tersenyum.
“kenapa?"Imas masih tetap tidak mengerti.
“Nggak papa! Ternyata saya tidak betah kerja disini, lagipula saya punya rencana lain! Oh ya Kok Bu Imas nggak ngerjain sampel? Nanti senin yang gantiin saya galak, lhoo!"si bandel tertawa kecil sembari berdiri.
Perempuan itu hanya diam.
“Lagi males ya? Perusahaan ini, aneh juga, Sabtu-sabtu kok kerja pagi sampe sore, ya?"si bandel melanjutkan lalu ia mengulurkan tangannya. Perempuan itu menggenggam tangan mungilnya. Dan membiarkan dirinya ditarik berdiri. Mereka berdiri berhadapan, kemudian si bandel merangkulnya.
“sampai ketemu lagi!”katanya setelah melepaskan rangkulan.
Dan si bandel keluar dari gudang diikuti oleh perempuan itu, beberapa orang menoleh pada mereka. Lalu perempuan itu, atas inisiatifnya sendiri, memberi tahu setiap orang bahwa si bandel akan keluar.
Semua orang meninggalkan pekerjaannya dan mengerumuni si bandel, mereka berebut untuk mengucapkan selamat tinggal. Tampak kontras sekali, seorang gadis muda dengan pakaian santai- t shirt , jeans, dan sandal –pakaian yang membuat orang-orang SDM bagai kebakaran jenggot- berdiri diantara orang-orang berseragam biru muda dan biru tua yang terbuat dari kain murahan yang panas
Akhirnya sebelum si bandel menuju pintu keluar, ia berbalik, mengacungkan kepalan tinjunya ke udara.
“sampai ketemu semuanya! Semoga sukses!"katanya, tampak jelas kelegaan dan ketenangan luar biasa tiba-tiba muncul didirinya, wajah tertekan dan penuh amarah itu telah hilang! Imas melihat senyuman bahagia tersungging, senyuman yang tidak pernah ada diwajah si bandel selama lima bulan ia menjadi atasannya.
Selamat menikmati kebebasanmu, Neng! perempuan itu menggumam dalam hati. Ia mengamati si bandel berjalan dan masuk ke dalam mobilnya. Hati perempuan itu kembali sedih. Makin merasa bahwa dunia ini benar-benar tidak adil!
Imas adalah seorang buruh sebuah pabrik tekstil.