perempuan di meja 8
Perempuan itu duduk di meja 8, ia tidak sedang menunggu siapa-siapa disana, sekedar beristirahat setelah berjalan mengitari pertokoan besar itu. Di mejanya tampak gelas ice lemon tea setengah kosong dan seperempat potong cheese cake. Ia asyik membaca majalah perempuan yang baru saja dibelinya dari toko buku.Ia merasa ada mata yang sedang mengamatinya , dengan gerakan perlahan ia mencoba untuk memandang sekelilingnya, seorang laki-laki setengah baya di meja 7 tersenyum padanya. Perempuan itu merasa jijik dan mengalihkan pandangannya pada sepasang remaja di meja 5. Kedua remaja itu tampak sedang asyik bermesraan, tapi terlihat mata sang laki-laki beberapa kali mencuri pandang pada perempuan di meja 8 itu. Perempuan itu mengangkat alisnya dan tersenyum tipis. Sang pemuda balas tersenyum canggung dan sejurus kemudian, kekasihnya menoleh dengan tampang berang. Ia hanya menggelengkan kepala, melihat kemesraan diantara kedua remaja itu berubah menjadi ketegangan. Perempuan itu kembali membaca.
Ia masih merasa diperhatikan,dengan perlahan ia menggerakkan matanya ke arah meja 6. Dari ekor matanya, memang terlihat, sekumpulan pemuda sedang mengamatinya. Lalu ia mendongak, dan mereka terkejut, tapi berusaha menutupinya dengan pura-pura mengobrol. Kena kalian! Katanya dalam hati. Ia geli melihat kepanikan pemuda-pemuda itu. Perempuan itu kembali membaca.Namun keasyikannya membaca terganggu karena tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang di hadapannya. Perempuan itu mendongak, dan menelusuri orang itu dengan pandangannya, dari sepatu hitam yang dipakainya, pantalon hitamnya, kemeja abu-abu, yang kancingnya seolah tidak mampu menampung gumpalan lemak di perutnya, lalu wajahnya. Laki-laki setengah baya, yang duduk di meja 7, kini ada dihadapannya sambil memamerkan senyumnya. Air muka perempuan itu langsung berubah, ketus. Mereka sempat berbicara sejenak, lalu laki-laki setengah baya itu pergi dengan muka merah padam.Ya, perempuan itu suka diperhatikan, tapi tidak suka diganggu oleh pria-pria berpikiran kotor!
Ia menghabiskan cheese cakenya terburu-buru dan bermaksud meninggalkan tempat itu, tapi tiba-tiba seorang laki-laki muda masuk. Laki-laki itu memandang berkeliling, mencari meja kosong. Sang perempuan terpana. Pandangan mereka sempat beradu sejenak. Laki-laki menghampiri meja no. 3 yang kosong. Sang perempuan mengurungkan niatnya dan kembali duduk. Ia kembali memesan satu gelas ice lemon tea.
Dengan perhatian penuh, ia amati laki-laki yang tampaknya sangat dingin itu. Laki-laki itu tidak perduli dengan keadaan sekitarnya, ia membaca koran sambil menikmati rokok putihnya. Mungkin laki-laki itu merasa bahwa ia diperhatikan, tiba-tiba ia mendongak, dan mereka kembali beradu pandang. Sang perempuan tidak mau menunduk, ia membalas tatapan mata sang laki-laki. Setelah sepuluh detik tanpa ekspresi, sang perempuan mulai menarik ujung bibirnya menjadi sebuah senyuman kecil. Tapi sang laki-laki hanya memandang dengan dingin memaksa sang perempuan untuk menunduk.
Hah! Baru sekali ini, ada laki-laki yang begitu dingin terhadapnya! Perempuan itu penasaran dan terdorong untuk mengangkat mukanya dan memandang sosok itu lagi. Laki-laki dingin itu telah kembali tenggelam dalam bacaannya, tapi seperti tadi, dengan gerakan mendadak laki-laki itu mendongak, tatapan mereka kembali beradu. Sang perempuan mengangkat alisnya tanpa tersenyum. Tapi sang laki-laki tetap melihatnya tanpa ekspresi. Lalu dia kembali menunduk dan membaca lagi!!!!
Perempuan itu gusar, belum pernah ada laki-laki yang mengabaikannya sebegitu rupa. Beberapa kali mereka beradu pandang, dan sang laki-laki tetap tanpa ekspresi, sampai akhirnya sang perempuan menyerah. Dengan menimbun segala kekesalan, ia menghabiskan minumannya.
Dasar gay! Rutuknya.Gerutuan yang lebih sebagai luapan dari kekesalan atas penolakan pria itu terhadapnya. Tiba-tiba dilihatnya laki-laki itu memanggil waiter dan mereka berbincang sejenak. Perempuan itu sudah tidak perduli. Ia membayar pesanannya dan berdiri hendak meninggalkan tempat ini. Tapi langkahnya terhenti, karena tiba-tiba waiter yang tadi diajak berbicara oleh laki-laki dingin itu menghadang, di tangan waiter itu terdapat nampan berisi satu gelas ice lemon tea seperti yang dipesannya tadi.
"ini dari meja tiga untuk anda."Kata waiter itu pada sang perempuan.
Sang perempuan menoleh pada meja tiga, laki-laki dingin itu kini tersenyum kecil padanya.
"anda diundang untuk ke meja tiga" waiter itu melanjutkan.
Hati sang perempuan melonjak, ternyata laki-laki itu tidak benar-benar menolaknya, ia hanya berpura-pura dingin.
Dengan gerakan ringan ia mengangkat tinggi gelas ice lemon tea dari nampan yang dipegang oleh waiter lalu menoleh pada sang laki-laki yang tampaknya telah menunggu di meja tiga, Perempuan itu menganggukkan kepala, sebagai tanda terima kasihnya.
"Tolong bilang, terima kasih atas minumannya, tapi maaf, saya tidak pernah menerima undangan dari orang yang tidak saya kenal" perempuan itu berkata pada waiter, lalu meletakkan minuman itu kembali di atas nampan , tanpa sedikitpun mencicipinya.
Dengan perasaan menang, ia keluar dari tempat itu.