perempuan dalam sebuah pesta pernikahan.
Perempuan itu menapaki undakan satu demi satu sambil menjaga keseimbangan, ia mengalami kesulitan untuk melangkah, karena hak sepatunya kini setinggi tujuh sentimeter, belum lagi bagian bawah gaun merahnya yang membungkus erat pinggang sampai mata kaki. Tidak, ia tidak terpaksa memakai gaun itu, ia memakainya dengan sukarela, karena ia sangat yakin ia tampak cantik dalamnya. Dan ia suka terlihat cantik.
Sepasang laki-laki dan perempuan berbaju tradisional berdiri di belakang meja tamu, mereka menyambutnya dengan dengan senyum manis. Perlahan ia menundukkan badan untuk menuliskan namanya pada buku tamu. Lalu memasukkan amplop berisi uang ke dalam kotak yang sudah disediakan.
Ia berjalan di atas karpet merah, memasuki ruangan. Suasana pesta pernikahan adat semakin kental di dalam, Suara gending , bau harum melati, barisan among tamu, barisan pager ayu dan pager bagus, sangat indah. Sesaat ia bimbang, memilih antara memberi selamat pada kedua mempelai yang kini bagaikan pajangan di pelaminan, bertemu teman-temannya, atau makan! Akhirnya ia memutuskan untuk ikut masuk dalam antrian tamu yang hendak mengucapkan ,"Selamat menempuh hidup baru" bagi kedua mempelai. Selamat menempuh hidup baru? blah.. sangat klise... barisan maju perlahan... dia mulai bosan. Sambil menunggu, ia memikirkan, berbagai macam kata apa yang tepat untuk di ucapkan pada kedua mempelai, "selamat! anda telah terjebak!" ia geli sendiri dengan pikirannya. Atau,"turut berduka cita?".. ia menggelengkan kepala. Akhirnya, walaupun ia tidak suka dengan kata-kata ini, tapi dia anggap bahwa kata ini cukup netral," semoga berbahagia.."
Semakin dekat jaraknya dengan kedua mempelai. Mempelai pria, yang pernah sangat dekat dengannya sudah memperhatikan perempuan itu dari kejauhan . Ia terpana, perempuan itu semakin mendekat, dan kini mereka berhadap-hadapan, dan terdiam sejenak.
"semoga berbahagia, ya.." perempuan itu menyalami pengantin pria.
"terima kasih, telah datang..." laki-laki itu berkata canggung. Dan sebelum mereka terjebak dalam suasana yang tidak enak, perempuan itu bergeser untuk menyalami pengantin perempuan yang sangat muda, mungil dan manis.
"semoga berbahagia, ya.." diulangnya kata-kata itu.
"terima kasih mbak.." senyum bahagia terlukis diwajahnya. Lalu perempuan itu bergeser lagi untuk menyalami orang tua pengantin pria. Sang ibu menatap tajam perempuan itu, tampak ia sangat geram. Sedangkan sang ayah, masih bisa tersenyum walaupun dipaksakan.
Perempuan itu merasa lega setelah melewati kewajiban menyalami mempelai, ketika ia menuruni tangga panggung, dilihatnya sekelompok orang melambaikan tangan padanya.. sahabat-sahabat masa lalunya dan oh, ada juga cinta-cinta masa lalunya! ia mendekat, dan baru memperhatikan, bahwa sahabat-sahabat lamanya kini berangkulan mesra dengan pasangannya masing-masing . Bahkan, adapula yang menggendong bocah kecil.
Mereka berpelukan hangat, saling mencium pipi, dan bertukar kabar. Perempuan itu sangat menikmati suasana pesta pernikahan bekas tunangannya ini, berjumpa dengan sahabat-sahabat lamanya. Keriangannya tidak berkurang walaupun tidak hentinya olokan ,"kapan menikah?" terdengar, dan bagaikan sudah terbiasa, ia akan menjawab dengan mengernyitkan muka, sambil menggelengkan kepala dengan keras. Dan sahabat-sahabatnya hanya tertawa melihat si perempuan berbaju merah yang tidak pernah berubah, selalu takut terhadap komitmen. Sedangkan cinta-cinta masa lalunya, hanya tersenyum, miris.
Semakin larut, teman-temannya mulai pergi bersama pasangannya masing-masing, akhirnya ketika dilihatnya ruangan mulai sepi, iapun melangkah keluar.
Suatu saat, pikirnya ketika ia sudah berada di dalam mobil.. aku akan mengikatkan diri juga seperti mereka, tapi tidak sekarang. Dipercepatnya laju mobil, karena tiba-tiba ia merasa rindu pada seseorang yang saat ini pasti sedang menunggunya dirumah, orang yang mencintainya dan dicintainya tanpa tuntutan, tanpa ikatan.
*) hasil perbincangan melalui yahoo!messenger dengan seorang teman! (hi there!) ^^