(diambil dari Priyadi's Place)
Dengan telatnya, saya baru saja membaca entri ini di blog Priyadi. Menarik; karena kebetulan - pada saat yang bersamaan, tanpa sengaja saya nyasar di sebuah blog yang tampaknya sedang mengalami perseteruan dengan pihak lain ---- yang kemudian, bisa ditebak, mengakibatkan munculnya sebuah pesan nggak-nyekolah di kotak komentarnya.
Mendapat komentar 'mencubit' harus saya akui memang tidak menyenangkan, bikin emosi-emosi gimanaaa, gitu; apalagi jika komentator yang bersangkutan memiliki perilaku lempar batu sembunyi tangan, melempar komentar mencubit tapi menyembunyikan identitas sebenarnya. Sebuah bukti bahwa ia(mereka) sama sekali tidak punya nyali untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya.
Tapi sayang, kadang-kadang komentator tidak cukup cerdas untuk mengetahui bahwa walaupun ia berganti-ganti nama, identitas dengan mudahnya dapat terlacak -- sehingga saya tahu bahwa orang yang bersangkutan ketika mensubmit komentar sedang berada di sebuah tempat di jalan *ada deh* di kota Jakarta. (Ehm, menulis ini mungkin sama saja seperti membangunkan macan komentator tidur, bodo ah!) ;-)
Dulu, saya, Mbak Maya dan Putri pernah membuat sebuah blog 'ga penting' bareng, eh - ralat, penting deng; kan, pop culture indeed makes us smarter =)). Salah satu yang pernah dibahas adalah perilaku lempar batu sembunyi tangan ala komentator blog -- tapi yang menjadi contoh kasus adalah salah satu forum reality show yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta.
Di forum tersebut, banyak banget-nget komentar-komentar mencubit yang tak bertanggung jawab; mulai dari caci maki nggak-nyekolah, saling hina-menghina dan yang bahaya banget adalah terlontarnya isu yang sangat sensitif : SARA.
Kami bertiga sempat berpikir, ini mereka ngeluarin komentarnya pakai otak nggak sih? Pada akhirnya kami semua sepakat bahwa komentar-komentar tersebut 'bisa' keluar, karena para komentator merasa 'aman' - terlindung oleh nickname-nickname yang mereka buat. Mereka merasa yakin bahwa tidak ada seorang pun yang tahu identitas mereka yang sebenarnya di dunia nyata. Nicknames adalah topeng mereka.
Kalau mau lihat komentar cubit-mencubit sejenis, bisa dilihat di sini. :D
Kalau dikaitkan dengan komentar mencubit di blog, yah, perasaan aman karena terlindung dibalik monitor, koneksi internet dan nickname-nickname tersebutlah yang membuat komentar semacam itu bermunculan.
.......
Blog bagi saya adalah media super bebas, para blogger bisa menuliskan simply apa saja di dalamnya, tanpa harus bersentuhan dengan editor yang pasti akan panik jika menemukan tulisan SHIT (dan akan menyensornya menjadi S**T) atau FUCK (yang dirubah menjadi F**K.)
Seluruh tulisan akan dengan mudahnya terpublikasi secara online; hanya dengan sekali menekan tombol publish.
Tulisan mengandung isu-isu sensitif?
Bisa...
Tulisan menghina orang lain?
Ya bisa juga.
Tulisan menyerang kaum tertentu?
Boleh.
Bisa dipertanggung jawabkan atau tidaknya sebuah tulisan dalam blog, pada akhirnya hanya bisa dijawab : "nggak janji, lah yaaa..." - dan satu-satunya argumen yang bisa dipakai adalah : ini blog gue, suka-suka dong gue mo nulis apa..... kalo ga suka, ya ga usah baca.
Nah sikap super-bebas yang dimiliki blogger, kenapa juga nggak bisa dimiliki oleh komentator blog? Alangkah nggak adilnya ketika kita bisa mengatakan "Blog, blog gue, suka-suka gue dong mo nulis apa....?" tapi ketika sang komentator begitu gatalnya ingin berkomentar, dengan segera kita counter dengan kalimat "Kalo ga suka, ga usah baca, ga usah komen, syuh-syuh, we won't miss you."
Memang sih, logisnya seperti itu, daripada terkesal-kesal membaca entri sebuah blog yang isinya tidak sesuai dengan nilai-nilai, pola berpikir dan prinsip-prinsip pribadi, ya mending cari blog lain yang lebih menyenang-nyenangkan hati.
Tapi sekali lagi, pengguna internet(yang bisa mengakses blog, khususnya) itu buanyak buanget (kata Thomas, dalam bahasa Jawa, jika sebuah kata ditambahkan huruf 'u' maka ia akan naik tingkat - contoh: adoh artinya jauh, jika ditambahkan aduoh, artinya jadi lebih jauh...-- mulaiii deh ngebahas yang nggak penting! :P) . Bukan hanya kalangan tertentu saja, mulai dari anak SD, sampai kuliahan, mulai dari manager sebuah perusahaan sampai pengangguran, mulai dari ini sampai itu -- dan isi kepala sampai latar belakang sosial orang yang buanyak buanget itu tentunya berbeda-beda; ada yang merasa tidak perlu untuk menjadi komentator lempar batu sembunyi tangan -- tapi jangan salah, ada juga yang merasa memaki-maki itu penting adanya.
Lagipula dari pengalaman (Pengalaman seringnya kecubit dengan komentar di blog ini, maksudnya,haha!), saya bisa menarik satu kesimpulan -- komentar yang mencubit hanya datang untuk entri yang mencubit. Nggak semua orang bisa menerima dengan lapang dada opini-opini yang sekiranya berlawanan dengan apa yang dipercayanya (Sebenar apa pun opini tersebut) untuk kemudian beradu argumentasi secara bertanggung jawab.
Dan setelah membaca berbagai blog, komentar yang manis, datang untuk entri dari blog yang bercitra manis, baik hati, tidak sombong nan berbudi.
Yah, hukum aksi reaksi berlaku banget di sini; nggak akan ada reaksi (komentar yang nyelekit), jika tidak diawali oleh aksi (mempublikasikan entry yang menyerang/menyinggung/menyakiti) orang lain. Setelah mempublikasikan sebuah entri yang sekiranya 'tajam', ya jangan panik-marah-marah seperti kambing kebakaran jenggot jika kemudian muncul komentar yang tidak sedap dibaca lalu kemudian membesar-besarkan di entri selanjutnya. Itu risiko.
Yah singkat kata, jangan nyubit kalau nggak mau dicubit ;-).
Kalau saya? Saya demen banget dicubit - Reality bites pinches! :P
Nggak masalah dicubit, selama saya masih bisa memberikan argumen lebih ilmiah (halah! paper mahasiswa, kaleee!), ehm, maksudnya : meyakinkan, daripada "ini blog gue, suka-suka dong gue mo nulis apa..... kalo ga suka, ya ga usah baca" -- dan ketika pada akhirnya saya diberi tahu dengan argumen yang bisa meyakinkan bahwa diri saya salah, ya dengan sepenuh hati akan saya mengoreksi cara saya berpikir (yang bisa saja hasil koreksi tersebut saya simpan sendiri, atau muncul dalam bentuk entri lain). ;-)
Lalu, kalau ada blogger yang jadi mutung, duduk di pojokan sambil manyun dan nggak mau ngeblog gara-gara dapat komentar mencubit, yaaah... baru dikomentarin doang, nggak sampai luka-luka kan?
Lagipula, hidup ini memang keras, Jendral... dan komentar mencubit sepertinya nggak sekejam kehidupan. =))
Oh ya!
Pasar Seni 2006 sebentar lagi... ketemu di stand Kinarya, yuk!
update 6 September 2006.
BAGUUUUS!
Setelah e-mail saya mengirimkan sendiri undangan untuk bergabung ke situs entah apa ke seluruh e-mail yang ada di address book saya (Eh iya, buat semua orang yang e-mailnya ada dalam address book saya dan pernah mendapat kiriman invitation untuk bergabung dengan situs entah apa dengan menggunakan e-mail saya, tolong abaikan. Itu bukan saya), sekarang komen-komen di blog ini berhilangan. :D
Hmm.. ada apa nih? Jangan-jangan bentar lagi ada entri-entri foto-foto atau cerita-cerita porno deh di blog ini. :P
Bodo ah..