Dear Rizal,
Kamu menyebalkan. Gara-gara telepon tengah malam kemarin, saya jadi susah tidur. Padahal awalnya kamu cuma mau curhat soal pacarmu, Siska,kan?
Siska yang beda iman. Titik.
Kenapa kamu jadi merumitkan pembicaraan santai mehe-mehe nan mellow tentang cinta, menjadi pembicaraan soal agama?
Tapi saya setuju, kok.
Pokoknya can't agree with you more deh.
Kamu kan panutan saya *halah!*
Yes, religion sucks, indeed.
Memang, ceritanya sih, agama adalah sebuah cara untuk membuat yang kacau menjadi tidak kacau. (A= tidak; gama = kacau); sesuatu yang memiliki tata cara untuk membatasi perilaku manusia supaya tidak bertingkah kelewat batas (apapun definisi 'kelewat batas' itu) – termasuk di dalamnya mengatur hubungan horizontal (manusia dan manusia lain) serta hubungan vertikal manusia (manusia dan Penciptanya)
Tapi yang ada sekarang, agama malah menjadi kotak-kotak klasifikasi; kemudian aturan-aturan serta tata cara yang ada di dalamnya menjadi identitas klasifikasi tersebut.
Saya ke gereja, maka saya adalah pemeluk agama Kristen. Kamu sholat, maka kamu adalah pemeluk agama Islam.
Identitas-identitas berupa ritual lalu menjadi alat untuk semakin mengekslusifkan diri ke dalam kotak-kotak agama tersebut.
Terus terang saya agak sebal ketika mendengar bahwa ada beberapa orang yang mengamini larangan mengucapkan 'Selamat Natal' pada orang Kristen, karena itu sama saja dengan mengakui Tuhannya Kristen.(Doh!!)
Bo! Selamat natal doang gitu loh!
Orang Kristen tidak boleh berpasangan apalagi sampai menikah dengan orang non-Kristen, karena anak-anak terang tidak boleh bersatu dengan anak-anak gelap.
(Wait..wait, jangan-jangan, sebenarnya orang tua Siska itu tidak tahu bahwa kalian beda iman, larangan mereka supaya kalian tidak berhubungan, tidak lebih karena kamu gelap, literally. Takut merusak warna kulit langsat Cinanya keturunan keluarga Siska *haha*)
Duuuh, yang gini-gini nih yang ngeselin…. Setelah eksklusif lalu jadi fanatik. (Dan fanatisme itu adalah sumber dari segala masalah; berselisih karena agama, menganggap agamanya sendiri benar dan semua yang ada diluar agamanya patut dibasmi.Ha!)
Eh iya, sepertinya kamu benar lagi, pada akhirnya gara-gara klasifikasi-identifikasi-eksklusifikasi- fanatisasi (eh bo, istilah eksklusifikasi dan fanatisasi ada nggak sih? Gak ada ya? Saya ngarang ya? Hehehe.), membuat orang lebih kenal dengan ritual daripada hakekat.
Saya ingat, kamu pernah cerita bahwa dulu waktu SMU kamu ditodong oleh ketua Rohis dengan pertanyaan : "Kamu Islam kan? Kok kamu nggak pernah ketauan sholat sih?"
Rasanya saya pengen menyembah-nyembah kamu, waktu kamu cerita bahwa jawaban kamu adalah : "Ntar deh, besok-besok sebelum sholat saya bakal teriak-teriak pake toa mesjid, bilang ke semua orang kalau saya sholat."
Mastah Rizal! I’m your #1 fans *nyembah-nyembah*.
Eh, tapi saya juga pernah kok ditegur seseorang, yang notabene adalah salah satu orang yang 'terkemuka di agama', gara-gara jarang terlihat di gereja,"Kok kamu nggak pernah ke gereja, masih Kristen kan?"
Padahal..
Hmm, heheh iya deng, saya memang jarang ke gereja. :D
Lucu ya? Tata cara yang pada hakekatnya dipakai demi memperdalam keimanan agar manusia menjadi tidak kacau dalam hubungan horizontal dan vertikal, kemudian berubah fungsi – menjadi hanya ritual; supaya tetap menjadi bagian dari kotak agamanya.
Yang penting melakukan ritual ke gereja, walaupun pada akhirnya di gereja malah mengobrol atau kasak-kusuk dengan teman sebelah selama khotbah berlangsung.(haha! Okay! Been there, done that.Huahhaha.. basi deh saya!)
Yang penting melakukan ritual menangis-nangis dan berbicara aneh seperti orang gila di gereja, hanya supaya terlihat bahwa ia telah dicurahi roh kudus
Yang penting mau berepot-repot melakukan ritual nungging-nungging sholat Jumat, walaupun pada saat khotbah, yang terpikir adalah 'aduh ngantuk' atau 'aduh laper..' (ini kamu banget, nggak sih, Zal? *Peace!*)
Padahal ritual cuma kemasan,kan? Pada akhirnya, hakekat tersingkir, menjadi nomor dua.
Maafkan saya jika sedikit menjadi sinis, atau apatis (tapi jangan kuatir, saya tetap manis kok..*halah!*) ; ini salah kamu, kamu kan yang memulai pembicaraan omong kosong soal agama ini?
Eh, tapi saya mau menambahrumitkan pembicaraan lagi nih, apa sih artinya agama buat kamu, selain sebagai hal yang patut disebut sucks? (Ha! Dibahas! Kamu lho yang mulai.)
Kalau saya jujur, nggak ngerti. Bahkan kenapa saya memeluk agama ini pun saya nggak ngerti.
Berhubung saya adalah mahluk dengan kejeniusan yang aneh, maka obrolan-ribet-ga-penting ini kemudian membuahkan pertanyaan "Kenapa saya menganut agama yang saya anut sekarang?"
Apakah karena saya telah menemukan kesejatian dan kebenaran di dalamnya? Hmm, belum tentu. Saya tidak pernah tahu hakekat dari agama-agama lain.
Akhirnya yang muncul hanya satu jawaban : yang saya kenal sejak lahir, ya agama ini. Ya iya lah, sejak lahir saya dididik berdasarkan agama yang saya anut sekarang. Dan saya sempat percaya, bahwa kesejatian ada dalam agama ini.
Tapi...
Apa jadinya jika orangtua saya menganut agama lain?
Masihkan saya akan menganut agama ini?
Coba, coba, jika saya tidak dibesarkan dalam lingkungan agama ini, melainkan dididik dengan tata cara, budaya serta nilai-nilai agama lain, sebut saja agama Abrakadabra – tentunya saya akan percaya bahwa kesejatian itu hanya ada dalam agama Abrakadabra, kan?
Yah, memang sih, idealnya, agama adalah pilihan pribadi individu. Orang-orang seharusnya diperkenankan mencari kesejatian tersebut.
Tapi, sayang tidak ada yang ideal di dunia ini…..
Agama menjadi suatu kewajiban yang diwariskan oleh orang tua.
Coba deh, misalnya suatu saat saya bilang "Ah, saya mau menganut agama Hoopla Olala." – duuuh, pasti terjadi huru-hara deh di rumah. (Eh, bow, gimana kalau kita menciptakan agama baru dengan nama Hoopla Olala?)
Jadi..
Jadi..
Sebenarnya.
Iiiih… ngapain sih jadi pusing begini?
Sial..
Sial..
Sial kamu..
Sekarang saya tidak bisa tidur.
Sementara, mungkin kamu sudah tertidur lelap atau mungkin menelepon Siska-mu, dari tadi saya cuma bisa membolak-balik badan.. dan lihat – saya jadi menulis tulisan omong kosong tentang agama ini.
Padahal.. agama kan sucks? Kenapa dibahas dan dipikirin ya?
Brengsek kamu.
Salam,
Sepatumerah
(yang tiba-tiba insomnia dan sakit kepala gara-gara mikirin agama)
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar