Anak perempuan itu berbeda dengan teman-temannya yang lain, kulitnya putih pucat dengan bercak-bercak coklat kemerahan, rambutnya kuning pucat, matanya biru kusam, sangat kontras dengan teman-teman bermainnya yang berkulit coklat dan berambut hitam. Tapi tidak pernah kulihat sekalipun melihatnya diperlakukan berbeda. Mereka bermain bersama-sama, berkejaran, bahkan bila kulit pucatnya mulai beruam kemerah-merahan karena tersengat matahari, anak-anak lain tidak meninggalkannya, tapi menemaninya berteduh. Kupikir perbedaan itu tidak pernah mengganggu pikirannya.
Sampai suatu hari, ia menghampiriku.
"kok saya lain ya dengan teman-teman?" tanyanya. Binar matanya menunjukkan bahwa dia membutuhkan sebuah jawaban, seperti teman-temannya, dia juga menganggap aku itu kakak-yang-tahu-segalanya.
Karena kamu menderita kelainan genetis, karena itu kelainan kromosom bawaan, karena...
Aku kebingungan mencari jawaban. Semua teori-teori ilmiah tentang kelainan bawaan yang pernah aku pelajari waktu aku di sekolah menengah bermunculan. Tapi mungkinkah aku menjelaskan semua hal rumit itu pada anak berusia sepuluh tahun? Lagipula, semua teori itu menunjukkan bahwa dia menderita kelainan. Cacat.
"Tuhan cinta kamu, kamu istimewa, beda dengan yang lain..." akhirnya hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
"jadi kayak martabak istimewa ya? Pake telor bebek, kalo martabak biasa kan Cuma pake telor ayam?" katanya. Tidak bermaksud melucu. Tapi aku ingin tertawa.
"Iya, orang yang istimewa pasti punya kelebihan..."sahutku. Dan kupikir dia, dan semua orang yang diciptakan berbeda adalah istimewa, pasti mereka semua punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.
......
"Tau video klipnya Chrisye nggak?"
"Yang mana?"
"seperti yang kau minta.."
"Oh, iya tau.. kenapa?"
"Keren yah, nggak pake orang dengan stereotip model video klip lain, pake orang libido gitu,loh..."
"heh? Albino, kali..."
"emang tadi gue ngomong apa?"
"dodol!"