Aku berada di dalam gereja, bukan gerejaku, tapi gereja orang lain yang berada dikota lain.Tidak ada satupun wajah yang aku kenal, tapi aku tidak merasa asing. Aku melihat sekelilingku; menikmati muka-muka baru dengan berbagai macam ekspresi, lalu pandanganku terhenti pada sosok pemain piano di dekat mimbar. Laki-laki itu tampak luar biasa tampan. Mungkin mulutku menganga sambil memperhatikannya, aku juga tidak yakin.
Yang jelas, aku kehilangan semua konsentrasiku saat kebaktian dimulai, tidak ikut menyanyi, tidak membaca alkitab bahkan tidak mendengarkan apa yang sedang dikhotbahkan oleh pendeta. Pandanganku hanya tertuju pada pemain piano itu. Mungkin kalau Dia senang menegur langsung orang-orang yang melamun di gereja, sudah entah berapa kali aku ditegurNya. Atau sebenarnya dari tadi, Dia sudah menegurku, tapi aku tidak memperhatikanNya? Ah, biar aja… aku tahu Dia baik dan pasti mengerti bahwa aku memang selalu tergila-gila dengan semua laki-laki yang bermain alat musik.
Kidung demi kidung dimainkannya, semua jemaat menyanyi, dan aku tetap terpukau menatapnya, tidak sanggup rasanya aku mengalihkan pandanganku sedikit saja, untuk membaca teks kidung jemaat, dan turut menyanyi.
Hmmm… satu setengah jam telah berlalu, tanpa kusadari. Ah, terselip sedikit kekecewaan di hatiku, ketika mendengar kidung terakhir mengalun. Kebaktian telah usai, dan aku tidak akan pernah melihatnya lagi, karena keesokan harinya aku harus kembali ke kotaku.
Berlambat-lambat kubereskan alkitabku, lalu menutup mata rapat-rapat, berdoa memohon ampun karena aku memikirkan yang lain saat di gereja, tapi aku juga berdoa agar pemain piano itu berbalik, supaya aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, untuk terakhir kalinya. Ketika aku membuka mataku, kulihat ia sedang membereskan piano, mengambil buku lagu dan alkitabnya, menggeser kursi pianonya, berdiri lalu…Dia berbalik! Pandangan kami beradu, ia tersenyum. Aku menahan nafasku beberapa jenak, kaget, sungguh!
Ia melangkah menuju pintu samping gereja, semakin jauh dia dari piano, semakin kecewa aku, karena dia tidak tampak se-mempesona tadi, sewaktu ia masih bermain piano. Bahkan ketika ia menoleh lagi sebelum ia keluar dari pintu samping, aku tidak menahan nafas lagi, ia tampak sangat-sangat-sangat biasa. Hhhh…. Ternyata ia pianogenic : hanya tampak tampan ketika bermain piano. :-(
Recent Artworks in Gallery
Recent Posts in Blog
0
komentar