aku menikah.
aku bukan seorang remaja, aku masih lajang. Mereka menuntutku untuk mencari pendamping. Bukannya aku tidak mau, aku hanya belum menemukan orang yang tepat.
Mereka mempertemukan aku dengan kenalan mereka. Seorang pria, jauh lebih tua. Pria itu menarik, aku dapat merasakan ia menykaiku. sayang ia agak terburu-buru ingin mengikatku. Lucu, aku yang hendak diikat tapi mereka yang antusias memaksaku untuk menerimanya. Aku marah, karena aku benci tekanan. Ku tinggalkan pria itu termangu di ruang tamu pada kunjungan berikutnya , sedangkan aku berjalan-jalan di mall. Dan pergilah ia, patah hati.
aku bukan lagi seorang remaja, aku belum bersuami. Mereka menginginkan aku segera menikah. Bukannya aku tidak mau, aku hanya takut akan menghabiskan hidupku dengan orang yang salah, dan terkutuklah aku jika pada akhirnya aku harus bercerai, karena keputusan buru-buruku.
Mereka juga pernah menjodohkanku dengan seorang 'pengagum' . Ia lebih muda, menyenangkan dan pintar, Aku senang menghabiskan waktu bersamanya. Kurasa iapun demikian, malah tampaknya ia telah jatuh cinta padaku, sebab lagi-lagi yang ini terburu-buru ingin mengikatku.. bahkan agak memaksa dan aku benci itu, dan tidak pernah lagi kuangkat teleponnya. Kubiarkan ia patah hati.
aku sudah jauh melewati masa remaja dan masih sendiri. Semua ingin aku segera menikah. Aku? sejujurnya belum. Tapi mereka tidak bosan-bosannya berbaik hati mencarikanku 'calon-calon' yang sangat siap, atau malah bernafsu ingin mengikatku. Kupikir itu karena mereka baik, ingin membahagiakanku, tapi ternyata tidak semua, karena ada diantara mereka,di belakang punggungku, yang memanggilku perawan tua bahkan adapula yang mengataiku tidak normal... Aku tahu itu dan sudah sekian lama aku berusaha untuk tidak perduli.
Aku sudah sangat jaug melewati masa remaja, bahkan mudapun tidak. Aku menyerah. Hari ini, ku kirimkan foto dan data diriku pada sebuah perusahaan penjual jasa perjodohan. Dan berharap, dalam beberapa saat kedepan aku tidak sendiri lagi, aku sudah siap jika nanti aku harus menghabiskan sisa hidupku dengan orang yang salah. Dan biarlah aku menjadi terkutuk jika pada akhirnya aku harus bercerai. Yang penting, aku tidak lagi harus menghadapi tuntutan, paksaan dan cemoohan mereka. Aku capek.
salut buat orang-orang yang menikah karena tuntutan lingkungan