Kembang api
waktu kecil, setiap ikut bunda ke pasar, aku pasti merengek minta dibelikan satu kotak kembang api, karena aku suka sekali melihat percikan-percikan apinya. Dan malamnya, berpiyama aku akan duduk di lantai teras bersama bunda, menyalakan batang-batang abu-abu itu satu persatu sampai habis , ditemani dengan satu mug susu coklat panas. Dan aku bersama bunda akan bernyanyi lagu kanak-kanak pada masa itu.
Aku suka melihat pijarannya meloncat dan berjatuhan ke tanah, aku suka melihat ketika seluruh badan kembang api telah terbakar, meninggalkan bara yang berpendar-pendar. Dan aku suka melakukan kebodohan yang sama, memegang baranya dengan jari kecilku. Tanganku sering terbakar, tapi aku tidak pernah menangis, hanya meringis, perih.
Akankah aku tetap menyukai kembang api, jika aku dewasa kelak? pikirku saat itu.
.........
Aku sudah besar, dan kangen bermain kembang api. Maka, aku pergi ke pasar membeli satu kotak, aku tidak perlu merengek lagi pada bunda, karena aku sudah bisa sendiri. Dan malamnya, berpiyama, aku duduk di lantai balkon kamar, sendirian, menyalakan batang-batang abu-abu itu satu persatu sampai habis, ditemani satu mug kopi instan panas. Aku bernyanyi lagu-lagu kanak-kanak yang masih kuingat.
Aku tetap suka melihat pijaran apinya meloncat dan berjatuhan ke lantai, dan aku masih tertarik untuk memegang pendar-pendar bara pada batang yang hampir habis itu. Tapi tidak ku pegang, karena aku sekarang tahu, bahwa pendar itu panas
Ada yang tidak berubah dari diriku, aku masih suka bermain kembang api, tapi ada juga yang tidak sama, aku tidak pernah lagi memegang pendar-pendar bara itu.
bro, i really want to play fire work, can you please accompany me?