dan perempuan lainpun bercerita.....
Perempuan Lain
Perempuan itu membuka lagi sebelah matanya, perlahan, memastikan lelaki disebelahnya sudah tertidur lelap. Didengarnya dengkuran lembut dan terasa nafas kekasihnya itu mulai teratur. Sudah terlelap. Keringat dingin mengembun di ujung hidung dan kening serta membasahi bagian belakang lehernya. Jam dinding berdentang 11 kali.
"Hhh...Hari ini aku pura-pura tertidur lagi"
keluhnya, walaupun ada hembusan nafas lega disana.
Semenjak malam pertama pernikahan dengan lelaki tercinta itu seminggu lalu, malam-malam terasa menegangkan bagi perempuan itu.
"Aku ngga bisa menikmati sex.." begitu keluhnya kepada sahabat perempuannya, pada satu sore 2 hari yang lalu di kafe "Teko", pertemuan pertama setelah perhelatan akbar minggu lalu.
"Wah.. kok bisa sih say? Bukannya kalian berdua menanti-nantikan saat itu?" sahabatnya terbelalak heran.
"Iya, aku juga ngga ngerti. Kita excited banget ketika akhirnya bisa hanya berdua pada malam itu. Indah rasanya membayangkan semua kemesraan ini sah, bukan dosa. Pada awalnya aku juga begitu menikmati, sentuhannya, ciumannya.... hhhhhmmmm.." Pipi perempuan itu memerah sesaat...
"Tapi, ternyata ketika saatnya tiba aku ngga ngerasa enak sama sekali. Sakiiiit..ngga tertahankan! Bahkan aku sampe ngedorong Mas keras-keras, dan dia terjungkal ke belakang ..." mata perempuan itu memancarkan rasa bersalah .
"Haaahh, separah itu? Ya ampun, tapi setelah itu baik-baik aja kan ?" sahabatnya mulai khawatir.
"Habis itu malah tambah buruk. Semaleman aku hanya ketakutan, dan nangis. Aku takut banget sama rasa sakit itu, tapi disaat yang sama aku juga sedih ngga bisa ngasih yang terbaik untuk suamiku.." mata perempuan itu mulai berair...
"Lalu, Mas gimana dong? Dia marah?" perlahan sahabatnya membelai ujung tangannya.
"Mas baik2 aja, dia mencoba menghiburku, dia bilang kita masih bisa coba lagi lain waktu. Dia sabar banget, semaleman dia memeluku dan mencoba nenangin aku. Baik banget..." air mata mulai menetes dari mata perempuan itu, lalu lanjutnya
"Tapi karna dia baik itu aku jadi tambah ngerasa bersalah, aku jadi tambah sedih.." perempuan itu mulai terisak-isak.
"Hmmm... lalu setelah malam itu kamu masih mau nyoba kan?" sang sahabat memastikan.
"Malam berikutnya, kita coba lagi.. tapi tetep aja. Di awal aku selalu bisa enjoy, tapi ketika.. detik-detik menjelang saat itu terjadi, seluruh tubuhku berkeringat, kakiku gemeteran, mataku terpejam....Dan baru setengah jalan aku mulai ngerasa kesakitan dan mulai nangis. Selanjutnya Mas ngga tega. Dia pasti ngehibur2 aku, dan kalau udah begini.. aku malah tambah nangis, tambah ngga mau nyoba." perempuan itu terisak-isak, menutupi kedua matanya dengan saputangan berwarna pastel.
"Kamu kurang usaha kali..dinikmati dong say, sex itu kan ungkapan kasih sayang kalian berdua. Demi kebahagiaan bersama, kamu ngga sayang sama Mas apa?" sang sahabat berusaha menenangkannya
"Aku udah coba, tapi bener-bener deh! Aku selalu merasa kesakitan. Dan aku betul2 ngga berani. Tiga malam berikutnya aku juga selalu coba, tapi ngga ada kemajuan. Aku sempat bilang supaya Mas paksa aku aja, ngga usah didenger kalo aku nangis atau njerit. Tapi Mas terlalu ngga tegaan, dia ngga bisa liat aku kesakitan" perempuan itu mencoba menjelaskan.
"Ya udah kalo gitu kamu tenangin diri aja dulu yaa.. Yang penting harus mau selalu nyoba, kalo kamu udah menderita tanpa hasil begini, lama2 pasti kamu akan bosan dan akan bertekad untuk berhasil.." sahabatnya mencoba memberi semangat.
Keduanya terdiam sesaat.
"Tapi ada untungnya juga sih dengan kejadian begini.." ucap perempuan itu lirih..
"Apa?" tanya sahabatnya.
"Mas benar-benar percaya kalau aku ini perawan tulen" hehehe, kali ini keduanya tersenyum sambil berpegangan tangan, erat.
"Dan aku juga heran, kok bisa anak-anak SMU diluar sana hamil sebelum nikah, apa ngga kesakitan mereka?!" perempuan itu menyandarkan kepalanya di pundak sang sahabat.
"Kamu kalah ya sama anak SMU..!" goda sahabatnya sambil tersenyum lebar.
Jam dinding sudah berdentang 1 kali. Perempuan itu menggeliatkan badannya, menatap punggung lelaki tercintanya yang sudah tertidur lelap. Perlahan, dibelainya rambut lelaki tercinta itu.
"Maafin aku ya Mas, sudah 2 malam ini aku pura-pura tertidur lebih awal. Aku memang penakut, aku ngga berani menghadapi rasa sakit itu..."
Perempuan itu mencoba memejamkan matanya, berharap dia akan segera tertidur malam ini, melupakan segala resah dan rasa bersalah di dalam dirinya. Dan berdoa semoga dia segera mengatasi rasa takutnya dan bergabung dengan jutaan istri normal lainnya.