dan dalam pesta itu, sang pendongeng pun bercerita :....
Bangku Taman
Aku pandangi kamu. Dalam mataku kamu memandang lurus ke arah di sudut mataku. Tanganku bergerak ke genggaman tanganmu. Kamu mematung. Aku berusaha berbicara padamu. Kamu berusaha mendengar. Aku lihat kamu seperti ingin berbicara padaku. Tapi bibirmu sulit bergerak.
Aku dekati tubuhmu. Lagipula tubuh kita sudah berdempetan dari tadi. Aku rangkul kamu. Bukan gerakan merangkul, tetapi tanganku memang sudah merangkulmu. Aku cium bibirmu yang diam. Kamu balas bibirku dalam diam. Bibir kita bersatu. Bukan bergerak menyatu. Tapi bibir kita satu.
Dalam detik ini aku tak mendengar nafasmu. Aku tak merasa debar jantungmu. Bahkan aku tak merasa jantungku berdebar dan aku tak butuh bernafas. Kau mematung. Aku mematung. Kau patung. Aku patung.
Sunyi.
Subuh itu tukang sapu di taman menemukan sepasang patung manusia sedang duduk di bangku taman. Kemarin patung itu belum ada. Mereka berciuman. Mereka bernafas. Mereka berdebar. Mereka memejamkan mata menikmati rasa. Mereka menyatu dalam waktu dunia.