let's talk about art! *grinned*
Ceritanya gue baru balik dari diskusi untuk nyiapin presentasi mata kuliah Seni Rupa Barat Modern...barengan ma temen-temen kuliah gue, dan kelompok kita bareng-bareng setuju mau ngangkat permasalahan tentang FLUXUS, suatu gerakan yang menolak seni sebagai sesuatu yang tinggi (high art), dan serius... malah cenderung karya aliran Fluxus ini main-main dan disposable....(untuk laporan lengkapnya, terutama untuk ibu Neenoy yang wondering apa itu fluxus, ntar aja yah.. klo udah presentasi!)..
Sebenernya, diskusi tentang materi cuma satu setengah jam doang, sisanya malah ngebahas, pengalaman masing-masing waktu dateng ke pertunjukan/pameran seni kontemporer...
Yah, emang kita sering dateng ke pameran seni kontemporer, terutama seni instalasi dan performing art, jujur walopun emang latar belakang kita seni, kita masih suka susah untuk 'nangkep' maksudnya dari karya-karya tersebut... dan dari susah nangkep itu, bikin kita susah untuk enjoy, beda banget sama pengunjung lain yang secara impulsif bisa langsung bilang, "wow! amazing!"....pas baru ngeliat suatu karya (atau ini mungkin karena IQ kita 2 digit doang?..... hehehe...) tapi kita berpikir, do they really understand and enjoy? ot they just pretend to be? abis buat kita, untuk 'mengerti' dan 'menikmati' itu, bukan semata-mata ngeliat tampilan visual karya doang, tapi harus lebih ngebedah ke dalam, ke konsep, ke material, ke teknik endeswey endeskoy.. and it really takes time.... DAN.. jujur.... kita gak menikmati proses untuk mengerti itu.... :(
Dari 'how to enjoy' diskusi berkembang jadi.... how can our work be claimed as ART by people? soalnya dalam satu pameran karya seniman terkenal... gue pernah ngedenger komentar pengunjung lain,"wah! jenius banget yah, tu seniman bikin karya seni ini...." hmm.. gila, karya si kreator, selain memang diakui sebagai karya seni, ditambahin embel-embel jenius pula..... Gue jadi ngebayangin, klo gue yang bikin karya seperti itu - gue yang notabene bukan dari kalangan seniman - apakah komentarnya bakal sama??
Kesimpulan kita, kadang-kadang sebuah karya seni dinilai sebagai seni, tidak murni dari karya itu sendiri, tapi masih dibayang-bayangi oleh nama besar sang kreator. Misalnya dosen gue yang seniman terkenal, dia mondar-mandir di selasar kampus gue... paling komentar orang yang liat kurang lebih :"wah, he's doing a performing art".. atau," that's an art of finding inspiration.." paling jelek dibilang, "dasar seniman!". Apa yang dia buat, sengaja atau gak sengaja, dia bermaksud bikin karya atau enggak, pasti oleh audience bakal dikaitkan dengan seni....Beda kasusnya klo misalnya gue yang mondar mandir, pasti komentarnya bakal kayak gini : "keur naon,Ke? Lieur..nya'?" (terjemahan bebas: sedang apa,Ke? pusing yah?) hehehe
Whaddaya think,guys?