perempuan itu ingin menciumnya
perempuan itu memacu mobilnya menuju sebuah tempat di tengah kota, stasiun kereta api. Disana - ia percaya - telah menunggu seorang laki-laki, yang telah membuatnya merasa hidup kembali walau hanya sejenak, yang akan pergi sejauh beberapa jam perjalanan dari kota itu.
Dan aku akan mencium bibirnya pikir perempuan itu. Ia menghentikan mobilnya disebuah perempatan jalan karena lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Perempuan itu merasa harus melakukan sesuatu, karena mungkin ini pertemuan terakhir mereka. Ia hanya seorang laki-laki yang tiba-tiba datang, tanpa pernah sebelumnya ia harapkan. Perempuan itu tidak perduli, jika sang laki-laki akan pergi saat itu juga semudah ia datang, yang ingin ia lakukan adalah jujur terhadap perasaannya sendiri.
Tiba-tiba lamunan perempuan itu buyar, dua orang pengamen memukul keras kaca mobilnya, ia menoleh ke luar, mereka tampak tidak baik. Dadanya berdebar kencang ketika mereka terus menggedor kaca mobilnya. Ia takut. Untung lampu segera hijau, sehingga perempuan itu bisa melarikan diri.
Apakah itu tandanya aku tidak boleh mencium bibirnya? pikir perempuan itu sambil terus melaju, kalau begitu aku akan menciumnya di pipi ia memutuskan.
Tapi, semakin mendekati stasiun kereta, jalanan semakin padat, seluruh mobil merayap lamban. Perempuan itu mulai kesal, kurang dari tiga puluh menit lagi laki-laki itu akan pergi. Ia harus bertemu dengannya sekali lagi, harus! Kini mobilnya telah berada dalam antrian kendaraan yang hendak masuk ke dalam stasiun.
Okay! aku tidak akan menciumnya! Aku hanya mau memeluknya! Boleh,kan? jadi tolong jangan halangi aku dengan pertanda apapun! gerutu perempuan itu. Tiba-tiba antrian pun menjadi lebih lengang, terburu-buru ia meraih karcis parkir yang disodorkan oleh petugas, dan mencari tempat parkir. Tidak ada yang kosong! Dia mulai gemas, dan sedikit marah.
Sekarang apa? aku masih tidak boleh memeluknya? okay! aku hanya akan mengatakan kalau aku suka padanya dan mengucapkan selamat tinggal, masa tidak boleh juga? dia menggerutu panjang. Tapi, belum habis gerutuannya, ia menemukan ruang kosong di antara sedan mewah dan sebuah van tua . Tergesa-gesa ia langsung berbelok, parkir. Tanpa mengingat apakah pintu mobilnya sudah ditutup dan dikunci dengan benar, ia berlari, masuk ke dalam stasiun. Dalam pikirannya, terlintas kembali, aku akan mencium bibirnya.
Hatinya melonjak, ketika di dalam ia melihat sosok laki-laki itu. Dengan senyuman lebar, ia menghampirinya. Cium.. tidak.. cium..tidak..cium..tidak. Belum lagi ia berhasil mengumpulkan nyalinya, tiba-tiba laki-laki itu meraih tangannya, sudah waktunya ia pergi! Cium.. tidak..cium..tidak..cium..tidak, dan ketika akhirnya laki-laki itu harus masuk ke dalam peron, perempuan itu menahan tangannya.
"Hey, i like you!" hanya itu yang berani ia lakukan. Laki-laki itu tersenyum, dan sang perempuan membuang mukanya. Malu."i like you too!" kata laki-laki itu sebelum benar-benar membalikkan badan. Perempuan itu terpana.
Dan mereka pun berpisah.
Perempuan itu tersenyum-senyum sendiri, sambil berjalan menuju mobil, ia mengetikkan pesan singkat di ponselnya, "whoa! sorry.. i forgot to kiss you goodbye!" dan mengirimkan ke nomor laki-laki tadi. Sejurus kemudian, ponselnya berbunyi, sebuah sms balasan, ia terkesiap membaca isinya : "hey, let's keep it for our next meeting!"
....
i'll be there soon, and when i'm there, i demand my kiss ;-)